Tuesday, September 13, 2005

Suatu tempat di Azerbaijan




(tahun lalu, akhir Juli 2005)


‘Tantangan’ itu nongol di suatu sore yang cerah, ketika satu sms masuk dari Bang Jodie, *salah satu teman milis* “Mau naek gunung ke Azerbaijan? Gratis?”


Whuehehehehe… nggak salah nih? Dikira iseng. Ditantangin kayak gini, kalo nebeng jingle salah satu iklan sih… “siapa tauuuuuu.. eh.. siapa takuuut!”


Setelah berbalas telpon dan ngobrol, rupanya, FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) mendapat undangan dari Women Federation of Sport, di Iran yang lagi ngadain pendakian bersama. Kali ini lokasi yang dipilih berada di Azerbaijan. Semua ditanggung, tiket, visa, fiscal dan akomodasi selama disana. Yang harus saya lakukan adalah, membuat semacam resume untuk diaudisi serta mulai persiapan alat dan fisik. Wow! Beberapa hari kemudian, saya dikabarkan.


“You’re in, kamu berangkat!” dan cengiranku bertambah lebar J


Huhuhu, praktis persiapan hanya sekitar dua minggu. Di sela-sela kerjaan saya di kantor dan dibantu beberapa teman, yang ikut ‘pontang-panting’ selama persiapan. Minjemin alat, data-data literature, ditraktir makan sate sama Kris..*hehehehe..* dan ngikut manjat di SMA-1 sama Mbakyu Djoko.. hiks! Hiks!...


Sungguh, naek gunung saja sudah satu hal. Lha ini? Pergi ke suatu negara *yang jujur, baru aku tahu lokasinya begitu aku mau pergi*  J


Inilah sebagian foto dari serangkaian kegiatan kami disana (16-25 Agustus 2005). Semoga menginspirasikan teman-teman buat teruuuuus jalan-jalan…


Special thanks untuk : Mbak Dian *temen seperjalanan*, Bang Jodie, Kang Maman from FPTI, Joe, Mbakyu Djoko, Nefran, Erwin, Jenny, Ika, Haris, Suwasti, Kris, Santia, temen-temen Manastash di SMA-1, temen-temen milis dan semua yang nggak sempet disebut satu persatu. Makasih ya…

Dinner bak laiknya seoRang PRO [episode : namanya juga nyontek tetangga sebelaaah]

Dinner bak laiknya seoRang PRO [episode : namanya juga nyontek tetangga sebelaaah]

Spin off pendakian ke gn. Shahdag, Azerbaijan 16-25 Agustus 2005

 

 

“Everybody….! Attttaaaaackkk!” Mahboobeh, cewek Iran yang duduk disebelah berbisik kepadaku. Aku nyengir selebar-lebarnya. Alena dan Nina, temen-temen dari Tajikistan dan Daghestan yang ada di hadapan kami berdua, saling melirik dan nyengir bareng melihat ekspresiku.

 

Hidangan pembuka sedang dihidangkan. Pelayan hilir mudik meletakkan beberapa piring penuh semangka. Berpiring-piring roti [catat : bundar pipih dan segede gaban J ] yang lembut dan harum telah  dipotong-potong menjadi empat bagian. Potongan gula, bermangkuk-mangkuk madu, mentega, keju dan  yoghurt digelar pula disekitarnya.

 

Waktu itu Pukul 7 malam, tapi langit masih terang benderang dan udara cukup sejuk.  Kami duduk dengan manis dalam sebuah meja panjang bertaplak putih, di dalam sebuah gazebo, di sudut kompleks penginapan di Kota Quba, Azerbaijan.

 

Masih inget cerita komik Asterik? Itulah kami, berduapuluh-lima orang. Bedanya, kami bukan baru pulang dari mengalahkan pasukan romawi ..bukaaaaaannn! bukaaaaaaann!!! Tapi baru turun gunung. Naah.. nyambung kan? Itu artinya kami LAPAR beraaaatttt!

 

Secara resmi acara pendakian bareng ini datang dari Islamic Federation of Women Sports [IFWS] yang berkedudukan di Iran. Total ada 5 negara yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, Indonesia {2 orang], Iran [7 orang], Tajikistan [2 orang], Daghestan [6 orang] dan sisanya dari Azerbaijan selaku tuan rumah.

 

Suara riuh rendah, mendadak senyap. ketua rombongan kami, Mr. Saridan Mursagulov secara resmi menyatakan bahwa pendakian kali ini sukses berat. Dengan bahasa Turkis yang kemudian berturut-turut diterjemahkan kedalam bahasa Russia, Iran dan Inggris. [tentu saja, beberapa peserta didaulat pula sebagai interpreter].  Nggak mau ketinggalan, team dari negara lain pun bersahutan mengucap salam dan sambutan.  

 

“ Tidaaaaaak!” keluhku dalam hati.  It will be a long long night! [sobbing]

 

Hanya dalam hitungan sepersekian detik setelah acara seremonial itu selesai, Eghbal, manager perjalanan team Iran yang ada disebelah kananku, langsung menyambar semangka.  Mengambil roti dan menyobeknya, ditambah dengan sesendok yoghurt dan mengunyahnya dengan nikmat. [kok aku jadi inget sapi yang lagi leyeh-leyeh di padang rumput ya? Hehehe.. ampuuuunnn Eghbal. Maaaapp!]

 

Aku? Jelas tidak mau ketinggalan. Sedikit saja anda terlambat, hilanglah kesempatan untuk makan.

 

“fasteeeer… and fasteeeer!” candaku kepadanya. Eduuuun! Makannya itu lho, dengan kecepatan penuh!

 

Begitu makanan utama tiba. Semua berteriak histeris. [eh.. enggak ding! Maksudnya kami berdua, dari team Indonesia… hahaha!!!]. Mbak Dian langsung berkomentar dari sudut sana :

 

“Ries! Nasiiiiiii!!!!”

 

“Aaaarrrggghhhh!!!” jawabku sendu. Maklum, dasar orang melayu, sudah seminggu tidak berjumpa dengan nasi.

 

Nasi yang diongseng kering, nasi putih dengan sedikit highlight kuning disana-sini [seperti nasi tumpeng, lupa nanya, apa ada kunyit ya disana?] dan ditambah potongan daging ayam. Makanan utama lainnya mucul. Berpiring-piring kambing kebab berikut potongan daging ayam yang dihias tomat bulat goreng. Duuuuhh.. segernyaa! Kloter berikut menyusul berupa potongan jeruk, tomat, timun dan daun-daunan segar.

 

Lalu? Cara makannya?

 

Tidak usah kalap dan bingung karena itu semua tergantung kreatifitas anda deh. Lama-lama juga bakal terbiasa. Seminggu bareng mereka, akhirnya aku udah bisa makan bak laiknya seorang pro.

 

Roti disobek, tambahkan metega. Roti dicuil, selipkan keju dan kunyahlah dengan nikmat. Bertemu tomat, bisa dimakan mentah-mentah, tambahkan garam+merica bila suka. Roti lagi, gabungkan dengan daging, kunyah lagi. Begitu seterusnya.

 

Gimana caranya biar nggak gendut karena banyak makan berlemak dan berkolesterol tinggi?  [maklum…. sebagai anggota klub gendut ceria J]

 

Nhaaaahh.. ini dia. Rupanya, setelah menelan potongan daging, pastikan untuk selalu melahap sayur dan buah sebagai penyeimbang. Kadang-kadang, potongan jeruk yang seger itu diperas airnya, ditambah garam dan dihirup begitu saja dengan sendok.

 

Wowowow… kisahnya nggak hanya sampai disitu, masih ada makanan penutup. Lumayan sedikit light. Secangkir teh hangat, disuplai langsung dari teko yang mengepul terus berikut kue yang rasanya amat sangat manis. Cukup sempurna sebagai penutup makan malam kami.

 

Tahu-tahu, aku udah merasa kenyang bukan kepalang. Soalnya, makannya sambil ngobrol sih.  Lho? Kok malah ngobrol? Hehehe.. iya dong, ternyata faktor bahasa bukan masalah lagi.

 

Walau bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa Internasional, selain team Iran, ternyata minim sekali penguasaan bahasa Inggris mereka. Rupanya sebagian besar peserta hanya paham bahasa Russia.

 

Maka jadilah satu bahasa baru … yaitu bahasa mooooonnnnnyyyeeeet !!!! hahahaha. Pake bahasa isyarat! Jangan salah duga ya. Justru dengan bahasa kayak gitu, kami bisa ketawa cekikikan kalo sudah ngobrol.

 

Makluuuummm gitu deh yang terjadi bila beberapa superhero udah ketemu !

 

tiba-tiba :

 

“Aries… what is ‘I love you’ in Indonesian language?”

 

Nah lu?

 

Serpong 5 September 2005

[lagi beruntung bisa dapet tiket+akomodasi+visa+fiskal gratis untuk ikutan pendakian cewek ke gn. Shahdag, Azerbaijan 16-25 Agustus lalu]

 

Catatan :

Makanan utama di sebagian wilayah Georgia, Iran dan Asia Tengah didominasi oleh daging, terutama daging kambing, sapi dan ayam. Yang khas disini adalah rasanya yang amat sangat spicy. Menu utamanya disebut pilaf yaitu nasi goreng yang ditambah dengan potongan besar daging, ikan, sayuran bahkan buah-buahan.

 

Dan semua itu tidaklah lengkap bila belum ditutup dengan meneguk secangkir teh hitam dari poci yang dipanaskan dari semacam teahouse yang disebut chaykhanas. Sebagai pelengkap diberikan gula pasir, gula batu dan potongan jeruk lemon. Seni meminumnya juga bermacam-macam. Cara konvensional biasanya dengan menambahkan gula pasir atau gula batu kedalam cangkir. Uniknya cara lainnya adalah dengan mengigit gula dan kemudian dilanjutkan dengan meneguk teh panas. Mencemplungkan potongan jeruk tersebut, atau mengigit-gigitnya dengan nikmat setelah meneguk teh. Hmmmmm, nikmat sekali. Sekarang tinggal pilih yang mana?

 
;