Tuesday, June 12, 2007

Me and my other sixteen personalities

Pernah ngebayangin nggak, seperti apa sih kalian kalau hidup di masa dulu? Entah di jaman Majapahit, sewaktu perang kemerdekaan, tahun 65, atauuu pas jamannya flower generation di tahun 70-an?

 

Saya pernah, dan sering banget –saya punya imajinasi yang liar mengenai hal ini- 

Apakah saya akan menjadi seorang ningrat sunda berdarah biru. Yang memakai kebaya, bersanggul, dan lemah lembut tutur katanya –tapi, nggak mungkin juga jika ngeliat silsilah keluarga, Meragukan deh J -

 

atau menjadi salah satu orang yang dibuang ke Digul? –mungkin saya pilih ke Banda aja J ngikutin bung Hatta-

 

ataukah saya akan menjadi seorang pejuang dengan senjata berikut barisan peluru terselempang di bahu kanan dan kiri? Yang bertugas mendampingi panglima besar Sudirman yang memilih hengkang dari kota Jogja yang sedang diduduki Belanda? –maybe, tapi saya lebih suka ngikutin tukang potret groupnya IPPHOS-

 

Atau malah ada diantara hiruk pikuk dan gegap ribuan massa yang ngumpul di depan hotel Soerabaja mendengar orasi Bung Tomo yang fenomenal itu? – Ah…saya jadi pengungsi aja deh, yang mbawa bakul berisi pakaian J -

 

atau saya akan menjadi wanita berambut lurus dan panjang, dengan celana cutbray, tengah tipsi bareng temen-temen di dalam ruangan yang full musik dan penuh dengan asap rokok? – tapi yang ini nggak mungkin juga, secara rambut saya keriting banget dan saya benci dengan asap rokok ..hehehe-  

 

Tapi mungkin saya hanya menjadi diri saya sendiri. Seseorang yang hobi-nya ‘menjelajah’ kemana aja. Yang masih tetep suka dengan kucing. Yang masih cinta dengan kota Malang. Dan yang tetap tergila-gila dengan pohon… J

 

Jadi, kalaupun kalian kenal dengan saya, dimanapun itu, kapanpun itu, entah di jaman penjajahan Belanda, entah di jaman Jepang, masa kemerdekaan atau di tahun 60-an. Percayalah, kalian akan tetap mengenali saya. There’s still me inside. Masih tetap saya walau tampil dengan kebaya, konde, baju karung goni, atau celana cutbray.

 

Itu hanya masalah casing maan! J

 

-tulisan ini terinspirasi waktu motret stat. tanjung Priok akhir mei lalu-

Saturday, June 09, 2007

Stasioon Spoor Tandjoeng Priok, ah ......dukamu abadi




 Rasanya seperti melihat scene awal film Titanic deh….. Penuh dengan hiruk pikuk orang. Ada suara tawa sopan antara dua orang yang baru bertemu, dengan jam bandul yang tidak lepas dari rompi bajunya.


 Ada cekikikan tawa noni-noni Belanda, dengan payung dan tas tangan berjalan beriringan. Tergopoh-gopoh genduk pengiring membawakan tas. Sementara para kuli sibuk hilir mudik mengangkut box-box besar berisi barang.


 Suara berisik pluit kereta yang akan berangkat, asap membumbung dari loko. Suara penumpang berebut tiket, pengemis di depan peron, ringkik kuda di halaman depan stasiun. Ibu-ibu bakul penjual makanan berbaris di sepanjang jalan masuk.


 Tapi sekarang tidak lagi. Bangunannya redup termakan usia. Di salah satu ruang malah disewa untuk lapangan badminton. Di sisi lain, penuh dengan tunawisma dan warung remang-remang. Berikut lantai dan dinding granitmu, yang mulai hilang diambil orang.


 Ah…. stat. Tanjung Priok …. Dukamu memang abadi …. L


 Jakarta, 27 Mei 2007 -akibat batal ngikut Bleem n Taufan, tek tok ke Gede :D secara dengkul masih diragukan kemampuannya bo’-


 Lainnya mengenai stasion Tanjung Priok : Stasiun Tanjung Priok

 
;