Thursday, March 02, 2006

Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "profesional dalam bekerja"

From: "Ariesnawaty" Date: Tue Feb 1, 2005 9:29 am Subject: Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "profesional dalam bekerja"
ariesnawaty Offline Send Email
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Tantangannya ternyata disambut Faisal. Demi sebuah semangka, ia rela
menukar daypack (yg rencananya mau dipake besok) menjadi backpack.
Sukses dengan Semangka, kini Ika yang tergerak hatinya untuk membeli
mangga. Dan kemudian menatap Faisal dalam-dalam.
Faisal hanya menarik nafas panjang : “iya deeh… gue bawa.”
Briefing singkat di tempat Faisal. Berikut hadirnya temen Faisal sebagai
bintang tamu yang menjajakan sepatu. Maklum deket pabrik. Adaaaa aja
barang reject yang jatuh-jatuhnya murah punya. *sales style, kota style*
Mobil carteran sudah di beritahu. Kapiten Ika putuskan : “besok kita
berangkat jam 5 subuh!”
Semua bebenah. Mandi. Istirahat. Sementara Faisal dan Toto bermain
badminton. Bermain ganda dengan tetangga sebelah “kunjungan
persahabataaaan!!!” serunya riang.
di bangku supporter, nampak duo Yanto dan Kris yang sedang serius
diskusi mengenai profesionalisme. *beraat euy!!* kesimpulan diskusi
panjang mereka adalah : “Walaupun dia tukang sapu. Menyapulah dengan
professional!”
Sementara diujung lain, beberapa penghuni kos sedang berkumpul di sektar
sumur, cuci baju!!!
Sabtu 22 Januari 2005
Jam setengah enam sudah siap di dalam angkot carteran. Dengan mata
setengah terkantuk. Dilepas pandangan seekor kucing yang menoleh dari
kanan ke kiri mengamati kepergian kami.
Sejam kemudian kami sudah mencapai kota Pandeglang. Dan terus
dilanjutkan kearah Labuan. Di daerah Mengger (sebelum Labuan) kami
berbelok ke arah ds. Cilentung.
Jam 8 pagi
Tiba di ds. Cilentung. Rencana mau sarapan di warteg langganan urung
karena tutup. Akhirnya nangkring di rumah yang ada warung rokok yang
berada tepat di depan warteg. Bernego sebentar. Hasilnya didapat
beberapa mangkok mie panas dan kopi hangat. Sarapan dulu aaaahh…
Desa ini tidak terlalu besar. Beberapa rumah dan beberapa warung.
Selebihnya sawah dan jalan aspal yang membelah desa. Dengan view
Pulosari di kejauhan sana. Pucak samar tertutup kabut. Uh! Serem …
Karena masih suasana hari raya. Warung pada tutup. Berikut pos lapor.
Jadi, kami nggak bayar retribusi. Aku dan Ika, sempet ke rumah tetangga
untuk memesan nasi plus lauknya. Ngobrol sebentar dengan ibu yang baik
hati menyediakan nasi untuk kami.
Jam 09.00
Berdoa bersama serta berfoto keluarga *huhuy .. teteeeeepp!* Kami
berdelapan (tiga lainnya menyusul nanti malam) berjalan kaki menuju
entry pendakian. Melalui jalur aspal sempit cukup untuk 2 mobil *bila
berusaha keras* berpapasan. Jaraknya kurang dari lima menit naek ojek
lah. Selama perjalanan ini, kami disuguhi pemandangan Gunung Pulosari
yang puncaknya sedikit tertutup kabut.
Gentar! Itu yang selalu aku rasakan setiap melihat puncak gunung.
Bisakah aku datang berkunjung? Kupandangi Ida, Heri, Faisal dan Totok
yang sudah melaju di tanjakan depan. Sementara Kris sudah nyungsep di
sawah di sisi kiri jalan. Apalagi kalau bukan untuk menjepret gunung
Pulosari. Sementara Ika …..
“Priiiiiiiiiiittttttt!!!!!!!!!!!”
Semua menoleh kearah suara. Berusaha menginterpretasikan arti suara
sempritan berikut. Sawah = suara burung. Suara sempritan? Tidak match.
Sempritan = polantas nah .. itu baru match. *Tapi ada polisi di jalan
aspal kecil ini?* Yang udah duluan nun jauh disana, panik. Menghentikan
langkah dan menoleh kebelakang.
Kapiten Ika nyengir. Memegang sempritan orange. “Sori Maaaan… Cuman
ngetest. Biar jij tau posisi kalian”
Setelah melewati sawah dan hutan bambu akhirnya kami tiba juga di
kawasan permukiman penduduk. Rumah penduduk di sisi kanan dan kiri jalur
jalan. Di sebelah warung ternyata merupakan jalur naik. Entry nya berupa
plang bertuliskan curug putri, kawah dan puncak manik. Nyelip diantara
dua rumah penduduk. Sedikit menanjak. Kami ber hos hos berjalan melewati
rimbunnya kebun. Jalan setapak berupa tanah dan bebatuan. Tidak begitu
curam. Nggak ada yang bawa altimeter. Tapi berdasarkan informasi kami
start naik dari ketinggian 150 meter. Lima menit perjalanan sebelum tiba
di Curuq Putri, kami temui sebuah pondok yang cukup besar. Jalan setapak
yang kami lalui membelah melewati pos tersebut. Melompati parit yang ada
di sisi kiri depan pondok. Sudah terdengar deru air terjun. Sedikit
menanjak dan kami tiba di Curuq Putri.
Jam 10.30
Ada sebuah pondok yang cukup besar. Tepat di depan aliran air terjun.
Air nya jernih sekali. Suasana sedikit mendung. Sedikit keatas, ada
sebuah bak penampungan air yang dibeton. Sedikit menanjak ke atas. Air
terjun setinggi kurang lebih 10 meter mengalir dengan derasnya. Rupanya
untuk menghindari pemakaian air untuk mandi. Penduduk setempat memberi
pagar kayu. Plang bertuliskan …………………….. sengaja dipasang. Air tersebut
dimanfaatkan penduduk di desa Cilentung untuk keperluan air minum.
Wajar.
Aku dan Ika dan Heri tiba terlebih dahulu. Sementara kami jeprat-jepret
di sekitar air terjun. Heri sudah nangkring di salah satu aliran Air.
Merendam kepala dan mencuci muka. Suegeeeerrr!!!!
Lumayan lama sih kami disana. Faisal, Toto dan Heri malah sudah
berjuntai kaki duduk di atas atap bak beton. Sementara portergrapher
lainnya *catat juga ya.. portergrapher .. bukannya fotographer
..he..he..* tak habis-habisnya mengabadikan moment Curuq Putri diantara
mendung dan sinar matahari yang kadang muncul menyelinap di sela-sela
daun.
Jam 12.00 siang!
Sebenernya dari setengah jam yang lalu kami semua sudah bersiap untuk
melanjutkan perjalanan. Tapi hujan turun. Tidak begitu besar. Tapi
lumayan. Memakai raincoat. Tapi masih berat rasanya untuk melanjutkan
perjalanan. Mau makan siang? Uh ! Masih kenyang euy….
Hingga hujan benar-benar berhenti. Melepas raincoat. Dan kini kami mulai
pendakian menuju kawah. Jalur jelas terlihat dari depan pondok.
Melompati parit aliran air terjun. Dan langsung menanjak. Karena habis
hujan. Kami harus hati-hati melewati jalur yang cukup licin. Melewati
akar pohon dan sesekali bebatuan.
Jalan terus. Naik terus. Sesekali kami temukan bonus berupa tanah datar.
Lumayan untuk sejenak menarik nafas panjang. Jalur sangat jelas. Sering
kami temui ladang dan sawah tadah hujan milik penduduk.
Jam 13.30
Begitu aku tiba, Faisal dan Heri sudah menunggu di pondok pertama yang
kami jumpai. Pondok kecil. Tanpa atap. Hanya rangkanya saja. Mereka
berdua sedang leyeh-leyeh dan menganyam mata *tidur maksudnya*.
Dari pondok ini, sudah terlihat sepotong kawah berwarna putih, dengan
asap belerang (yang juga berwarna putih) ngebul bergerak-gerak ditiup
angin. Nun jauh disana, beberapa kelompok ABG sedang berpiknik diseputar
kawah .
Meletakkan keril. Dan segera menyusul Ika yang sudah terlebih dahulu
berada di kawah sedang mengatur barisan anak-anak ABG.. apalagi kalau
bukan untuk difoto. Nggak mau kalah, aku segera menghampiri Ika. *ehmm
lumayaaann .. mudah-mudahan ikut kefoto* tapi ternyata tidak semudah itu
saudara-saudara. Sesosok makhluk menghadangku. Tubuhnya kecil. Wajahnya
berwarna hijau lumut.
*Alien? Emang ada UFO disini?* otakku berpikir keras. Hijau = Alien …….
match!!!!! Huaaaaaaa ……..
Apa yang terjadi kemudian? Lagi-lagi …. harus sabar menanti. Jawaban ..
sudah pasti ada pada catper berikut.

No comments:

 
;