Wednesday, October 13, 2010

suratnya tak pernah sampai (bag. 3)

 [TENTANG MAKANAN]

Sudah jam enam pagi. Mudah-mudahan kamu juga sudah sahur ya?

Bicara mengenai makanan, tentu tak pernah lepas dengan rumah makan Padang. Mungkin sudah suratan takdir kami. Sepanjang jalan menuju Padang. Selalu rumah makan padang yang kami temui. Ketika sahur maupun berbuka puasa. 

Sejak sabtu pagi berangkat dari Bandung (kami naik bus ALS) baru jam setengah sebelas malam, kami benar-benar turun dari bus dan makan di rumah makan, di Muara Enim, Sumatera Selatan. Dan lagi-lagi rumah makan Padang. 

Terus begitu hingga kami kembali lagi ke Bandung dengan bus yang sama. Yang parah sih waktu perjalanan kembali ke Bandung. Pukul satu malam kami di Purwakarta. Dibangunkan sopir. Kami harus sahur disana. Di rumah makan padang pula. Hiks!

Awalnya sih aku cukup tabah dengan makanan pedas seperti itu. Tapi lama-kelamaan, nggak tahan juga. Aku beli kecap botol yang kini selalu ada di dalam tasku. Kalau yang lain menenteng satu set sikat gigi dan teman-temannya. Aku sih cukup puas dengan hanya membawa satu botol kecap setiap kali kami masuk rumah makan. 

[AKHIRNYA]

Pada hari surat ini dibuat. Aku sudah ada di Bandung. Data-data mentah yang kemarin kami ambil, tentu harus diolah dulu. Deadlinenya tanggal 15 Maret bulan depan. Rencananya, laporan ini nanti akan digunakan oleh pemerintah daerah Sumatera Barat. Tentunya untuk menentukan kebijakan daerah disana. Tugasku juga tidak hanya sampai disitu. Kontrakku diperpanjang. Tentunya membantu membuat laporan. Ah.. boleh juga nih. Bisa dibuat untuk tugas KP2. Lumayan…

Sekarang, aku ‘ngantor’ dari jam delapan hingga 4 sore. Setiap hari. Tentu diluar waktu kuliah. Tapi.. kalo males.. ya bolos aja. Hehehe..

Nah.. hari ini. Rencananya kami semua mau bolos ngantor. Nggak hanya mahasiswa magang-nya yang mau bolos. Pegawainya juga pada mau bolos. 

Tapi rupanya rencana ‘suci’ kami sudah bocor terlebih dahulu dan diketahui pak Dosen biro ini.   Hahaha… maka.. keluarlah ultimatumnya. 


“Hari ini ada pembagian THR lebaran…!” kalau nggak masuk kantor. Hmmm.. resiko tanggung sendiri ya   Hahahaha…!!! Batal deh bolosnya.

 Sudah dulu ya. Ngantuk nih. Sampai ketemu lagi. Met kuliah. Jakarta pasti macet ya?


Bekasi, 13 Oktober 2010, 19.19 malam. Suratnya memang tidak pernah sampai kepadamu. Mungkin suatu saat nanti  akan kuberitahu alasannya. Aku sekarang tinggal disini. Berhenti  kerja dan (hanya sesekali menerima panggilan), Mengurus suami dan kelima ekor kucing kami. Masih suka jalan-jalan…. Dan ada satu yang nggak berubah.. (dan kamu pasti tahu itu) aku masih suka jajan sembarangan. (kayak anak es de deh) 

suratnya tak pernah sampai (bag. 2)

[TENTANG GUEST HOUSE]

Kamu masih disitu kan? Aku teruskan ya. 

Guest house kami di Alahan Panjang bentuknya rumah kayu. Walau kecil dan mungil. Tapi daya tampungnya besar lho. Kamu pasti bisa mengambarkannya. Kamu selalu pintar membuat sketsa.

Beberapa kamar ditempati dosen dan satu kamar mungil yang ada di belakang, aku tempati bersama teman perempuanku. Sisanya, tidur beralas tikar di ruang tengah. Yang sehari-hari disulap jadi tempat berkumpul kami. Kadang hanya untuk duduk lesehan sembari mengobrol, atau tempat merapikan data setelah seharian berkeliling.

Tapi ruang tamu yang ada di sebelah selalu penuh dengan asap. Kalau sudah waktunya berbuka, para perokok akan berkumpul disana. Apalagi yang dikerjakannya jika bukan mengisap rokok  sambil berbalas pantun… hehehe.. sumpah!

Kamar mandinya ada dua. Dan airnya sedingin es. Jadi sudah rahasia umum disini. Kami mandi hanya satu kali sehari. Hahaha.. 

dan untuk makanan. Kamu nggak perlu khawatir. Si ndut ini terjamin sekali kesejahteraannya. Ikan sungai yang di goreng kering, sayur segar yang ditumis penuh selera dan rupa-rupa penganan lainnya untuk sahur dan buka kami selalu disediakan tepat waktu oleh si induk semang pemilik guest house. Rumahnya ada di sebelah kami.

[RUTINITAS]

Ya..ya… ya… kamu pasti akan mengomeliku kalau melihat lingkaran hitam dimata akibat kurang tidur. Tapi aku suka sekali.  Tahukah kamu, setiap hari aku berangkat jam delapan pagi dan baru kembali ke basecamp menjelang senja. Persis menjelang waktu buka. Hanya istirahat sebentar karena tepat pukul sembilan malam kami berkumpul lagi untuk merapikan data. Kadang pertukaran informasi berlangsung begitu serunya hingga tengah malam. Kerap kami tertidur saking lelahnya. Lalu tiba-tiba sudah pukul 4 subuh. Waktunya sahur.

Tetapi walaupun begitu. Aku senaaaaaaang sekali. Nggak peduli apakah dia dosen atau mahasiswa. Kami sudah seperti saudara saja. Berebut piring (dan makanan tentunya), terbahak-bahak hingga perut sakit.  Ada satu dosen nih, yang kalau tidur disebelah bantalnya pasti udah disiapkan kompas, jam dan alat pengukur ketinggian. Jadi kalau dia bangun. Yang pertama ia lakukan adalah membaca kompas… untuk orientasi dan mengukur ketinggian” ahahaha…

[SHARING INFO]

Well. Banyak yang bisa kudapat kali itu. Kamu tahu? Sekarang, aku bisa membedakan mana bunga jantan dan mana bunga betina. Aku jadi tahu, mengapa tanahnya menjadi tidak subur. Aku tahu beberapa nama latin pohon disana. Aku tahu darimana bahan kerajinan tikar itu berasal. Dari teman-teman UBH, aku juga belajar banyak mengenai rumah adat disana dan sedikit-sedikit juga belajar bahasa mereka.

Kadang-kadang, pengambilan data tidak hanya dilakukan ketika keluar masuk kampung. Sering kami harus menumpang truk. Naik perahu, memetik  markisa dan membeli bawang putih (hahaha.. kalau yang ini sih belanja)

Ada yang menarik disana. Dulu di danau ini pernah dibangun fasilitas pariwisata. Tapi entah mengapa kemudian ditinggal begitu saja oleh pemiliknya. Konon, tempat itu tidak disetujui warga.  Pengaruh agama yang mereka anut masih kuat. Menurut mereka. Dengan adanya tempat wisata itu hanya akan membawa pengaruh negatif. Mereka tak sudi tanah tempat mereka lahir dan hidup ini akan seperti tempat wisata di Bali misalnya.

suratnya tak pernah sampai (bag. 1)

Sabtu 17 februari 1996; 3.40 pagi; Subuh. Setelah sahur.

[CURHAT DULU]

Terimakasih ya. Kamu sudah mau bicara lagi denganku. Kamu tak tahu saja. Betapa leganya hatiku.  Kisah ini bagai tak berawal dan tak berujung. Maafkan aku ya … kalau aku selalu menjadi orang yang peragu di dunia ini. Ah… sudahlah. Ada yang ingin aku ceritakan kepada kamu. Kisahku selama kamu tak mau bicara padaku.   

[bandung-padang- alahan panjang-padang-bandung; 3-10 februari 1996]

Kamu tahu, libur lebaran di kampus tahun ini hanya dua minggu (12 s.d. 24 februari) tapi karena aku pergi ke Padang seminggu sebelumnya, maka jadilah tiga minggu penuh hari liburku. Tentu akan dicatat seminggu bolos kuliah.

[AWALNYA]

Nggak disangka juga kalau dipikir-pikir. Aku ditawari untuk pergi ke tempat ini,  hanya tiga hari sebelum kami berangkat. Lalu hari minggu malam kami tiba di kota Padang. Disini panas sekali. Untunglah hanya semalam kami menginap. 

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dengan kendaran sewaan, kami bergerak menuju kota Alahan Panjang. Tak seperti Padang. Tempat ini sejuk sekali. Baju hangat yang kubawa rasanya tidak kuat menahan dingin dan kencangnya angin. Berkali-kali aku mengingatkat diri. Disini tidak sama dengan Bandung., Neng! 

[THE CREW]

Ada dua belas orang yang berangkat dari Bandung. Beragam latar belakangnya : arsitektur, biologi, geologi dan teknik lingkungan. Selain mahasiswa ada pula dosen senior yang bergabung didalamnya. Formasi pun bertambah lengkap dengan tambahan beberapa teman mahasiswa arsitektur UBH (universitas Bung Hatta) dari Padang dan beberapa orang dari Pemda setempat.

Dari total duapuluh orang itu, hanya aku dan Litta peserta perempuannya. Jadilah kami kesayangan semua. Lucu juga kalau diingat bagaimana awal perkenalan kami dengan teman-teman UBH itu. Semula masih malu-malu. Tapi akhirnya malah malu-maluin. Hahaha.. !

Team satgas pun dibentuk. Kami dibagi menjadi dua kelompok. Sementara para dosen yang sepuh itu lebih suka jalan sendiri. Mereka bilang hari terakhir saja akan bergabung. Maka pergilah kami, tiga hari penuh menjelajah di sekitar danau diatas dan danau dibawah. Mana sedang puasa pula. Ihiks…! Andai kamu ada disini. Kamu pasti sudah mengikutiku sambil membawa segelas air dan menyuruhku buka puasa. Hehehe…

Tuesday, October 12, 2010

pasar seni : institut terkenal banget hehehe...




"Pasar seni ITB ke 10, pada 10-10-10, di ITB jalan Ganesha No. 10 dan hanya berlangsung 10 jam saja. Datang tahun ini atau silahkan tunggu 4, 5,bahkan 6 tahun lagi," hmmm....

Bandung, 10.10.10 (Pasar Seni ITB. Masih tetep rame. Masih tetep macet. Masih tetep susyah cari parkir. Selengkapnya ada disini : http://www.itb.ac.id/news/2978.xhtml atau disini  http://pasarseni2010.tumblr.com/ dan disini http://www.pasarseniitb2010.com/)

 
;