Thursday, September 10, 2009

Pengumuman : dikontrakan rumah di BSD

Rasanya berat meninggalkan rumah ini. Saya sudah terlanjur cinta. Rumah mungil tempat saya, suami dan kedelapan ekor kucing kami berteduh. Rumah mungil yang ada di daerah yang tidak terlalu ramai dan yang masih sejuk udaranya.

Tapi saya lebih cinta kepada belahan jiwa saya. Sedih rasanya melihatnya kelelahan karena harus berangkat pagi dan pulang larut malam. Jadi tahun ini kami berdua memutuskan  pindah rumah. Tentunya ke tempat yang lebih dekat dengan kantor suami. Semoga di tempat kami yang baru nanti juga akan sedamai rumah ini.

Rumah ini ada di Nusaloka, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten. Akses dekat sekali dengan jalan tol Bintaro-TB Simatupang. Jika dengan kendaraan umum, banyak moda transportasi yang dapat digunakan. Bus trans bsd dan kereta api contohnya.

Luas bangunan 36 meter persegi dan luas tanahnya 72 meter persegi.  Letaknya persis di depan taman lingkungan.

Dua kamar dan satu kamar mandi. Satu dapur, carport untuk parkir mobil. dan taman mungil yang ada di depan dan belakang rumah.

Furnished. Sudah tersedia lemari pakaian, rak buku, rak pembatas ruang, dan kitchen set serta meja makan kecil di dapur.









Kawasan aman karena hanya ada satu portal masuk dengan penjagaan ketat.


Tidak jauh dari Indomaret, dokter 24 jam, rumah makan padang, ayam kremes, bubur ayam dan bakso… hmmm…nyam..nyam….

Jadi, bagi yang berminat silakan hubungi saya, rumah ini kami sewakan. Cocok deh buat pasangan baru atau keluarga kecil yang ingin mandiri.

makasih yaaa....

serpong, 10 september 2009; 12;23

Saturday, September 05, 2009

si mimin dan bendera merah putih

Dan ketika pintu depan saya buka. Mendadak saya ingin menangis dibuatnya. Tampak tiang bendera kami melintang di halaman. Benderanya tergeletak di lantai carport. Ya Tuhaaaan! Cobaan apa lagi yang kau berikan pada kami? Huhuhuhu…

Oh.. tidak hanya itu saudara-saudara. Cobaan itu diperindah dengan mpus Mimin yang sedang bermain perang-perangan dengan mpus Koko. Dengan ekor bergoyang-goyang, bersembunyi di dalam lipatan bendera. Menunggu kesempatan menangkap Koko yang sedang mandi kucing.

“Mimiiiiiin!” duh!

Dan Mimin pergi sambil mengomel. Kesenangannya pagi itu musnahlah sudah. Sambil menoleh kanan-kiri saya betulkan kembali tiang bendera itu. Mengikatnya kuat-kuat pada pagar depan rumah kami. Saya mengadu pada suami yang sedang mendorong motornya keluar pagar.

“Untung nggak ketahuan pak RT. Bisa diomelin deh kita semua”

“Hahaha…” gelak suami saya “ Mimin lagi main perang kemerdekaan ya?”

“huh!”

Dibalik tragedi Mimin yang sedang berlatih perang kemerdekaan itu, perayaan 17 agustus bulan lalu selalu menyisakan kisah menarik buat kami. Ketika jalan di depan rumah dipercantik dengan umbul-umbul dan untaian bendera kertas merah putih silang menyilang. Saya sudah siapkan buluh bambu lalu bendera yang sudah dicuci-setrika-wangi dikeluarkan dari lemari. Kemudia dengan hati-hati saya ikat pada pagar rumah.

Tapi ada satu hal yang saya lupa. Pagar depan juga dipakai oleh mpus Koko, Ucup dan Mimin untuk bermain dan berlalu lalang. Iseng aja. Dari ujung kiri, ke ujung kanan. Dari tembok tetangga di sebelah kanan, meniti pagar dan hup! Melompat ke pagar tetangga di sebelah kiri rumah kami.

Saya kira hidup kami akan damai sentosa hingga akhir seperti dalam dongeng-dongeng itu lho  Ah..

Keesokan harinya. Pagi-pagi setelah urusan rumah selesai, saya pergi ke pasar. Belanja. Dan tak lama kemudian ketika saya kembali dan membuka pagar rumah.

Hmmm… ada yang aneh disini. Kenapa rumah terasa lengang? Kenapa tidak ada kucing yang melompat keluar dari jendela dan menyambut saya seperti biasa?

Mata saya berkeliling menyelidik. Dan ketika tiba pada bendera kesayangan kami. “Huaaaaaaaa…!” belanjaan di kiri dan kanan tangan terlepas dari pegangan. Bendera kami sudah berubah menjadi putih merah. Ihiks!

Kembali saya ingin menangis dibuatnya. Pasti Mimin deh tersangka utamanya. Mimin itu tipe kucing yang selalu ingin tahu. Saya curiga dia bermain-main lagi di pagar depan rumah, menarik benderanya dan hup! Putus deh ikatannya. Nggak heran sekarang sudah berubah warna.
“Duuuuh..! Mimiiiiin..Mimiiiiiin!”

Serpong 5 september 2009 20.02 (yang diomongin lagi maen ke rumah di ujung jalan)

Brondong next door itu bernama Anggy Giriawan

Dan mata saya menangkapnya. Anak ABG kurus kering bermata sayu. Memakai sandal jepit dan jaket tipis dengan bordir Consina di dada kiri. Entah bagaimana, bagai tersihir, saya pasrahkan si hitam manis –nama kamera saya- padanya.

Sore itu matahari sedang bersiap untuk tenggelam. Sayang rasanya kami lewati. Sayang juga kalau moment itu tidak kami abadikan, dengan kami-kami ini sebagai latar depannya. Ah..ini penyakit narsis tingkat tinggi rupanya. 

Lalu Emma sibuk memberi pengarahan kepada si jangkung, dan Suwasti mematut-matut kameranya pada si gempal. Tapi Anggy nampak nyaman dengan si hitam manis saya. Saya tak perlu berkomentar lagi. Dia sudah tahu apa yang harus dilakukannya.

Sabtu 8 agustus 2009, 17.15
Alhamdulillah, kami tiba di puncak. Daerah terbuka dan semak belukar disana-sini. Dataran tak terlalu luas namun dengan kelegaan sejauh mata memandang. Dan bangunan mungil bekas tower diatasnya. Menaranya sudah hilang. Hanya bangunan tembok berbentuk kubus bercat putih penuh graffiti. Tanpa daun pintu. Menjadi tempat bernaung anak-anak ABG itu. Yang tawa dan candanya jauh terdengar puluhan meter sebelum kami menjejakkan kaki di puncak itu. Yang kemudian kami tahu adalah anak-anak ABG dari  Cikajang. Jalur yang muncul dari arah barat.

Syukurlah, tidak sepi-sepi amat. Minimal kami ada teman disini. Menurunkan kerir dan dengan sukacita kami menjelajah di sekitar puncak di ketinggian 2821 meter.  Mematut-matut diri dengan langit yang sudah kemerahan.

Anggy naik dari Cikajang. Dia memang tinggal disana. Dari pertanyaan yang saya ajukan padanya, ia dan teman-teman mainnya memang sengaja datang kesini. Sayang tak membawa kamera. Seperti halnya pemuda desa setempat. Hanya dengan modal peralatan seadanya. Sarung, selimut, plastik terpal untuk alas tidur, panci emak di rumah, beras sekantung besar, dan kayu bakar yang saya tak tahu mereka dapat darimana. Memilih Cikuray untuk dikunjungi. Minggu depan libur panjang 17-an. Mungkin mereka berpikiran sama seperti kami. Minggu depan pasti penuh sekali dengan pendaki.

Dan malam itu kami memasang tenda  sedikit dibawah puncak, terlindung oleh semak-semak. Berganti pakaian. Memakai jaket tebal. Menyesap kopi hangat dan mulai menyantap makan malam kami. Malam itu cerah sekali. Terang bulan dan bintang di sekitar. Tiga ratus enam puluh derajat. Indahnya.

Minggu 9 agustus 2009, 06.00
Sudah terlambat sebenarnya jika ingin menantikan fajar. Semalam tubuh ini lelah luar biasa. Namun dengan perut terisi dalam tenda yang hangat, terobati sudah. Pagi itu saya keluar tenda. Menyerukan nama Suwasti dan Emma. Menyuruh mereka bangun. Saya bergegas kembali keatas. Anak-anak ABG itu sudah bangun rupanya.

“Pagiiiiiii!”

“Pagiiii Teeeeh” (catatan : teteh; bahasa sunda artinya kakak perempuan)

“Gimana tidurnya semalem? Kayaknya subuh-subuh sudah pada bangun ya?”

“Nggak bisa tidur Teh. Kedinginan”

Saya melongok sebentar ke bangunan itu. Iya. Pastinya. Berlindung di tempat terbuka. Diatas lantai dingin hanya beralas plastik. Tapi saya percaya, tubuh-tubuh mereka sudah terbiasa. Saya melirik Anggy. Tak seperti ketujuh temannya yang tak henti-hentinya berbicara. Ia berbeda, Tak lama kemudian Suwasti dan Emma datang bergabung. Kami merayakan pagi disini. Diatas awan.

Satu jam kemudian
Kami kembali ke tenda. Sarapan dan bersiap untuk turun. Rencana turun bersama mereka melalui Cikajang kami amini untuk dicoba lain kali saja. Kami sudah terlanjur berjanji dengan tukang ojek yang akan menjemput kami di pemancar TV sore nanti. Kami turun di jalur yang sama dengan jalur naik kami kemarin.

Dan Anggy turun menghampiri tenda. Ia pamit. Perlahan dan tanpa ekspresi berkata pada saya,

“Kalau boleh, minta foto untuk dipasang di facebook.”

“Lho? Kamu punya facebook?” Emma takjub. Segera dicatat alamatnya.

Saya nyengir “Saya nggak punya facebook, Nggy.  tapi saya janji, saya akan kirim cd isi foto-foto kalian”

Dan saya mengiringi langkahnya kembali ke atas. Misi saya kali ini, saya ingin memotretnya di puncak gunung. Sebagai ucapan terimakasih atas bantuannya kemarin sore. Dan setelah itu, mereka turun melalui jalur Cikajang.

Sayang saya nggak sempat ngobrol banyak dengannya. Melihat hasil jepretannya, saya yakin ia pernah belajar fotografi. Punya kamera, atau dia memang punya bakat terpendam. Ini diskusi kami bertiga. Hasil jepretannya bagus sekali. Angle yang dia ambil juga tidak biasa.

Kemudian kami melanjutkan sarapan. Sebentar lagi kami akan packing dan mulai turun. Kembali ke peradaban. Ah... belum turun pun saya sudah terlanjur rindu ingin kembali lagi kesini.

Foto-foto selengkapnya : cikuray ... anthem of the broken hearted

Serpong 5 september 2009; 15:45
(ntar malem sahurber KKC di rumahnya wangsa)

Thursday, September 03, 2009

satu (untuk) Indonesia




Pada suatu hari yang cerah, di lamandau, kebayoran baru, Jakarta pertengahan bulan lalu.
Mr. B : “gue nggak suka biker”
Saya : “kenapa?”
Mr. B : “berisik!”
Saya : *nyengir*

Memang berisik. Apalagi kalau sudah ngumpul. Tapi ada satu yang belum dilakukannya. Dia kan belum pernah ngumpul sama bro-bro yang badannya kayak beruang itu kan? Siap-siap aja sakit perut karena nggak kuat menahan tawa.  Tapi yang saya tidak suka adalah jam karetnya. Ampuuuuun deh. Janji jam 7 pagi. Baru ngumpul jam 10 siang. Apalagi kalau sudah dalam rombongan besar. Ihiks!

Itu sebabnya di hari kedua, kami memilih untuk pulang terlebih dahulu. Padahal saya ingin sekali mampir ke Kampung Naga. Mungkin belum berjodoh aja.

(touring Merdeka MiLYS 2009, 15-17 Agustus 2009 Gn. Galunggung & Kampung Naga, Tasikmalaya; Jadi boncenger ngikutin suami yang gabung di salah satu klub motor scorpio. Kayaknya sih lebih dari 60 motor yang ngumpul di Tasikmalaya hari itu. Beberapa teman dari Bandung, dari Garut dan dari Tasikmalaya turut datang merapat.  Menanam pohon di sekitar Gunung Galunggung dan berkunjung ke Kampung Naga menyalurkan bantuan minyak tanah. Selengkapnya mengenai  Mailing List Yamaha Scorpio

 
;