Thursday, August 28, 2008

Ketika arisan itu sudah melanggar HAM


 Sabtu lalu adalah putaran terakhir arisan ibu-ibu di komplek ini. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya. Setiap arisan, saya adalah tipe ibu-ibu yang selalu duduk di pojokan dan berharap agar arisan ini cepat usai. Sudah bisa ditebak. Angka kehadiran saya dalam setahun ini, tidak menyentuh angka  25%.  Tapi bagi saya, ini sudah rekor tertinggi.

Sementara ibu bendahara mengumpulkan uang arisan dan menentukan siapa yang mendapatkannya. Saya memilih cemilan dan jeruk. Yang jauh  lebih menarik minat saya. Sambil cengar-cengir kepada ibu-ibu yang duduk di hadapan dan sesekali menanggapi obrolan ibu yang duduk di sebelah saya.

Agenda berikutnya adalah memilih ketua arisan untuk periode mendatang serta membahas sisa uang kas yang masih banyak itu. *wah.. asyik nih*

Sambil menyesap jeruk yang manis itu, saya berpikir. Sebenarnya saya sudah punya niat, periode mendatang, absen dulu ah, ikutan arisan. Saya punya alasan tersendiri. Selain menurut saya nggak terlalu banyak manfaatnya, saya lebih suka menabung dibanding mengumpulkan uang dengan cara seperti ini. Untuk alasan sosialisasi? Ah..kalian tahu sendiri saya orangnya kurang gaul.

Hingga tiba-tiba lamunan saya terpecah karena ibu yang baru diangkat menjadi ketua arisan bersabda dalam pidato pembukaannya :

“Ibu-ibuuuu… sekalian. Saya sudah ngobrol dengan Pak RT nih. Tahun depan, semua W-A-J-I-B ikut arisan. Sudah tugas ibu-ibu sekalian untuk mengajak tetangganya yang kali ini nggak ikutan arisan. Untuk bergabung tahun depan.”

Nah lo! Mati kutu deh saya.

Ingin rasanya saya mengadu ke komnas HAM *seperti artis-artis di TV itu lho * lha? ini kan sudah melanggar hak azasi. Terlepas dari niat baiknya untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Kok caranya nggak endah surendah begitu deh.

Saya curiga :
  1. dia sengaja mencatut nama pak RT demi memuluskan niat sucinya ini
  2. dia yang salah menafsirkan perintah pak RT
  3. gaya kepemimpinan pak RT sekarang adalah dengan tangan besi

Ditengah pikiran saya yang gundah gulana itu dan di tengah rencana saya untuk segera desersi dari kumpulan ibu-ibu ini. Tiba-tiba ada satu ibu mengusulkan. :

“Ibu-ibuuuuu…. Sisa uang kas kita masih banyak nih. Bagaimana kalo duitnya kita pake untuk outbond. Khusus ibu-ibu ajaaaaa….”

Tanpa pikir dua kali saya maju dan menyodorkan jempol kepada mereka.

“setodjoooooooooo!!!!”

Hihihi.. bodo ah!

Serpong 28 agustus 2008 15.52 (gara-gara hujan gede, empus-empus pada ngumpul)
ilustrasi foto dipinjam dari sini :http://tiartiar.files.wordpress.com/

Bendera oh bendera

Bukannya tidak nasionalis, tapi ini murni keteledoran saya.  Hingga H-1 menjelang peringatan hari kemerdekaan minggu lalu, belum juga terpasang bendera satu tiang di halaman rumah. Rasanya memang saya punya bendera merah putih. Somewhere

Kami tak punya tiang bendera yang bercat merah putih itu. Rumah mungil kami tak mungkin menampung tiang sepanjang  itu. *sifat perfeksionis saya sedang berharap ada tiang bendera fiber atau aluminium yang portable sehingga bisa di lipat dan disimpan di dalam lemari*

Hingga bisik-bisik tetangga pun merebak. Terutama yang dihembuskan oleh salah satu tetangga yang memang sedang bersemangat untuk memeriahkan peringatan 17 agustus di lingkungan kami.

Yaelah, kenapa nggak langsung bicara kepada saya?

hihi.. mana saya tahu. Jika saya tak diberitahu oleh tetangga yang lain. Toh saya memang sudah mendapat predikat sebagai ibu-ibu yang kurang gaul diantara ibu-ibu di komplek ini.  egois memang, tapi begitulah adanya.

Kisah ini sudah tentu saya teruskan kepada suami tercinta. Di sela-sela acara makan malam kami yang romantis itu. *hehe.. memang suasananya senyap sekali. Kucing-kucing kami sedang bermain keluar rumah.* dan nasehatnya cukup singkat padat merayap :

” Acuhkan, aja Hany. Nggak usah diambil hati!”

Iya sih.

Tapi memang saya akui, Lingkungan kami bertambah meriah karenanya. Dengan bentangan bendera merah putih kecil-kecil yang kait mengait diantara rumah-rumah dan jalan. Umbul-umbul merah putih di setiap kelokan jalan. Berikut hiasan botol air berwarna-warni diantaranya.

Dan demi ketentraman bersama. Akhirnya saya menuruti juga untuk memasang bendera. Saya malah mendatanginya (catat: si penghembus bisik-bisik tetangga) meminta tiang bambu untuk bendera di rumah kami. Tiang bambu pun di berikan. Suami saya memasangnya keesokan harinya. Tepat pada tanggal 17 Agustus.

Ah… memang indah melihat si merah putih berkibar.

Singkat kata, karena kami, -saya dan suami-  sudah terlanjur membuat janji, kami tak dapat hadir dalam kegiatan di komplek.  Selain itu saya memang tidak suka keramaian. Pasti berisik sekali hari itu.

Hingga di suatu pagi yang cerah, ketika saya sedang menjemur pakaian. Tetangga *si penghembus bisik-bisik tetangga itu* datang menghampiri saya.

“Mbak Aries. Kemaren acara 17-annya meriah sekali lho” *lapornya*

“Wah.. syukur deh kalo gitu” *oh yeeeah?*

“Sayang mbak Aries nggak datang. “ *basi*
 
“Ya Maaf. Saya udah keburu bikin janji sama temen-temen” *well, sebenernya nggak perlu saya jelaskan padanya*

"Oiya. Kemaren pas 17-an. Saya dan ibu-ibu yang lain baru sadar setelah melihat benderanya mbak Aries” *oho! Jadi ini toh maksudnya*

“Ada apa dengan bendera saya?*dan dengan bodohnya saya bertanya*

“kok masangnya tinggi sekali ya? Memang, tiangnya nggak dipotong ya?”

GUBRAAAAAKKKS!

wah..wah.. ada yang lebih perfeksionis dari saya rupanya. Saya merasa ‘terhina’ sekali.*nyengir mode on*

 
Serpong, 26 agustus 2008 19.08 (lagi nunggu yayangnya pulang kantor nih)

Tuesday, August 12, 2008

moment of brotherhood, bogor 2-3 agustus 2008


salah satu perlengkapan yang 'wajib' hukumnya.

gaya juga ...

inget film "Wild Hogs" nggak? empat sahabat dari Cincinnati yang sedang dilanda krisis middle-aged dan bener-bener bosen dengan kehidupan sehari-hari mereka. Saya sih nggak akan membahas filmnya ya tapi yang singgung disini adalah setting yang diambil film itu. Walau dibungkus komedi. Tapi saya bisa menangkap pesannya kok. brotherhoodnya itu lho. disamping style para biker, motor yang ditungganginya... dan cewek-cewek biker tentunya.

Nah.. minggu lalu, ada acara kenduri nasional motor scorpio yang diadakan di Bogor. Saya sudah jelas bukan anak motor. Saya kebetulan hanya sebagai boncengers yang nebeng suami saya yang hadir disana bersama teman-teman MILYS mailing list Yamaha Scorpio.

Acara dua hari itu diselenggarakan di GOR Pajajaran Bogor. Dibuka oleh walikota Bogor. Dan dimeriahkan para rider dari seluruh penjuru. Suasananya hangat sekali. Terasa sekali rasa persaudaraannya. Ada temen-temen yang datang dari Aceh, Medan, Pekanbaru, Lampung, Jogja, Semarang.

ah... saya jadi inget film itu lagi...


*serpong 12 agustus 2008, 15:27*
 
;