Monday, February 25, 2008

mpus pak RT

Saya nggak akan pernah ngerti, kenapa kucing yang satu ini selalu menjadi public enemy di rumah ini. Padahal tampangnya lucu, berbadan gendut dan selalu cinta damai *bayangin tuh!*

Namanya aslinya sih si Imut. Tapi di rumah ini lebih dikenal dengan nama : mpus pak RT. Kenapa bisa begitu? Nah.. dulu memang saya tidak tahu namanya. Belakangan baru tahu kalau dia adalah kucing peliharaannya pak RT. Yang rumahnya hanya berjarak dua rumah dari tempat kami.

Kebiasaannya tiap pagi adalah datang ke rumah. Mungkin ia masih berharap mendapat sisa sarapan kedua kucing kami di rumah.

Tapi begitu mpus pak RT nongol dari jendela depan, detik itu juga akan disambut dengan meriah oleh kedua mpus penghuni rumah ini. Kadang-kadang ditonjok oleh mpus mboy. Di cakar oleh mpus pippy. Dan kemudian dikejar hingga si Imut melarikan diri melalui jendela. Maklum saja, mpus mboy dan mpus pippy kan satpaaaaam! Hahaha…

Kasihan juga sih sebenarnya. Salah apa coba?

Seminggu yang lalu saya dengar dari informan saya *anaknya pak RT* kalau mpus imut sudah melahirkan. Anaknya ada dua. Perempuan semua. Warnanya persis sama dengan emaknya.

Wah. Perempuan?

“Iya buuuu.. perempuan!”

Kalau yg ini pembicaraan saya dengan bu RT waktu kami sedang sibuk memilih sayuran di tempat abang sayur yang lewat di depan rumah pagi itu.

“whaaduuuh… bisa-bisa komplek kita penuh dengan kucing betina nih!” tambahnya dengan gemas.

Saya dan tukang sayur mengamini. Bu RT pasti mengkhawatirkan populasi kucing yang akan terus meningkat di komplek perumahan ini.

Tapi si kedua satpam itu *masih inget? Si mboy dan Pippy* seolah tak terpengaruh dengan pembicaraan maha penting kami. Mereka dengan manjanya malah bergelayut diantara betis saya. Duh!


Semalam mereka berdua dinasehati oleh suami saya. Peristiwa kejar usir mpus pak RT harus dihentikan. Mpus mboy didudukkan dipangkuan. Mpus Pippy duduk tak jauh dari kami berdua.

“Nggak boleh ngejar mpus pak RT lagi yaaaaa… mpuuuuus” suara suami saya lembut mendayu.

Tiga pasang kuping serius menyimak *hoho.. iya. Termasuk daun telinga saya tentunya*

“miiiaaaaaauu!” jawab si mboy.
“oui ……” jawab si pippy.

“soalnya” lanjutnya lagi.

“Nanti kalian nggak akan bisa bikin KTP. Bikin ktp mpus kan harus sama mpus pak RT” jawabnya santai sambil meninggalkan kami bertiga yang bengong di ruang tamu. Halah!


Serpong 25 feb 08 16.23 (barusan ada info gempa di bengkulu)

Saturday, February 23, 2008

jangan pernah berani melawan emak-emak

Ketiga bayi mungil mpus mboy baru berumur tiga hari. Yang satu berwarna hitam. Ada sedikit sapuan warna putih di sekitar wajah dan keempat kakinya. *aaah… pake kaos kaki *

Sedang kedua saudaranya yang lain bercorak tabby *loreng-oreng kayak macan* campuran antara warna hitam dan coklat. Jangan tanya jenis kelaminnya ya. Saya belum berani memeriksanya. Ntar deh. Mungkin sebulan lagi.

 Melihat proses kelahiran ketiga bayi mungil mpus Mboy tiga hari yang lalu membuat saya takjub akan campur tangan-Nya. Praktis tidak ada yang dapat saya perbuat untuk membantunya. Karena hanya naluri hewani yang bekerja. Begitu sistematis. Tak seorang pun *mungkin lebih tepat.. tak seekor kucingpun * yang mengajarkan kepadanya. Dia tahu itu. Dia sudah tahu.

 Dan mungkin saya hanya beruntung saja. Diberi kepercayaan dan dapat duduk dekat dan mendampinginya ketika menghadapi proses kelahiran. Yang saya tahu, kucing itu amat sangat peka. Sedikit saja ada yang membuatnya tidak nyaman. Ia pasti berpindah tempat.  Hingga hari ini pun. Tak ada keluhan sedikitpun dari mpus Mboy bila kami *saya dan suami* datang mendekat, membelai-belai punggungnya dan menengok ketiga anaknya.

Kini ia menjadi seorang ibu yang amat sangat over protective. Dari seluruh hidupnya hanya dua kali ia berani meninggalkan ketiga anaknya. Pertama : waktu makan dan kedua : ketika mau puppy.

Sisanya yang ia lakukan hanyalah menyusui, tidur, duduk, berjaga dan memeluk ketiga anaknya.

Kelakuan Mpus Pippy *that’s another cat in our home* juga berubah. Yang biasanya bossy kini tidak berani lagi menghadapi mpus Mboy. Jarak terdekat yang pernah ia lakukan hanyalah berdiri melongok dari balik pintu.

Tapi kadang-kadang isengnya kumat juga. Sengaja datang dan duduk di depan kapling mpus mboy dan berdesis desis seperti ular. *yaoloooo… pippy.. kamu itu mpus atau ular ya?* sementara mpus Mboy melolong-lolong *tepatnya sih miau-miau * protes tanda tak setuju.

Pagi tadi ada kucing hitam jantan *yangkebetulandatangmampiriseng-isengnumpanglewatdanliat-liatdirumah* tak pelak lagi langsung diajak duel oleh mpus Mboy. Bulu kuduk mereka berdiri. ”Ya Tuhaaaaan!” seru saya pasrah.  “Mati nih.. matiiiii!” *sambil memegang sapu. Siapa tahu mpus Mboy butuh bantuan*

Tapi sepertinya kucing jantan itu tahu diri. Dia nggak mau melawan. Dan lari terbirit-birit melalui pagar belakang. Padahal kalo dipikir-pikir, perawakan mpus jantan itu dua kali lebih besar dari mpus Mboy. *sigh mode on*

Yang ketiban sial sih Mpus Pippy. Entah pagi ini mungkin adalah hari terburuk bagi mpus Pippy. Dia yang sedang bengong di depan pintu dan menonton adu jotos barusan tak luput juga dari tonjokan mpus Mboy. Duh..kasihan kamu mpuuus!

 

Moral of the story is : jangan pernah melawan emak-emak. Demi melindungi anak-anaknya dia bisa galak sekali. Menyerangmu tanpa peringatan sebelumnya

 

Serpong 23 feb 08 11.00 pagi  lagi nonton oprah winfrey show di metro tv (hari ini ultah mama di cimahi….. nelpon dulu aaah!)

Thursday, February 21, 2008

hari ini mpus mboy manja sekali

Saya tahu, ini bukan kali pertama mpus Mboy hamil.

Saya hanya menyesal ketika kelahiran anak pertamanya, saya tak hadir menemani.

Saya ingat waktu itu, kami –saya dan suami- sedang berada di Cibodas, berada dalam dinginnya kaki gunung Gede, menemani pasangan Novi dan Dwi, menjepret foto prewed mereka.

Begitu kami pulang. Hanya terdengar miau-miau bayimu dari teritisan atap rumah kami. Ah mpus. Kamu itu kucing atau burung sih? Dan kemudian para tetangga sibuk memberikan selamat. *halah* “Buuuu… kucingnya baru melahirkan ya?” ketika keesokan paginya saya bertemu mereka di depan tukang sayur yang lewat di depan rumah.

Ah …. Kali ini makanmu banyak sekali. Nafasmu mulai tersengal-sengal karena perut yang mulai gendut. Puurrrrr-mu terdengar beda. Bagimu mandi kucing adalah suatu perjuangan tersendiri. Lidahmu nyaris tak mampu menjangkau ekormu.

Saya sih seneng-seneng aja. Karena sekarang kamu menjadi kucing rumahan lagi. Nggak keluyuran setiap hari dan nggak dugem lagi.

Akhir-akhir ini, mpus mboy manja sekali. Tidak biasanya ia selalu mengikuti saya dari dapur hingga ruang depan. Dan kemudian mondar-mandir dari satu ruangan ke ruangan yang lain.

Seolah-olah sedang mencari tempat yang nyaman untuk rebahan. Di lemari buku, di balik sofa dan pencariannya berakhir di rak terbawah lemari baju kami. Duduk tersembunyi dalam kegelapan di balik tumpukan kain dan pakaian lama kami.

dan sudah sejak semalam mpus mboy mulai mengeong dengan gelisah. Mungkin perutnya melilit karena sakit.

Pagi ini miau-miaunya terdengar lirih dan manja. Ada apa mpus?” Saya usap perlahan perutnya yang membuncit itu.

“Sakit ya?”  “Miiiaaaaaau….!!!”


Dan ia kembali bergelung di tempat kesayangannya. Mencoba tidur. Tapi tak kuasa. Mata sipitnya yang bak bulan sabit itu terus-menerus memandang saya.

Hmmmm…Saya tahu itu. I just know. Waktunya sudah dekat.

Lalu saya tersenyum dan membalasnya “Ah mpus…. Jangan khawatir. Saya nggak akan pergi kok”

 

Serpong 21 februari 2008 07.55 pagi (sedang duduk di dekat mpus mboy)

 
;