Friday, May 30, 2008

Koko hilang (lagi)!

Saya sudah punya firasat buruk ketika tukang sayur itu berlalu dari depan pintu pagar rumah. Pasti deh mereka *ketiga anak mpus Mboy MIMIN-KIKI-KOKO* lupa untuk pulang. Keasyikan bermain sih. Dan nongkrong di rak bawah gerobak sayur.

Ini juga yang saya heran. Kok dibiarkan saja oleh si abang sayur. *Oiya, si abang sayur ini juga penyayang kucing.  Sekaligus supplier saya untuk urusan stok makanan kucing *

 Kalo si Mboy sih saya nggak pernah khawatir. Diluar kebiasaannya untuk  mengejar-ngejar gerobak tukang sayur, motor bebek penjual ayam dan mengemis pada mbak-mbak yang sedang nyuapin anak asuhnya. Saya yakin, ia pasti tahu jalan pulang.

Tapi mereka?

 Benar juga. Ketika mendekati waktu makan siang. KOKO tak nampak batang hidungnya walau sudah saya panggil dan cari di tempat biasanya ia tidur siang.

 Sebenernya saya nggak perlu khawatir. Biasanya sih, balik lagi. Paling-paling, dia ketiduran dan lupa jam makannya. Dan biasanya pula ketika bangun –dan dengan perut keroncongan- miau-miau masuk ke dalam rumah dan melahap jatah makan siangnya.

 Tapi tidak siang itu.

 Sebenarnya ini bukan pertama kalinya KOKO menghilang. Pernah satu waktu ia sempat menghilang 1x24 jam. Pas ditemukan, rupanya ia lagi seneng maen di rumah tetangga yang ada di ujung jalan. Iya deh. Itu rumahnya orang kaya ya ... . Rumahnya lebih bagus dari disini ya, Mpus?

 Ia baru mau pulang setelah saya jemput. Walau hati sedikit mangkel karena si KOKO pura-pura nggak kenal saya. Huh!

Pernah juga, suatu ketika saya merasa lelah luar biasa.  Itu lho. Me-rescue KOKO dari kapling kosong yang ada di belakang rumah. (kisahnya mengharukan ..hehehe...selengkapnya sih liat sini aja...) 

Dalam satu hari saya harus bolak-balik ke belakang untuk menyelamatkannya. Pertama sih masih saya jemput.

Kali kedua. Walau sudah saya peringatkan dengan keras. Dengan isengnya ia justru menghempaskan diri jatuh ke tengah alang-alang yang ada di kapling belakang rumah. Dan setelah bosan bermain, miau-miau minta di jemput. 

 Dan semalam. Ketika ia melewatkan kembali makan malamnya. Panik mulai menyerang saya. Mosok sih, tiap hari kamis kehilangan kucing. Dendam saya terhadap sindikat penculik kucing kian bertambah.  (selengkapnya.......)

 
Saya telpon suami.

 “KOKO hilang!”

“udah dicari?”

“everywhereeeeee!!!!”

“ntar juga pulaaaang”

“kalo gitu. Pas pulang. Jangan dulu masuk rumah. Anter keliling komplek yaaa…”

 Komplek ini sudah dua putaran kami lewati. Semua kucing *yang lagi mandi kucing, yang sedang mengasah cakar miau, yang sedang tergeletak tidur, yang sedang mbongkar bak sampah* kami perhatikan.

Siapa tahu, KOKO salah satunya. Kucing iseng yang tidak tahu jalan pulang.

 “pasti terbawa sama tukang sayur ya” ratap saya sendu.

“sudahlah hany”

“dan nggak tau jalan pulang. Huuuuhuuuu!”

“…..

 Tapi, kalo dipikir-pikir. Saya yakin si KOKO pasti mampu bertahan di luar sana. Bukankah sudah belajar teknik survival dari ibunya?  (pernah diceritakan sebelumnya lho. Selengkapnya baca disini deh)

 Ehmmm... Siapa tahu juga sekarang KOKO jadi asisten tukang sayur. Mbantu-bantu jualan keliling komplek setiap harinya. Ah, dengan pikiran seperti itu hati saya mulai sedikit lega.

 Malam sudah larut. Sudah jam 10 malem. Sudah empat belas jam KOKO menghilang.  Tiba-tiba.

 “Hany..Hany” suami saya yang baru selesai shalat isya memanggil dari kamar sebelah.

 Ya olooooo… saya lihat si KOKO sedang dipeluknya. KOKO baru pulang. Tampangnya lelah dan badannya kotor sekali. Dan yang jelas, miau-miau kelaparan. 

Ah KOKO……kusentil halus telinganya. Jangan ngilang lagi aaah!

 
Serpong 29 mei 2008 11;46 (Hari ini sih. Si anak hilang lagi bobo’ di kasur mpus yang ada di kamar sebelah. Waaah.. lelah sekali keliatannya. )

Wednesday, May 28, 2008

Rupanya, beras ini sudah ada yang punya.

 “Whaduh… “ butiran beras itu memenuhi panci rice cooker mungil saya. Ah… tenaga saya tak kuat menahan beratnya karung beras 10 kiloan itu. Ya sudah. Maka saya tuang sebagian beras itu ke dalam mangkuk aluminium bertutup. Dan saya simpan di lemari atas dapur. “Besok, kalo mau masak.. pake beras ini dulu deh” hibur saya.

 Hari kedua. Hari ketiga. Lewat sudah. Dan saya lupa. Kalaupun ingat. Nasi sudah terlanjur dimasak.

 hingga hari Sabtu lalu seseorang mengetuk pintu pagar rumah. Laki-laki setengah baya, ia membawa kantung beras. Mengucap salam.

 “Subhanallah” Mendadak saya ingat mangkuk beras itu. “Tunggu sebentar ya Pak” saya bergegas menuju dapur.


Siang itu, sambil menuang isi mangkuk ke dalam kantung berasnya. Saya tak henti mengucap syukur.

 Rupanya, beras ini sudah ada yang punya ya….

 

Serpong 28 mei 2008 ; 09.42 (hari yang cerah, jemuran kering nih)

Tuesday, May 27, 2008

tidur berjamaah

sering,

karena lelahnya
kami tertidur


berjamaah
seperti ini. :D


serpong, 27 mei 2008




yang fana adalah waktu. kita abadi




Yang fana adalah waktu. Kita abadi:

memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa.

          “Tapi,

yang fana adalah waktu, bukan?”

tanyamu. Kita abadi.

 

(yang fana adalah waktu, Sapardi Djoko Damono,1978)

 

Jika melintas kawasan alam sutera menuju bintaro.  Pasti akan melewati masjid ini. Tiap kali saya lewat. Saya selalu teringat puisi itu. Andai diberi kesempatan untuk kenal dengan arsiteknya. Akan banyak pertanyaan untuknya. Gayanya sederhana tapi agung. Rencana lama pengen motret bangunan ini. Baru kesampaian minggu lalu. Walau lantai semi basement dan lansekapnya belum rampung dikerjakan. Bangunan ini rupanya sudah digunakan sejak akhir tahun lalu. Sayang, catnya sudah memudar di sana-sini dan retak rambut pada dindingnya. Oh…

 
Serpong 27 mei 2008; 16.22

 masjid Raya Nur Asmaa Ulhusna  jalan Bhayangkara Raya Kelurahan Paku Alam, Serpong Utara, Tangerang. Telp 021-98357271/ 98683913 email ppmasjidas@alam-sutera.com

ketika kucing kecil itu tak pulang malam ini

Ketika mpus Jojon melewatkan makan siangnya. Maka, tahulah saya. Mpus Jojon nggak pulang ke rumah. 

 Here’s fact about mpus jojon and joni. Dua kucing mungil anak mpus pippy. Umurnya baru satu setengah bulan. Sudah punya piring mpus sendiri dan sudah bisa keluar masuk lewat jendela depan.

 Jarak terjauh yang berani mereka tempuh hanyalah sampai pagar depan. Dan kalo keluar maen bareng kakak-kakaknya *mpus mimin-kiki-koko* paling banter ke halaman rumah tetangga sebelah. That’s it.

Tapi siang itu ia tak pulang. Hanya Joni seorang .. eh.. seekor yang miau-miau di sekitar betis saya.

Hingga serak suara saya memanggil namanya. Menyisir halaman dan rumah di sekitar komplek ini. Nggak ketemu juga. Dan ibunya, si Pippy, pasti pengang telinganya karena saya omeli seharian.

 “Ah .. mpus.. kamu kemanaaa!” seru saya sendu.

Saya curiga  ada sindikat penculik anak kucing di komplek ini. 

di tengah kepasrahan saya. saya hanya mampu berucap, Ah.. Jojon. Semoga di tempat yang baru, kamu mendapat kasih sayang yang sama besarnya dengan rumah ini ya mpus…


Serpong 27 mei 2008 ;09.56

pada akhirnya saya sadar. Anak kucing itu rentan. Ada saatnya saya merasa tak berdaya ketika anak-anak kucing itu menderita sakit. Dan kemudian mati. ada lagi saatnya saat marah luar biasa. Sekaligus sedih. Ketika kucing itu menghilang dan tak kembali lagi.

Monday, May 05, 2008

mpus pippy yang sering 'lupa diri' ;)




Pippy itu kucing rumahan. Nggak suka maen ke luar. *kecuali kalo dia mau pup n pis tentunyah* kalo lagi bosen, paling banter hanya nongkrong di pintu depan. Dan kalo udah bobo siyang. Biasanya suka lupa diri. Tuh.. lidahnya menjulur seperti gukguk. *ada yang lupa kodratnya ..hihihi* setelah diamati, rupanya mpus Pippy nggak punya gigi depan. Tapi walau si Pippy ompong, kamu tetap salah satu mpus yang kami sayang kok Pip…

Serpong 5 mei 08 ; 10:06 (yang diomongin lagi ‘pingsan’)

 
;