Tuesday, June 20, 2006

KKC goes to city 18 June 2006




"Besok kaos KKC-nya dipake ya?" pesan Joko via sms.


"Iya..iyaaa..mbakyuuuu.." :-p ...sahutku tak kalah seru.


Akhirnya, jadi juga t'shirt perdana kami. Kagak nahaaaaan.......pengen pamer ..hehehe...


Dan inilah kami, dua anak 'kembar' di tengah keramaian seputar lapangan Fatahilah, Jakarta Kota pada hari minggu yang cerah lalu. Kebetulan, hari itu, kami diberi kepercayaan untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan Bravo-Penca. Ingin tahu lebih lanjut mengenai Bravo-penca ? monggo lanjut ke :
Sajak Senyap di pusat primata Schmutzer

tapi kalo tertarik melihat si kuning .. silakaaaan.. nyambung aja ke sini :
KKC t'shirt atauuu kesini aja bumi itu imut


journal terkait nyambung ke blog-nya mas Toto: Terimakasih kaos KKC (limited edition)

Wednesday, June 07, 2006

bumi itu imut :)


dearest friends,

Tahukah kalian bahwa bumi itu imuuuut

Mau bukti?

Gara-gara bikin kaos kemaren, Joko ketemu dengan ‘musuh bebuyutan’nya, Deni Wangsa, waktu mereka lomba renang di danau Segara Anak dulu. Gara-gara kaos juga, Bongkeng jadi kenal dengan Joko, yang ternyata bersahabat erat dengan Dewa, yang notabene teman lama Bongkeng juga. dan gara-gara kaos, saya jadi tau kalo May, teman saya, ternyata juga temennya Mario. Yang artinya, temennya Santia dan Joko juga … huehehehe…

 Karena hobby yang sama, karena minat yang sama, tidak heran kalau kita akan bertemu dengan orang-orang yaaang…. Itu lagiiii itu lagiiiiiiiiii… J

 Bener-bener bumi itu imut yah!

 Jadi, itulah sekelumit kisah, yang melatar belakangi munculnya stiker ini. Dimanapun kita berada, percaya deeeh…. Pada akhirnya kita akan selalu bertemu dengan teman-teman yang dekat di hati dan selalu merasa damai diantara mereka.

 Jakarta, 13 Juni 2006,

 (ide awal datang dari Joko, yang terinspirasi dari ide temen lamanya, Bachtiar, ITN Malang medio Agustus 1997 lalu)

Sunday, June 04, 2006

[C-U-R-L-Y]


Punya rambut keriting *seperti ..ehem..ehem …saya ini looh!* memang serba salah. Dulu saya pernah menyesali diri dan berharap dilahirkan kembali dengan rambut lurus bak iklan-iklan shampoo di TV. *Damn! Kalian semua, para pembuat iklan!*

Tapi tidak lagi, masa-masa rambut yang dipotong pendek, masa-masa rambut diberi gel hingga satu botol, masa-masa rambut diberi pemberat *biar lurus maksudnya*, masa-masa rambut megar dan liar tak terkendali, sudah berakhir. *guuuubrraaaakkks!*

Kalo dipikir-pikir, sebenernya asyik juga punya rambut keriting. Mau tau buktinya?

Ini salah satunya.

Hingga hari ini beberapa sahabat yang cukup dekat di hati masih memiliki panggilan tertentu yang rasanya “nyeeeesssss” di telinga. Seperti tetesan air yang menitik diatas bebatuan. Sueeejuuuuuk banged! [catatan redaksi : dengan d dan bukan t, menunjukkan rasa amat sangat yang begitu mendalam].

Saya masih ingat, ketika kuliah dulu *yang tentunya, ketika trend kemeja flanel kotak-kotak, yang digulung hingga siku masih berlaku pada saat itu* saya kerap dipanggil dengan sebutan, KRIT!

Hehehe… Sejarahnya cukup panjang dan berliku.

Demi menjadi satu-satunya mahasiswi yang berambut keriting tak terkendali di kampus. Cukup menarik perhatian teman satu jurusanku. Bedanya dia adalah satu-satunya pria yang berambut keriting, just like me, but in another version I think J.

Kami berdua cukup tahu diri untuk membentuk himpunan ‘perjuangan’ sebagai perhimpunan tandingan perhimpunan mahasiswa jurusan. HIMAKRIT.. yup kependekan dari Himpunan Mahasiswa Keriting. Yang AD/ART nya hanya ada dua pasal, yaitu :

  1. anggota himpunan Himakrit adalah mahasiswa yang berambut keriting
  2. jika tidak keriting, lihat kembali pasal satu

Himpunan kami ini cukup terkenal *untuk level tertentu* Telinga ini cepat tegak dan sensitif begitu dipanggil Krit dibanding nama default-ku. Dan hebatnya *sigh* mulai menyebar hingga beberapa generasi diatas angkatan kami.

Yang lain, CURLY! Muncul dari temen kantorku dulu. Istilah ini datang akibat kagumnya dia atas rambut saya yang (herannya) masih keriting tak terkendali selepas pendakian gunung Rinjani. Panggilan itu bener-bener unik dan nggak ada duanya. Dari omongannya saja sudah tergambar seribu rasa sayang yang nggak terucap dengan kata-kata.

Sayangnya, udah lama nggak ketemu lagi dengan orang yang satu ini. Cuma kadang-kadang saja ada satu SMS yang masuh di tengah hari bolong. : “Ada dimana Curly?” Huaaaa… kalau sudah begitu, sudah deh….. yang laen pada lewat.

Nah, yang ini masih lebih moderat, *ini saya dengar dari penuturan resmi teman yang lain, yang menjadi saksi hidup* waktu kami trekking bareng ke TNGH awal tahun 2004 lalu. Ketika saya lewat, ia mencolek teman yang berdiri disebelahnya dan bertanya :

“Siapa tuh yang rambutnya kiwil-kiwil ?* hehehehe.. ada-ada saja.

Tapi kalo yang satu ini, cukup punya panggilan kecil untukku. Ketika saya lagi sebel dan moody dengan entengnya dia berucap “Ada apa KITING ?” *penggalan singkat untuk keriting* kalo udah gitu, ku jawab saja. “ Huaaaaa...om jugaaaa!!!* hehehehe…..

Terakhir, ada yang masih cukup ‘manusiawi’ untuk bersusah payah memanggil nama lengkapku, walau sedikit kelelahan karena mengucapkannya dengan satu tarikan nafas. “Ariesna?” hehe…mungkin ingin membedakan dengan nama aries-aries lainnya ya? Hebatnya trend ini kemudian diikuti oleh beberapa teman lainnya. Rasanya lebih maniez ndengernya.

Tapi, terlepas dari itu semua, itulah yang membuat aku merasa special. Itulah juga sebabnya,kalian selalu memiliki tempat yang khusus di dalam hatiku. I love u all ….!!!

[coretan ini saya persembahkan untuk sahabat-sahabat terdekat saya …., Jeje, Mas Singgih, Ceceu’, Harley, Nefran, Joko dan Joe]

the litlle aYis ...:-)




a-Y-i-s itu nama kecilku. bahkan hingga detik ini, nama itu, masih menjadi panggilan kesayangan bokap kepadaku, special!!!!J


dan itu foto-foto nyaris sekitar tigapuluh tahun yang lalu. Di kota mungil (yang hingga detik ini masih aku kangenin), Malang. Aku lahir disana dan sebagian masa kecilku juga dihabiskan disana.


Melihat foto-foto jamdul tersebut, aku jadi nyengir sendiri. Berfoto dengan latar depan astronot, berpose dengan rok hijau dan scarf hitam, pake baju overall di depan monumen tugu, ealaaah… udah punya celana jeans rupanya…hikhikhikk…dan jelas masih ada beberapa fakta yang cocok hingga hari ini.


Faktanya :



  1. hingga kini, setiap ada kesempatan ke kota malang, selalu aku sempatkan buat berfoto di depan stasiun kereta dan tugu Malang.

  2. dan yang pasti … masih tergila-gila dengan si mister empyuuuuuus!!! Huehehehe….

The Tanggamus Code




“Ayo Ries… lanjuuuuutttt!!!”


Joe emang ogah duduk. Pacet bow! Anak itu emang paling geli dengan makhluk mungil yang berjenis pacet. Buktinya? *please refer our trip to Rajabasa a couple month ago* the Chronicles of Rajabasa - the nyamuk, the semut and the pacet!


Anyway, sejak kami turun dari puncak jam 10 pagi tadi, yang dilakukannya hanyalah berdiri dengan manis di tempat yang menurutnya aman tentrem gemah ripah lohjinawi dan sibuk check body. Rela menggendong keril daripada nanti harus menanggung beban ditumpangi segambreng pacet yang pasti akan nebeng hingga basecamp J


“Huuuuuuuu!!!!” Mulutku masih mengunyah makanan. Ini break ala militer kali yeeee? Baru ngunyah udah disuruh jalan lagi? Kan capeeek! Ini lutut dan pergelangan kaki, udah mulai gemeteran lagi kayak dulu. (hiks! … umur… I realize…hiks!)


“Ups… bentar!“ kataku, sambil menarik celana kiri. Kok parno aja, ada yang bergerak di betis. Sementara itu Joe amat sangat gemas dan penasaran datang mendekat.


Begitu terbuka…….. DHUEEEEEEER!!! Bagai disamber geledek kami berdua berteriak histeris.


Delapan ekor pacet nan mungil sedang ngerumpi dibetis kiri *sambil ngisep darah tentunya* gileeee… ngumpul gitu loh!


Dan Joe.. pingsan dengan suksesnya…. J


 (trip to gunung TANGGAMUS, 2101,5 mdpl, desa Tanggamus, kabupaten Tanggamus, Lampung. 25 - 28 may 2006)

Gadis Cilik di Jendela

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Tetsuko Kuroyanagi

 


Akhir Mei lalu, gara-gara iseng  nungguin film X-men 3 yang masih setengah jam lagi diputer di twenty-one, aku mampir ke toko buku Gunung Agung di Bintaro Plaza. Aku kira ini buku ditujukan buat anak-anak. Yeee…ternyata salah besar jek! Begitu baca previewnya hmmm…. Buku ini keren sekali! J



Dan yang kukira ini fiksi biasa, salah lagi deh, rupanya ini kisah nyata toh! Ditulis oleh ‘gadis cilik di jendela’ itu sendiri, Tetsuko ‘Totto’ Kuroyanagi. Buku ini selesai dan diterbitkan di Tokyo hampir 23 tahun yang lalu dan menjadi sejarah di dunia penerbitan Jepang, karena terjual 4,5 juta buku dalam setahun. Luar biasa.



Begitu aku mulai membaca buku ini, efeknya membuatku tidak sabar untuk segera membuka lembaran berikutnya. Bener-bener bikin lupa akan sekitar deh!



Ringan dan mengalir begitu saja. Betapa polosnya seorang gadis cilik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Aku bisa membayangkan betapa ‘sulit’nya bagi seorang anak kecil bila ia berkembang pada lingkungan yang tidak tepat. Beruntunglah ia memiliki orang tua (terutama ibunya), sekolah dan lingkungan yang amat memahami dan membantunya untuk berkembang menjadi diri sendiri.



Aku kagum pada tokoh kepala sekolah yang begitu disayanginya. Ini perkenalan pertamanya dengan kepala sekolah, ketika si kecil Totto akan masuk ke kelas satu di sekolahnya yang baru.



“Setelah itu Totto-chan benar-benar kehabisan cerita. Dia berpikir keras. Tapi tak bisa menemukan bahan cerita lain. Hai ini membuatnya merasa agak sedih. Untungnya, tepat ketika itu kepala sekolah berdiri, lalu meletakkan tangannya yang besar dan hangat di kepala Totto-chan sambil berkata :”Nah, sekarang kau  murid sekolah ini.”



Pada saat itu Totto chan merasa dia telah bertemu dengan orang yang benar-benar disukainya. Belum pernah ada orang yang mau mendengarkan sampai berjam-jam seperti kepala sekolah, Lebih dari itu, kepala sekolah sama sekali tidak menguap atau tampak bosan.”




Aku juga menaruh hormat kepada tokoh-tokoh lain di sekitar Totto yang membantunya untuk belajar tentang betapa besarnya arti persahabatan. Teman sekelasnya yang menderita polio, anjing gembala jermannya, guru tari euritmiknya, dirigen orkestra tempat ayahnya bekerja hingga tukang kebun di sekolahnya.



Uh! Aku iri sekali pada Totto-chan. Sayang sekolahku dulu tidak seperti itu. Can you imagine? Setiap pagi kamu bisa memulai pelajaran apa saja yang kamu sukai. Duduk pada bangku yang berbeda setiap harinya. Pelajaran jalan-jalan setelah makan siang, atau berenang bersama di tengah hari yang terik. Makan siang bersama (pesan dari Kepala sekolah, membawa bekal sesuatu dari gunung dan sesuatu dari laut, maksudnya harus ada ikan berikut sayurnya)  Melompat-lompat dan berlari-lari dengan kaki telanjang dengan diiringi piano. Belajar memasak, kemping bersama di aula, tes keberanian di kuil dekat sekolah…..  dan yang pasti… kelasmu berupa gerbong kereta api.



Wuuui…. Imajinasimu bisa terbang kemana-mana!!!



Hehehe…tunggu apalagi? Buruan cari bukunya!



(Ibu guru menganggap Totto-chan nakal, padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahu yang besar. Itulah sebabnya ia gemar berdiri di depan jendela selama perjalanan berlangsung. Karena para guru sudah tak tahan lagi, akhirnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolah.


Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Totto-chan girang sekali, di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan. Mengasyikkan sekali, kan?


Di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang memulai hari dengan belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu, pokoknya sesuka mereka. Karena sekolah itu begitu unik, Totto-chan pun merasa kerasan.


Walaupun belum menyadarinya, Totto-chan tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa, dan lain-lain di sana. Ia juga mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.)


(kalo yang barusan ...saya kutip dari resensi bukunya J)


 


 
;