Monday, November 30, 2009

antara lampu dan pelanggaran HAM

sore itu di ruang depan. Sambil memandang sepetak halaman depan. Ini obrolan saya dengan suami tersayang.

"Apa? Wajib pake lampu taman? Harus seragam pula?" dengus saya, huh aturan yang aneh.

“Udah ketetapan dari pak RT, Hany. Udah kesepakatan bersama" kayak anggota DPR aja.

“Kalau nggak mau gimana?" saya, masih ngeyel.

"Hus! Udah ah... Ikutin aja. Nggak enak sama warga yang lain" kemudian dia ngeloyor pergi.

Hari gini harus seragam? Saya bener-bener nggak setuju. Sejelek-jeleknya rumah, saya nggak ingin disamakan dengan orang lain.

Karena setiap orang itu unik bukan? Lihat aja rumah di ujung jalan itu, pagarnya dicat ungu. Atau rumah nomor 35, langsung berubah hijau warna cat dindingnya.

Saya rasa sih, pasti ada beberapa orang yang nggak sreg dengan lampu jelek ini :D tapi tak kuasa untuk berkata TIDAK. Maaf pak RT, lampunya sih sebenernya nggak jelek-jelek amat. Tapi saya udah terlanjur sebel.

Dan saya pun manyun di pojokan.

Berhari-hari selalu saya pasang tampang PROTES BERAT jika masalah lampu ini disinggung lagi olehnya. Bersama kelima kucing saya, nyaris kami membuat spanduk untuk demo.

Tapi tanpa sepengetahuan saya, rupanya sudah ia setorkan iuran la
mpu ini pada pak RT. Tinggal tunggu waktu pasang lampunya saja.

Uh…rasanya tak berdaya.

disela-sela kegiatan saya mencuci baju, meyiram tanaman dan mengepel lantai. Ide-ide anarkis saya muncul  seperti :

1.    Pura-pura tidak ada dirumah jika nanti ada orang yang datang untuk pasang lampu

2.    Memotong kabelnya kalau sudah terlanjur dipasang

3.    Menggergaji batang besi penopang lampu 

4.    Secara ajaib bohlam lampu  hilang dari tempatnya

5.    dan pura-pura tidak tahu kalau ditanya …(haha!)

Ah.. ide barusan tidak akan menyelesaikan masalah. Batin saya bergelut. Intinya bukan itu. Protes saya ini harus saya sampaikan kepada khalayak ramai.

Seminggu kemudian.

Lampu taman itu sudah dipasang. Dan sudah menyala seperti lampu-lampu taman di rumah tetangga kami yang lain. Apa saya pasrah dan menerima kenyataan ini? Hohooo…. Anda salah besar.

Ada yang beda kali ini.

Cahaya lampu kami warnanya kuning hangat. Satu-satunya lampu yang terangnya seperti itu. Warna kuning di tengah-tengah kepungan lampu taman tetangga yang sinarnya putih menyilaukan.

Haha… rasakan pak RT! Ini bentuk protes saya!!!

BTR, 25 November 2009 ; 22:02 *lagi nunggu yayangnya pulang kopdar, hanya ada Ucup n Pippy di rumah

Wednesday, November 11, 2009

Masa Orientasi Kucing (MOK)

Sebelum pindah rumah, saya sempat tanya kepada teman-teman di mailing list Indonesian Cat Rescue (ICR) dan milis Pecinta Kucing mengenai tips jika si meong ikut pindah rumah.

Terutama kucing stray –istilah ini mungkin lebih dikenal dengan sebutan kucing kampung, kucing jalanan atau kucing liar- yang nggak biasa dikurung di rumah apalagi di dalam kandang. Saya tanyakan juga apa tipsnya agar si mpus nggak stress dan malah hilang ketika kami semua pindah ke tempat yang baru.

Saya senang karena banyak yang menanggapi. Saran mereka cukup beragam lho. Mbak Dini salah satunya. Mbak dini ini dari milis ICR (Indonesian cat rescue) bercerita, si Tiger kucing jantannya, sempat kabur di minggu pertama dan pulang ke rumah yang lama.

 “Untung masih satu komplek. Jadi gampang nyarinya” Mbak Dini ini baru saja pindah 4 bulan lalu. Kucingnya ada 7 ekor.

“Tapi setelah sebulan dia sudah nyaman dan ngga pernah keluar rumah lagi.” Tambahnya lagi.

Atau saran dari mbak Lala Lavita dari milis Pecinta Kucing, Pamannya meninggal dunia karena sakit dan kucingnya, -kucing kampung- tak ada yang merawat.

“Karena kasihan, kucing yang saya beri nama Kipli itu, akhirnya saya bawa pulang ke rumah saya.”

Ini tipsnya :
1.    Minggu pertama : dikurung di sebuah ruangan dalam rumah, bisa dalam kamar atau halaman belakang yang tertutup (jangan ada celah untuk kabur), ada naungan untuk berteduh, makan minum di tempat tersebut, dan biarkan mereka BAB & BAK disana.
2.    Minggu kedua : kucing baru dikeluarkan dari ruangan tersebut, namun masih dalam lingkungan dalam rumah
3.    minggu ketiga : baru boleh berkeliaran diluar rumah, biasanya mereka mulai hafal dengan bau dan letak rumah, jadi kalaupun kelayapan keluar rumah, mereka pasti balik lagi kok dan tidak nyasar...
 
Tapi yang sedikit nyentrik justru saran dari mbak Lucky.  Mbak Lucky yang tergabung dalam milis Pecinta Kucing ini punya pengalaman yang sama dengan saya. Pindah rumah.

Jadi sebelum semua barang masuk ke dalam rumah baru, kucing-kucingnya ia lepaskan dulu didalam rumah. Mereka biarkan kucing jantan untuk menandai area dan mengendus-endus isi rumah.

“Baru deh…. Semua barang kami masukkan”

“oooo..”

“Tapi ada satu tradisi yang biasa kami lakukan untuk membuat kucing baru merasa hommy”

“Caranya?”

“Caranya adalah dengan memutarnya di bawah kaki meja sebanyak 7 kali” oh ya? Saya baru dengar tuh.

“Memang agak unik sih. Tapi biasanya manjur loh..” bisa saya bayangkan mbak Lucky tersenyum senang. Dan tambahnya kemudian,
 
“Oiya, biasanya dua minggu pertama, si meong masih berasa asing di rumahnya yang baru. Jadi harus sering dibelai dan diajak main ya…...Semoga pada betah di rumah yg baru..  “

“Hahaha.. siaaaap mbak Lucky!”

Kalau mbak Agil lain lagi. Tipsnya adalah dengan menyibukkan si meong dengan mengolesi seluruh kaki depannya dengan mentega. 

“Lakukan sekitar 3 hari terus menerus.” Sahutnya dengan yakin.

“Nanti kalau ada yang berusaha untuk celingukan cari jalan pulang, olesi lagi mentega lebih banyak. Itu resep nenek.” 

Wah.. saya bisa bayangkan Pippy lupa makan gara-gara seharian sibuk menjilati kakinya. 

Terlepas benar atau tidak, menurut saya sih layak untuk diuji. Penasaran juga saya dibuatnya.

“Semoga berhasil ya, mbak”  Lanjutnya. Ho oh!
 
Nah.. di tengah kesibukan saya membenahi barang-barang untuk pindah. Ibu saya telpon dan bilang :
“Pindah nanti.. nggak usah bawa kucing banyak-banyak. Satu atau dua ekor aja cukuuuup” huuuuuuu… ibu yang sangat saya cintai ini. Dari dulu memang nggak pernah setuju kalau saya pelihara kucing. Huhuuuu….

Tapi ayah saya kemudian bilang, “papa.. udah 18 kali lho pindah rumah” *secara dia veteran sering pindah rumah * dia juga rupanya sepakat dengan ibu saya. Dan membagi sedikit tips cara cepat merapikan rumah dalam waktu 3 bulan. Kwak..kwaaaaw…

Hati saya makin tak menentu. Bahkan sambil mengangkat kardus-kardus berisi buku. Benak saya sibuk membuat rencana detail untuk kucing-kucing ini nanti. Ada satu tips menarik nih dari Mbak Endah dari milis ICR. Yang menyahuti kegundahan hati saya.

Saya dan mungkin ribuan orang diluar sana –hehehe.. terlalu lebay ya- bisa jadi terlalu fokus ketika hari pindah.  Dan luput mengenai persiapan mereka sebelum pindah.

Ini tipsnya, “Jauh-jauh hari sebelum pindah, mpus-mpus itu diungsikan dulu. Bisa dititipkan di tempat penitipan atau di rumah teman”

Karena biasanya kucing itu punya feeling yang tajam tentang apa yang sedang terjadi di rumah. Atau jika ada 'kesibukan' yang lain dari biasanya. Dan itu membuat mereka kabur dari rumah dan menunggu situasi kembali aman seperti semula. Dan akibatnya, malah pada ketinggalan nggak ikut pindah.

Hiks! Jadi ingat Mimin yang dua minggu sebelum kami pindah, pergi entah kemana.

“Dan perihal outdoor yang nggak biasa dikurung, mau nggak mau, nggak ada cara lain deh kayaknya selain memaksa mereka 'dipenjara' dulu.”

“Duh.. saya jadi raja tega dong ya?”

“Iya.., pada akhirnya mereka hanya bisa pasrah terima nasib. Ngamuk sih... memang, pastinya stress, tapi setidaknya mereka aman dan nggak hilang”

“Hiks!”

Moga-moga pada keangkut semua ya...ntar deh kalo nemu artikelnya dimana, diupdate lagi.” Iya mbak Endah. Makasih lho.

Tapi kayaknya yang paling mendekati kenyataan sih sarannya dari mbak Okti. Dia bilang kucing outdoor, kalau dibawa pindah jangan langsung dilepas, paling tidak dikurung beberapa hari dulu.

Sediakan makanan. Karena makanan merupakan faktor yang sangat menentukan. Kucing tergantung dari makanan yang kita berikan. Lambat laun kucing juga akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. kalau itu sudah dipenuhi, nggak usah khawatir kalau kucing-kucing tidak akan kembali, kecuali kalau mereka ditangkap orang lain.

Waaah.. mbak  Okti.. semoga nggak kejadian deh kayak gitu.

eniwey…makasih ya semua… berkat saran dari teman-teman semua, masa orientasi kucing kami sudah berhasil kami laksanakan. Sekarang sudah menginjak minggu kedua. Dan kucing-kucing kami sudah bebas bermain seperti di rumah yang dulu.

(cerita berikutnya : MOK tahap dua episode Joni Hilang!)

-lagi mati lampu, 19:29 ...pippy lagi nongkrong deket jendela-
 

Friday, November 06, 2009

rumah itu bernomor tigapuluh dua




yup! besok tepat seminggu kami tinggal disini. Setelah berminggu-minggu mengepak, mengelompokkan dan memilah-milah barang, stress mengenai pembagian tugas dengan suami, menyimpan logistik untuk berminggu-minggu, membetulkan keran air dan lampu serta membujuk kucing-kucing di rumah agar mau ikut pindah. Akhirnya kami pindah juga.......

Ke rumah mungil tipe 36/72 di salah satu komplek pemukiman yang ada di Bekasi. Masih gersang karena baru dibuka oleh developer. Tapi saya lihat tetangga kiri kanan sudah menanam pohon mangga di depan rumahnya.. ah... sabar.... sabaaar....

bekasi timur, 6 november 2009; 16.00
-yang sedang rindu dengan keteduhan pohon, untung hari ini mendung, dan mpus-mpus lagi bobo ciyang semua-

Thursday, November 05, 2009

lost in time square




barangkali Ucup -belang putih kuning- bobby -putih- dan kunyit -kuning garfield- adalah tiga kucing jantan yang sempat dipertemukan oleh takdir. Ucup dan Bobby dilahirkan Mboy di kapling kosong  belakang rumah, diantara bedeng-bedeng tukang yang sedang mengerjakan rumah. Sedang Kunyit, saya temukan miau-miau crying for help di got taman depan rumah. umur mereka baru sebulan saat itu.

Ketika saya letakkan Kunyit diantara Ucup dan Bobby yang sedang menyusu, Mboy tak merasa terganggu dengan tambahan satu ekor anak lagi. Malah kasih sayang yang ia berikan sama besarnya seperti yang ia berikan pada Ucup dan Bobby.

Beberapa kali mereka –mboy dan anak-anak- pindah rumah. Tapi akhirnya kembali lagi ke rumah ini. Lalu kemudian Bobby hilang. Raib lenyap entah kemana. hanya tinggal Ucup dan Kunyit. Kedua bocah ini menjalin persahabatan. Main bareng, tidur bareng, dan tetap bermanja-manja pada Mboy seorang … eh .. seekor. 

Tapi kemudian virus itu datang lagi. Hanya 2 hari Kunyit bertahan dan kemudian mati.

Kami menguburnya di taman depan. Dan dua hari pula Ucup berkeliling rumah mencari Kunyit. Sahabat tersayangnya. Sedih saya melihatnya, tapi ini cerita lama. 

(edisi nostalgia  6 November 2009; 11.03)

 
;