Friday, March 17, 2006

Nongol di majalah euy..


Bukaaaan.. bukaaaannn ! Itu bukan foto saya J *plis deh nggak usah sampe tertawa terbahak-bahak gitu ah!* tapi, coba cari majalah Snap edisi Maret ini. Buka halaman 40 s.d.43,  ada satu rubrik  yang berjudul jalan-jalan. And yup! that’s me! Dengan headshot sekecil semut *hehehehe* menceritakan siapa dan apa kegiatan saya akhir-akhir ini. Tentu saja yang tidak ketinggalan adalah sebagian foto-foto perjalanannya.



Akhir Januari lalu, saya dihubungi oleh redaktur Majalah Snap *yang ternyata silent milister salah satu milis yang saya ikuti* demi membaca catatan perjalanan berikut mengintip foto-foto yang saya posting saat itu *kalo nggak salah terakhir posting mengenai trip ke gunung karang itu deh*



Kebetulan majalah yang termasuk keluarga besar Gramedia dan masih ‘bayi’ ini membutuhkan info seputar kegiatan yang berkaitan dengan alam dan lokasinya tepat ada di bumi  Indonesia yang tercentaaaah inih. *atau udah kena deadline mas Pram? ….Pletaaaak! [dijitak mode : on]*


Dari hasil obrol-obrol kemaren *yang sayangnya kami batal minum2 kopi J* majalah ini masih terbit setiap dua bulan sekali. Next! Rencananya bahkan akan menjadi majalah bulanan. Mereka optimis, dengan jaringan distribusi mereka miliki, dan kekhususan mereka atas dunia fotografi, bisa bertahan. *hopely*



Sempet nggak pe de, karena saya hanya si otodidak yang rajin dan nekad jeprat-jepret disana-sini J. Untunglah *entah apakah ini berkah atau bencana buat si redaktur J* proses pemilihan foto dipegang oleh para ahlinya. Mereka punya member of board yang bertugas menyeleksi foto mana yang layak terbit. Saya sih kebagian mbantu bikin tulisan en mbongkar-bongkar file di rumah.



Setelah proses yang cukup panjang dan rumit selama satu bulan terakhir hingga akhirnya ada satu email yang masuk :


 “OK, Ries! Bungkuuuuusss!”


 Hahahaha.. it’s a party timeeee!


 


 [Serpong, Kamis 16 maret 2006; 14.51]


 Rasa terimakasih yang setinggi-tingginya saya tujukan buat :




  • Mas Farid dan Pram from Snap : “Makasih ya untuk supportnya.  Untuk telpon2, sms dan email2nya. Ditunggu ngopi barengnya J
  • Temen-temen segambreng waktu trip ke *Lawu, Karang, Semeru, en Merbabu* :”I love you all, I really really enjoying the time and share the moment together!”
  • My partner in crime, Joe : “ Makasih ya Joe .... ‘membukakan’ jalan bahwa banyak tempat cantik yang layak untuk dikunjungi”
  • Mercyanie ‘Anie’ Hadi : “Thanks ya, atas keramahtamahannya waktu kemaren sempet sidak ke Gramed”
  • Hendit Irmawan Jati , waktu aku bingung harus nulis apa: “Really! I mean it.”
  • Para ‘guru’ motretku yang baik Jenny, Ika, Joko dan Nefran : “Sorry guys, dengan sengaja atau tidak aku ‘curi’ ilmunya J waktu kita jeje es dan hunting foto bareng”
  • Kritikus foto sejatiku, Wildanto Nusantara, Bobbie Adiyanto & Haris Respati ”You’re the best maan!”
  • My Brother and my online buddy, Kris ‘Kaihan’ Hartanto untuk berbagi ‘mimpi’ yang sama :”I really miss my online buddyL
  • Temen-temen MP yang selalu mampir, Ambar, Irfan, Deni, Suzz, Aya, dll : “luv commetnya, kalian memang komentator sejati deh J
  • Dan tentunya teman-teman dan sahabat yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu disini. Tengkyu ya!

 Yang pengen liat picnya, monggo nyambung ke sini : nyanyian di ketinggian

nyanyian di ketinggian




selengkapnya pls check'em out

nongol dimajalah euy

Wednesday, March 08, 2006

jika 'beruang' sedang mencari madu





letihnya kami ketika melewati leuit-leuit yang penuh dengan padi, ketika kaki ini menghampiri danau Ageung, ketika kami berjalan melintas sawah tadah hujan, merendam kaki sambil menyusuri sungai Cijagra, mengintip rumah lebah di Leuwibadak, mendaki bukit diantara terik matahari...dan ketika menapakkan kaki pada batas maya antara baduy luar dan dalam...

terbayar sudah ketika kami berteduh di rumah ladang pak Naldi, dijamu kopi dan makan siang dengan pepes sarang lebah.... hmmmm....tidak ada yang lebih mengharukan selain meresapi indahnya persahabatan dengan mereka


[catatan perjalanan 4-5 Maret 06 bareng Ika, Deni, Deni Dotten dan Widya]
awalnya? check'em out

trip beruang mencari madu

Friday, March 03, 2006

Sajak senyap di pusat primata Schmutzer







aku mendapat pengalaman yang baru

disana ada orang utan besar sekali

……



Pernahkah kamu bayangkan, satu orang buta dan satu orang tuli. Berjalan bergandengan. Menjadi ‘mata’ bagi satu dan menjadi ‘telinga’ bagi yang lainnya?

Saya sudah, dan nyaris menitikkan air mata. Tulisan diatas adalah sepenggal puisi yang mereka tulis sore itu. Kami semua sedang duduk di pendopo yang ada di komplek pusat primata schmutzer, Ragunan. Ada sepuluh teman tunanetra dan sepuluh teman tunarungu. Mereka didampingi oleh para relawan yang sigap membantu mereka.

Mulanya, undangan ini datang dari teman relawan *yang herannya, justru saya kenal waktu nonton film bareng “the rain” di TIM awal januari lalu* Adalah sekelompok anak muda yang tergabung dalam Bravo-Penca [barisan volunteer Penyandang Cacat] yang memiliki beberapa program untuk langsung mengajak mereka merasakan pengalaman yang mungkin dianggap biasa oleh orang-orang kebanyakan. Seperti piknik ini misalnya. Program selanjutnya adalah mengajak mereka untuk berkunjung ke museum dan mungkin kemping bersama.

Just, wonder... mungkin nggak ya mereka diajak naek gunung? seorang tuna netra, seorang yang tuna rungu atau bahkan seorang tuna daksa.

Selama ini, yang mungkin saja jarang kita sadari .............. how lucky we are............



[catatan perjalanan Ragunan 26 Februari 2006 bersama Joko, kami berdua mendapat kesempatan berinteraksi dan merekam kegiatan mereka] ikutan motret di Ragunan


Thursday, March 02, 2006

Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "Thompson berkata : Tepatnyaaaaa"

From: "Ariesnawaty" Date: Wed Feb 2, 2005 9:16 am Subject: Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "Thompson berkata : Tepatnyaaaaa"
ariesnawaty Offline Send Email
foto lainnya (atas seijin Bleem) :
http://pg.photos.yahoo.com/ph/stormix_jungle
Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 – 23 Januari 2005 episode : “Thompson
berkata : Tepatnyaaaaa”
“Missster!!! Foto dong!” *idih! Kagak salah tuh. Masak dipanggil
mister. Tapi demi profesionalisme *betul nggak brother Kris dan brother
Yanto?* Aku foto juga deh makhluk itu.
Eh.. masih belum nyambung ya? Makhluk mungil yang lucu itu ternyata ABG
setempat yang lagi JeJe eS bareng temen-temen sekampungnya. Sedang
memakai masker belerang yang berwarna hijau untuk perawatan wajah akibat
jerawat yang mulai muncul pada masa pubernya.
Sambil berdecak kagum atas prestasinya. Aku mengedarkan pandang. Kawah
Gn. Pulosari ini sangat indah. *sekaligus was-was .. * inget literatur
yang dikirim Ika dan sempet aku baca sebelum pendakian.
(terjemahin sendiri yaaa….. A solfatara filed occurs in the summit
crater of G. Pulosari and the steam is escaping in this area at
temperatures up to 121°C. A small amount of sulphur is being sublimated.
Low flow, acid springs are also present with temperatures of 93 - 95 °C.
However one spring in this crater is 25°C. An increase in activity at
the crater was reported in 1939 when the maximum temperature found was
93°C. Slightly acid, warm springs (51°C maximum) emerge from the NW and
SW fluks of the volcano)
Luas kawah kurang lebih sebesar lapangan bola. Kawah sedikit menanjak ke
arah timur dan terus dihadang tebing tinggi punggungan gunung. Nun jauh
diatasnya, terlihat satu titik kecil menara pemancar. Itulah puncaknya!!
*satu dua detik hilang dari peredaran. Duh… tinggi sekali ya?*
Tak berapa lama, Kris dan Yanto menyusul. Ida sudah sedari tadi
nongkrong di atas batu. Mengamati para ABG yang sedang memasak nasi
dengan memanfaatkan panas air belerang yang ngebul di sela-sela batu di
kawah. Yang lain meremas isi mie instant, mengikatnya di satu sisi.
Memasang tali rafia, dan mulailah acara memancing supermie di atas air
belerang.
Setelah selesai sesi foto-foto dan wawancara. Kami kembali ke markas
besar. Makan siaaangg!!
Yanto sudah mengeluarkan satu set alat masaknya. Menjerang air. Dengan
dibantu Kris, mereka mulai menyiapkan minuman hangat bagi kami semua.
Bekal nasi plus telor ceplok serta bonus garam+cabe merah dibagikan.
Makan siang kami ditutup dengan …. Semangka! Hue..hue… masih inget kan?
Faisal dengan semangatnya, selalu menawarkan kami untuk membelah
semangka. Dengan golok di tangan, lengkaplah sudah makan siang kami kali
ini. Sebelah semangka di simpan untuk di puncak nanti.
Jam 14.30
Aku, Ika dan Ida bergantian sholat di dataran kecil di dekat aliran air
di sisi kanan pondok. Berwudhu. Merasakan air yang sedikit asam.
Jam 15.00
Lanjuuutttt!!!
Jalur Tidak seseram yang aku bayangkan *walau ternyata .. tetep aja
serem* Maklum, tadi imajinasi berkembang dengan pesatnya. Demi melihat
tebing tinggi dan menara pemancar, aku kira .. jalurnya merambah tebing
di sisi timur kawah. Rupanya, setelah melompati aliran air. Kami
berbelok ke sebelah kanan kawah, ke arah selatan. Dan langsung di hajar
jalur licin, akar pohon, plus batu dengan kemiringan hampir 80 derajat.
Uh, harus ekstra hati-hati. Tangan dan kaki semua digunakan untuk
memanjat. Mencari pijakan aman.
Rasanya tidak habis=habisnya, terus menanjak, sama sekali tidak ada
bonus. Di kira-kanan jalur tertutup rapat oleh pepohonan. Kadang-kadang
aja sih ada bonus….. bonus liat kawah dan pemandangan di sela-sela
pohon!!!! he..he…
Jam 17.00
Aku, Ika dan Yanto ada di barisan terakhir. (kemudian ditambah dengan
Kris) Sayup-sayup terdegar obrolan di atas sana. Apalagi ditambah dengan
terang langit yang sudah terlihat jelas. Dan rimbun pohon yang sudah
mulai terbuka.
Kami bertiga, menebak-nebak buah manggis. “Puncak nih! Puncak!” kata
Yanto.
Aku udah senyum-senyum aja sendiri. Berharap. Cepet juga ya? *yang
biasanya selalu malem kalo nyampe puncak. Atau kadang-kadang sering
nggak nyampe dan ngecamp di jalan* Kami tiba. Di suatu tempat datar.
Terbuka. Kurang lebih 2 x 2 meter luasnya. “Yang bener aja. Mana menara
pemancarnya? Mana bisa buat ngecamp!”
Protes! Proteeeeesss!!!
Ika cuma bisa manyun sambil berkata : “Kalo gitu, anda kurang beruntung!
Hi..hi…” Faisal, Ida dan Heri masih nongkrong dan nunggu disana cuma
nyengir. Kris menambahkan dengan gaya ala Thompson (dengan P) “tepatnya
: kurang beruntung”
Faisal dan Toto pergi dahulu untuk booking tempat di puncak. “Nggak jauh
kok. Cuma turun sedikit, terus naek lagi dikiiiittt” Dari sini, kami
sudah melihat batu km dengan percabangan. Ke kiri : ke puncak Manik. Ke
kanan : jalur turun via seketi.
Rupanya kami tiba di puncak bayangan. Dan langit cerah sekali. Kami
dapat memandang Gn. Aseupan, matahari di barat, sebagian punggungan gn.
Pulosari. Pemukiman penduduk di bawah sana. Serta …….. lauuutttt!!!!!
Uhhhhh!!! Indahnya. Tempat terbuka dan sempit ini menampung kami
berenam. Berdesak-desakan. Diantara kamera-kamera yang sudah
dikeluarkan. Memandang laut, pulau, matahari yang sebentar lagi akan
tengggelam. Kadang-kadang awan dan kabut berarak menutup pandang. No
problemo! Kami sabar menanti kok.
Jam 17.15
Kami mulai bergerak. Kami ambil yang ke arah kiri. Jalur cukup jelas.
Mungkin karena banyak orang yang sering yang lewat dari sini. Sementara
jalur ke kanan, sedikit tertutup semak dan bambu. Jalur kembali gelap
dan rimbun oleh pepohonan. Jalur sempit dan rawan longsor. Turun
sejenak, untuk kemudian naik kembali. Beberapa kali terjadi.
Jam 17.30
Cuma 15 menit. Rupanya sudah tiba di gigiran puncak. Melewati gundukkan.
Sedikit berbelok ke kanan. Di kiri, tebing curam berikut kawah terlihat
jelas nun jauh di bawah sana. Puncak Manik, Gn. Pulosari sendiri berupa
dataran sempit memanjang dari selatan ke utara. Hampir semua tempat
dapat dipakai buat ngecamp. Di ujung utara, ada menara sensor dan
pemancar gempa. Kami ngecamp tidak jauh dari menara. Beberapa tempat
sudah ada tenda kelompok lain.
Jam 17.45
Selesai pasang tenda. Berjejer 3 tenda. Sementara yang lain masih
berbenah. Aku dan Ika sudah mencari posisi di ujung puncak untuk
mengabadikan sunset. Tripod sudah di gelar. Membawa air dan cemilan.
Kami berdua ngobrol sambil menunggu matahari. Langit sudah mulai
kemerahan. Tak lama kemudian, Ida, Kris dan Yanto datang menyusul.
Kini, praktis ada 5 orang yang berdiri berjajar menanti moment. Dengan
kamera di tangan masing-masing dan pandangan tak lepas ke arah barat.
Layak dinantikan. Cuaca mulai berubah. Kabut mulai datang beriring
menutup pandangan.
“waaaaaaaa…..” penonton kecewa.
Lamaaaaaa banget, sampe akhirnya matahari sedikit mengintip dari balik
awan. Momen sepersekian detik. Suasana cukup tegang. Kami semua menahan
nafas. *yaaa.. serius amat sih bacanya… nafasnya nggak ditahan
terus-terusan donk* Begitu matahari muncul. Bergantian suara roller
shutter disana sini. Hingga tiba-tiba …. ada suara nyaring membelah
kesunyian.
“krek …. Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr……………..!”
“apaan sih?”
(kira-kira bunyi apa ya? Kok semuanya menoleh ke arah yang sama. Kalo
ada yang buang gas .. maap ..maap nih … *sebagai orang yang malang
melintang di dunia persilatan* kayaknya bukan begitu deh suaranya …
besok deeeh.. besok lanjutannya…..)

Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "profesional dalam bekerja"

From: "Ariesnawaty" Date: Tue Feb 1, 2005 9:29 am Subject: Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "profesional dalam bekerja"
ariesnawaty Offline Send Email
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Tantangannya ternyata disambut Faisal. Demi sebuah semangka, ia rela
menukar daypack (yg rencananya mau dipake besok) menjadi backpack.
Sukses dengan Semangka, kini Ika yang tergerak hatinya untuk membeli
mangga. Dan kemudian menatap Faisal dalam-dalam.
Faisal hanya menarik nafas panjang : “iya deeh… gue bawa.”
Briefing singkat di tempat Faisal. Berikut hadirnya temen Faisal sebagai
bintang tamu yang menjajakan sepatu. Maklum deket pabrik. Adaaaa aja
barang reject yang jatuh-jatuhnya murah punya. *sales style, kota style*
Mobil carteran sudah di beritahu. Kapiten Ika putuskan : “besok kita
berangkat jam 5 subuh!”
Semua bebenah. Mandi. Istirahat. Sementara Faisal dan Toto bermain
badminton. Bermain ganda dengan tetangga sebelah “kunjungan
persahabataaaan!!!” serunya riang.
di bangku supporter, nampak duo Yanto dan Kris yang sedang serius
diskusi mengenai profesionalisme. *beraat euy!!* kesimpulan diskusi
panjang mereka adalah : “Walaupun dia tukang sapu. Menyapulah dengan
professional!”
Sementara diujung lain, beberapa penghuni kos sedang berkumpul di sektar
sumur, cuci baju!!!
Sabtu 22 Januari 2005
Jam setengah enam sudah siap di dalam angkot carteran. Dengan mata
setengah terkantuk. Dilepas pandangan seekor kucing yang menoleh dari
kanan ke kiri mengamati kepergian kami.
Sejam kemudian kami sudah mencapai kota Pandeglang. Dan terus
dilanjutkan kearah Labuan. Di daerah Mengger (sebelum Labuan) kami
berbelok ke arah ds. Cilentung.
Jam 8 pagi
Tiba di ds. Cilentung. Rencana mau sarapan di warteg langganan urung
karena tutup. Akhirnya nangkring di rumah yang ada warung rokok yang
berada tepat di depan warteg. Bernego sebentar. Hasilnya didapat
beberapa mangkok mie panas dan kopi hangat. Sarapan dulu aaaahh…
Desa ini tidak terlalu besar. Beberapa rumah dan beberapa warung.
Selebihnya sawah dan jalan aspal yang membelah desa. Dengan view
Pulosari di kejauhan sana. Pucak samar tertutup kabut. Uh! Serem …
Karena masih suasana hari raya. Warung pada tutup. Berikut pos lapor.
Jadi, kami nggak bayar retribusi. Aku dan Ika, sempet ke rumah tetangga
untuk memesan nasi plus lauknya. Ngobrol sebentar dengan ibu yang baik
hati menyediakan nasi untuk kami.
Jam 09.00
Berdoa bersama serta berfoto keluarga *huhuy .. teteeeeepp!* Kami
berdelapan (tiga lainnya menyusul nanti malam) berjalan kaki menuju
entry pendakian. Melalui jalur aspal sempit cukup untuk 2 mobil *bila
berusaha keras* berpapasan. Jaraknya kurang dari lima menit naek ojek
lah. Selama perjalanan ini, kami disuguhi pemandangan Gunung Pulosari
yang puncaknya sedikit tertutup kabut.
Gentar! Itu yang selalu aku rasakan setiap melihat puncak gunung.
Bisakah aku datang berkunjung? Kupandangi Ida, Heri, Faisal dan Totok
yang sudah melaju di tanjakan depan. Sementara Kris sudah nyungsep di
sawah di sisi kiri jalan. Apalagi kalau bukan untuk menjepret gunung
Pulosari. Sementara Ika …..
“Priiiiiiiiiiittttttt!!!!!!!!!!!”
Semua menoleh kearah suara. Berusaha menginterpretasikan arti suara
sempritan berikut. Sawah = suara burung. Suara sempritan? Tidak match.
Sempritan = polantas nah .. itu baru match. *Tapi ada polisi di jalan
aspal kecil ini?* Yang udah duluan nun jauh disana, panik. Menghentikan
langkah dan menoleh kebelakang.
Kapiten Ika nyengir. Memegang sempritan orange. “Sori Maaaan… Cuman
ngetest. Biar jij tau posisi kalian”
Setelah melewati sawah dan hutan bambu akhirnya kami tiba juga di
kawasan permukiman penduduk. Rumah penduduk di sisi kanan dan kiri jalur
jalan. Di sebelah warung ternyata merupakan jalur naik. Entry nya berupa
plang bertuliskan curug putri, kawah dan puncak manik. Nyelip diantara
dua rumah penduduk. Sedikit menanjak. Kami ber hos hos berjalan melewati
rimbunnya kebun. Jalan setapak berupa tanah dan bebatuan. Tidak begitu
curam. Nggak ada yang bawa altimeter. Tapi berdasarkan informasi kami
start naik dari ketinggian 150 meter. Lima menit perjalanan sebelum tiba
di Curuq Putri, kami temui sebuah pondok yang cukup besar. Jalan setapak
yang kami lalui membelah melewati pos tersebut. Melompati parit yang ada
di sisi kiri depan pondok. Sudah terdengar deru air terjun. Sedikit
menanjak dan kami tiba di Curuq Putri.
Jam 10.30
Ada sebuah pondok yang cukup besar. Tepat di depan aliran air terjun.
Air nya jernih sekali. Suasana sedikit mendung. Sedikit keatas, ada
sebuah bak penampungan air yang dibeton. Sedikit menanjak ke atas. Air
terjun setinggi kurang lebih 10 meter mengalir dengan derasnya. Rupanya
untuk menghindari pemakaian air untuk mandi. Penduduk setempat memberi
pagar kayu. Plang bertuliskan …………………….. sengaja dipasang. Air tersebut
dimanfaatkan penduduk di desa Cilentung untuk keperluan air minum.
Wajar.
Aku dan Ika dan Heri tiba terlebih dahulu. Sementara kami jeprat-jepret
di sekitar air terjun. Heri sudah nangkring di salah satu aliran Air.
Merendam kepala dan mencuci muka. Suegeeeerrr!!!!
Lumayan lama sih kami disana. Faisal, Toto dan Heri malah sudah
berjuntai kaki duduk di atas atap bak beton. Sementara portergrapher
lainnya *catat juga ya.. portergrapher .. bukannya fotographer
..he..he..* tak habis-habisnya mengabadikan moment Curuq Putri diantara
mendung dan sinar matahari yang kadang muncul menyelinap di sela-sela
daun.
Jam 12.00 siang!
Sebenernya dari setengah jam yang lalu kami semua sudah bersiap untuk
melanjutkan perjalanan. Tapi hujan turun. Tidak begitu besar. Tapi
lumayan. Memakai raincoat. Tapi masih berat rasanya untuk melanjutkan
perjalanan. Mau makan siang? Uh ! Masih kenyang euy….
Hingga hujan benar-benar berhenti. Melepas raincoat. Dan kini kami mulai
pendakian menuju kawah. Jalur jelas terlihat dari depan pondok.
Melompati parit aliran air terjun. Dan langsung menanjak. Karena habis
hujan. Kami harus hati-hati melewati jalur yang cukup licin. Melewati
akar pohon dan sesekali bebatuan.
Jalan terus. Naik terus. Sesekali kami temukan bonus berupa tanah datar.
Lumayan untuk sejenak menarik nafas panjang. Jalur sangat jelas. Sering
kami temui ladang dan sawah tadah hujan milik penduduk.
Jam 13.30
Begitu aku tiba, Faisal dan Heri sudah menunggu di pondok pertama yang
kami jumpai. Pondok kecil. Tanpa atap. Hanya rangkanya saja. Mereka
berdua sedang leyeh-leyeh dan menganyam mata *tidur maksudnya*.
Dari pondok ini, sudah terlihat sepotong kawah berwarna putih, dengan
asap belerang (yang juga berwarna putih) ngebul bergerak-gerak ditiup
angin. Nun jauh disana, beberapa kelompok ABG sedang berpiknik diseputar
kawah .
Meletakkan keril. Dan segera menyusul Ika yang sudah terlebih dahulu
berada di kawah sedang mengatur barisan anak-anak ABG.. apalagi kalau
bukan untuk difoto. Nggak mau kalah, aku segera menghampiri Ika. *ehmm
lumayaaann .. mudah-mudahan ikut kefoto* tapi ternyata tidak semudah itu
saudara-saudara. Sesosok makhluk menghadangku. Tubuhnya kecil. Wajahnya
berwarna hijau lumut.
*Alien? Emang ada UFO disini?* otakku berpikir keras. Hijau = Alien …….
match!!!!! Huaaaaaaa ……..
Apa yang terjadi kemudian? Lagi-lagi …. harus sabar menanti. Jawaban ..
sudah pasti ada pada catper berikut.

Subject: Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "misteri frame yang tertinggal"

From: "Ariesnawaty" Date: Mon Jan 31, 2005 9:34 am Subject: Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "misteri frame yang tertinggal"
ariesnawaty Offline Send Email
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Jum’at 21 Januari 2005
KAMPUNG RAMBUTAN
Janjian jam 13.30, begitu aku dateng udah ada Ida. Yang langsung
ngeloyor pergi gara-gara mau ke toilet. Heri yang udah stand by dari
tadi, ternyata nunggu di mushola. Kenalan dulu dan ngobrol sebentar. Tak
lama kemudian Jenny dan Ika datang bersamaan.
“lho? Kok nggak bawa kerir Jen?”
“aku nggak bisa ikut.”
Sambil mengangsurkan tenda kepada Ika dan frame tenda kepadaku.
Memberikan satu kantong logistik kepada Ida dan nyengir kepada Heri.
Kris baru datang. Bengong mengamati pembicaraan yang terjadi antara aku,
Jenny dan Ika. Mendadak pucat wajahnya. Tangannya bergetar. Suaranya
tercekat. Kami semua yang hadir disana jelas bertanya-tanya. Kalo ada
penampakan, ini masih siang bolong, Maaaan!
“Whaduuuh… lupa bawa frame! Tendanya sih bawa. Tapi framenya!
Frame-nyaaaaaaa!” teriaknya sendu.
Matanya mulai berkaca-kaca. Mau balik ke Ciledug. Hiks! Jauh! Bisa tujuh
hari tujuh malam. Itupun setelah melewati tujuh gunung dan tujuh lembah!
*.. he..he… peace Kris! Peace!!*
Jenny segera berunding dengan Ika. Kebetulan, tenda Ika masih ada di
kost-nya Jenny. Tenda Kris dikeluarkan. Rencananya, langsung dibawa
Jenny untuk ditukar dengan tenda Ika. Tak lama kemudian Ika dan Jenny
pergi. Berpapasan sejenak dengan Joko yang sengaja datang untuk
melepaskan kepergian kami (dan mengembalikan kompor trangia milik Ika).
Begitulah. Pada saat yang bersamaan Yanto sudah dalam perjalanan menuju
Serang.
Jam setengah tiga sore.
Baru masuk bis. Diiringi lambaian tangan selamat jalan dari Jenny dan
Mbakyu Djoko. Kami berlima berangkat dari Kampung Rambutan. Aku, Ika,
Ida, Kris dan Heri, duduk dalam satu row. Apalagi yang dilakukan kalau
bukan menghentikan semua pedagang yang lewat.
“gua pengen ngemil nih!” kata Ika. (catatan : masih mengunyah tahu
goreng dan sedang menawar kedondong sementara kacang goreng dan botol
aqua masih nyelip di punggungan kursi depan) Heri langsung terlelap.
Begitu juga Kris. Sementara kami bertiga, sibuk merencanakan trip
berikut. Hua..ha..haa…
Resminya sih jam setengah tiga meninggalkan kampung Rambutan. Tapi
bertambah ½ jam gara-gara ngetem di belokan. Jam 3 baru meluncur.
Sementara Yanto sudah tiba di terminal serang. Sedang makan dan
leyeh-leyeh di mesjid.
TERMINAL SERANG
Hanya satu setengah jam, bis transit sejenak di Terminal Serang. Posisi
turun kami sedikit aneh. Melintang di tengah jalan. Diantara angkot dan
orang-orang yang berlalu lalang. Estafet menurunkan kerir dan berjalan
menuju mesjid. Harapanku sih segera berjumpa dengan Yanto yang
legendaris itu … he..he.. *pletaaaaakkk…. !!! catatan : disambit sandal
jepit*
Faisal pun rencananya bakal menjemput kami di terminal. Janji-jani
tinggal janji, bulan madu hanya mimpi…. Yang ada cuma sms singkat *
yaaa.. namanya juga short message*
“naek L300 aja sampe Gorda. Ongkos 2000 per orang. Yanto udah disini”
Setelah aku menuntaskan panggilan alam dan Ika beredar di sekitar
terminal. Kami naek L 300 yang ada di terminal (bus luar kota dan dalem
kota jadi satu) menuju Balaraja.
Nggak perlu ngetem karena penumpang sudah cukup banyak. Keril diikat dan
diletakkan diatas atap. Heri duduk di depan. Aku, Ika dan Ida menempati
kursi belakang. Kris? Kris? *panic style*
Rupanya dengan rambut berkibar-kibar sedang bergelantung santai di pintu
mobil. Menjadi asisten tak resmi dari kernet L 300. Setengah jam
perjalanan dari sana, kami turun di prapatan Gorda.
KOS FAISAL
Menurunkan keril. Dan diserbu puluhan tukang ojek (berikut motor
masing-masing) yang memang mangkal di prapatan. Ika sudah nangkring di
seberang jalan. Foto-foto. Sedang kami berempat merapatkan barisan,
nyaris ciut nyalinya diserbu tukang ojek.
“Gih telpon Faisal!” kata Ida (mata siaga ; kaki, posisi kuda-kuda)
(Kris posisi menelpon)
“Bilangin! Kami minta di rescue!” kataku menambahkan (mata juga siaga;
pengen naek ojeg)
(kris tetap menelpon)
Tak berapa lama, muncul rombongan (aduh saking banyaknya) dari seberang
jalan. Menghampiri kami. Berhubung aku belum kenal satupun dari mereka.
Maka di perempatan jalan itu terjadi perkenalan antara kami.
Menebak-nebak, mana yang namanya Faisal, mana yang namanya Yanto … mana
yang namanyaToto … saking gembiranya, semua kusalami *termasuk tukang
ojek*
Faisal dengan rambut kiwil-kiwil diikat kecil-kecil. Toto dengan rambut
gimbal yang diikat kebelakang dan Yanto dengan cengiran selebar monitor
17 inchi menyambut kami semua.
Jam 5 sore
Sudah ada di kos-kosannya Faisal. Buat temen-temen yang dulu rajin
nonton filem Melrose Place, pasti nggak kaget lagi bila melihat suasana
hunian tempat tinggal Faisal. Setelah di rescue dari tukang ojek. Kami
memasuki jalan setapak. Keluar masuk daerah hunian yang padat. Melompati
pagar. Melewati halaman orang dan beberapa jemuran.
Kamar Faisal ada di lantai dua. Berukuran 3 x 4 m2. Gedung dengan bentuk
huruf U ini uniknya, memiliki satu lapangan bulutangkis dan satu sumur
pada inner court Melrose Place mereka. Mengaku sebagai Rangga *Rangga?
Rangga-nya AADC? gubraaaakk* Faisal sering beredar berkeliling
menyambangi penghuni kos lainnya.
“nganggu cewek mulu!”
“Kalo nggak kita ngangguin. Mereka yang nggangguin kitaaaaa” Sekarang
Adit yang menjawab. *adit? Aditnya Eiffel I’m In love??? * Rupanya Iyat
alias Ridho Hidayatullah menjawab.
Aku, Ika dan Ida ditempatkan pada kamar Faisal. Sementara Ia sendiri,
mengungsi ke kamar sebelah (yaah .. beberapa kamar deh jaraknya) bersama
Kris, Heri dan Yanto.
Hujan rintik sore itu tidak menyurutkan semangat kami semua. Malah
suasananya syahdu sekali.
Malamnya. Kami dinner pecel lele di warteg depan. Belanja tambahan
logistik di Alfa Mart Gorda. Dalam perjalanan pulang, Yanto punya ide
gila untuk membawa sebuah semangka berdiameter 40 cm ke puncak.
Syaratnya cuma satu :
“asal bukan gue yang bawa!”
Beranikah kami menerima tantangan Yanto? Jawabannya ada pada catper
berikutnya.

Wednesday, March 01, 2006

Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "kami adalah"

From: "Ariesnawaty" Date: Fri Jan 28, 2005 10:36 am Subject: Gn.Pulosari (1346 m dpl) 21 - 23 Januari 2005 episode : "kami adalah"
ariesnawaty Offline Send Email
Sebagian foto, dimana lagi kalo bukan di….
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Tokoh kali ini :
Ida Farida : tau info jalan-jalan ke Pulosari justru dari Jenny. Selama
ini lebih memilih menjadi silent milister dan solo trekker. Dalam
pendakian ini ia memiliki nama kesayangan “si gembul”. Akibat resah
karena masalah berat badan, dibawanya pula teh kepala jenggot untuk diet
ketatnya. Walaupun paling muda diantara kami semua. Pengalamannya jauh
melewati batas para sesepuh (yang rata-rata baru berumur 17 lewat
sedikit itu lho!) Adapun sesepuh itu diantaranya adalah ……….
Sudaryanto : juga tau info jalan-jalan ini dari Jenny. Hari pertama
langsung meluncur ke terminal Serang. Karena lebih cepet kalo nyegat bus
dari Kebon Jeruk (catatan : kos di daerah Kebon Jeruk). Tampilan sih
boleh pake daypack tapi kenyataan tidak seindah yang dibayangkan.
Bebannya justru jauh lebih berat dari backpack!! Tampilan lain? Sudah
jelas, betisnya selalu menjadi object menarik untuk di jepret oleh ….
Ika Dewi Kartika : dengan camdig baru kesayangan berikut jabatan mulia
selaku kapiten untuk perjalanan kali ini. Tak ketinggalan, dengan baju
dan kerudung kuning summit attacknya ia berujar dengan mantap :
“Ngejreng, Ries! Yang penting ngejreng. Biar keliataaaaaaan!!”
Kris Hartanto : komentarnya cuma satu waktu aku ajukan proposal peserta
tambahan: “Saya tidak keberatan soal peserta bertambah. Kita kan mau
cari teman banyak...Ingatlah: satu musuh terlalu banyak, seribu teman
terlalu sedikit, (sering jadi moto HC'ers) sepuluh pacar pasti kurang
banyak..he..he..heee! Sister Aris mau dimasakin apa? Saya baru punya
satu menu. (Mushrom Risotto With Smoked Beef)”
Mochamad Faisal Ilyas : temennya Mbakyu Djoko. Karena posisi kost dan
kantor ada di GORDA (catatan :lumayan deket dengan target pendakian)
secara alami sudah didaulat untuk menjadi informan dalam perjalanan kali
ini. Karena belum kenal seluruh anggota pendakian (kecuali Kris waktu ke
Semeru lebaran kemaren) mengeluh pendek kepada Joko ketika tahu bahwa
Joko batal ikut. Berikut petikan obrolan mereka.
Faisal : “Kalo si Boss batal ikut. Bakal nggak enak dong.”
Joko : “Kalo nggak enak. Kasih sama kucing aja.” (catatan : bener-bener
nggak nyambung)
Heri Supriyanto : bener-bener belum kenal siapa-siapa. Ketemu langsung
dengan member team di terminal kampung rambutan. Selama ini perkenalan
dan persiapan logistik di lakukan jarak jauh via telpon dan email.
Mengaku ini pendakian perdana. Tapi kalo jalan selalu paling depan.
Dan menyesali nasib (seperti yang diucapkan kepada Kris dan diulang
kembali kepada saya, demi keorisinalan bukti sejarah) “Kenapaaaa yaa..
baru ketemu kalian sekarang? Kenapa nggak dari dulu?” *deu .. kayak di
lagu-lagu deh!*
Toto Bahruddin : temennya Faisal (sekaligus temennya Joko) leader
sekaligus sweaper yang care habis kepada anggotanya. Ayah dari seorang
putri bernama Edelweis ini dengan rambut gimbal dan logat Banten-nya
yang kental punya motto keren : “lewat lima meter dari rumah, saya
adalah seorang bujangan.” Hua…ha..ha..ha…
Ridho Hidayatullah alias Iyat, Rudy dan Agus : Tiga temen Faisal yang
jam 11 malem beryuhuu .. yuhuuu… di puncak memanggil Faisal. (catatan :
mereka bertiga nyusul. Berangkat jam 7 malem dari Cilentung. Karena
banyak yang ngecamp di puncak. Bingung. Pengen cepet, nekad ambil jalur
tengah yang super serem itu.)
Dan saya sendiri, Ariesnawaty …..
Kami adalah sebuah kesebelasan yang bertekad sehidup semati mencapai
puncak Ki Manik, nama puncak Gunung Pulosari, pada tanggal 21 – 23
Januari lalu.
(Ical batal ikut, karena udah janji dengan Hanief untuk pergi ke Gn.
Talaga Bodas, Jenny juga batal pas detik2 terakhir, Ibeth lagi berduka
masalah Aceh, Suwasti & Rifi juga batal berduka karena Jakarta lagi
banjir, Joko batal ngikut karena mertua dateng, Budi urung karena harus
ke Surabaya, Anie nggak dapet ijin dari doi, Elly harus ke Bandung,
Haris, belum dapet exit permit, Joe ada acara keluarga di Solo )
AWALNYA
“Emang di Serang ada gunung?”
Hampir seluruh peserta pendakian (baik yang diajak untuk ikutan,
terancam ikut, coba-coba bertanya dan ternyata ikut serta yang tidak
ikut karena mendadak batal ikutan) mengajukan pertanyaan yang sama.
“Itulah diaaaa…. Pada nggak tau kan?” jawabku pasrah “ Sama dong!”
“Huaaaa…!!!” (catatan : penonton kecewa)
Wong aku juga belum pernah kesana. Denger namanya juga baru. Kalo nggak
di tawarin Mbakyu Djoko yang baru aja dari sana. Mana pernah tau tentang
Pulosari. Sebenernya tawaran untuk datang kesana sudah datang sejak
akhir tahun lalu. Selalu menjadi plan B gara-gara sering melirik
propinsi tetangga. Nggak taunya, di deket-deket Jakarta ada juga toh.
Duh kupernya!
“Ada air terjunnya!” Kata Joko.
Telinga Ika langsung tegak mendengarnya …. hmmm .. *catatan : Ika yang
hobbynya maen air*
“Juga ada kawahnya Ries! Sebenernya kemaren nggak ada rencana mau
kesana. Cuma pake sandal jepit dan kantong keresek. Ditawarin Faisal
buat nerus sampe kawah. Males, nggak bawa kamera masalahnya”
Penasaran. Berminggu-minggu japri. Bertukar data dan informasi diantara
kami. Itinerary segera di susun Jenny yang dulu pernah kesana. Ika dan
Joko menambahkan bumbu-bumbu mengenai object menarik yang bakal kami
temui disana.
Gunung Pulosari (1346 mdpl) terletak di kabupaten Pandeglang, Propinsi
Banten. Lokasinya sekitar 120 km ke arah barat Jakarta. Gunung ini
diapit oleh gunung Aseupan (1174 mdpl) di utara dan Gunung Karang (1778
mdpl) yang terletak di arah timur laut Pulosari.
Apalagi, banyak sekali situs-situs bersejarah yang nggak kalah
menariknya di sekitar kaki Gn. Pulosari. Kompleks megalitik di Batu
Goong, arca di Tenjo (Sanghyangdengdek) hingga dolmen di
Baturanjang.(Info lengkapnya, ntar baca aja di akhir catper ya)
Uh ….nggak kuku deh!
To be continued.

OEDJOENG KOELON 9 - 13 Februari 2005Episode : "tali tambang (rupanya) hanya sebagai syarat

a riesnawaty <ariesnawaty@...> wrote:OEDJOENG KOELON 9 - 13 Februari 2005Episode : "tali tambang (rupanya) hanya sebagai syarat"http://photos.yahoo.com/ariesnawatyhttp://asia.pg.photos.yahoo.com/ph/ewing_eyo/my_photosEalaaaah... ternyata pantai sedikit menurun menuju muara. Wajar mereka nggakkeliatan. Mereka sudah ada di seberang. Dan mulai terlihat muara sungaiCikeusik yang luas itu .. huu.. serem..." Anda hendak menyeberang ? " imaginary friendku bertanya. "Enggak deh ...terimakasih!!!" "Buaya ..buaya ..buaya .." " enggak makasih .. saya pilihpak aya saja! He..he.."Kulempar daypack. Dengan pakaian basah karena keringat, sepatu, kaos kakiyang basah pula oleh air. Aku langsung merebahkan diri keatas pasir yanghangat itu. Terlentang, mengatur nafas dan memandang kerlip bintang dilangit. Lega karena sudah tiba. Yang aku inginkan saat ini adalah langsungngecamp!Joe menyeberang kembali. Kemudian duduk disampingku."Ries, nyebrang sekarang yuk. Mumpung belum begitu dalem airnya." (catatan :karena pasang)Dalam gelap, kami berdua menyeberang. Air sudah sebatas pinggang. Di atassana nampak siluet Erwin dan Pak Nahri. Begitu aku tiba, langsung disambutdengan Coca Cola (nyebut merek lagi deh ..) yang rencananya baru akan kamibuka entar pas udah di Peucang. Tapi gpp deh, yang ini patut dirayakan kok.Kembali aku teruskan tidur diatas pasir. Sambil memandang bintang. SedangKris belum juga nampak."udaaah .. jemput aja!"Kami mengutus perwakilan (Joe dan Pak Nahri) untuk menjemput Kris. Sedangaku dan Erwin mengarahkan lampu senter untuk memandu Kris."Itu dia!!" Samar-samar terlihat sinar head lamp milik Kris. Rasanya lamasekali, hingga akhirnya mereka bertiga tiba."Sis Ar. Ada roti nggak?' Kata pertama Kris." Saya lapeeerr!!!""Roti ... Roti ..." ujarku ala penjaja roti."Minum ... Minum dulu Kris!" tawar Erwin.Sambil berurai air mata dan mengunyah roti *hebat euy... bisa barengan*,Kris mulai curhat." nggak tau kenapa, saya capek banget. Yang tadi kepikir cuma ngejar sis arsbiar dapet roti. Udah nyoba ngejar kalian, lari ... jalan... lari .. jalanlagi. Tapi nggak terkejar. Begitu udah gelap dan jauh, menyerah deh. Udahnggak ada hiburan lagi. Patokannya cuma jalan terus dan lampu senter aja"Malam itu kami ngecamp di Cikeusik. Ada satu tempat datar sedikit terlindungdi arah utara. Di dekatnya ada satu sumber air *tadah hujan, kelihatannya*berupa satu drum yang tertanam di dasar pasir. Tidak direkomendasikan buatminum. Kalau mandi pun ..he..he.. lebih baik dalam gelap saja.Dasar, adaaaaaa aja yang kelebihan energi! Malam-malam .. Joe masih ajabersemangat mengajak buat mancing. Kami membuat api unggun di tepi pantaidan memasak ikan plus kepiting panggang .. hmmmm....Day 3 (fri 11.02.05)Bayangin aja, baru start jam 11 siang. Habiiisss.. hujan gerimis, bikinmales buat nerusin perjalanan. Hari apa ya sekarang? Tanyaku dalam hati.Disini, waktu, hari, mengalir begitu saja. Tanpa berita, tanpa gossip!*He..he....* sama sekali nggak ketemu manusia.Baru tahu juga kalo tidak jauh dari sini ada lapangan terbuka (miriplapangan golf), padang buat binatang leyeh-leyeh sambil ngerumput. View-nyabagus sekali dan bisa buat ngecamp.Begitu hujan reda, kami mulai melanjutkan perjalanan. Kali ini kami menujuCibunar. Lokasinya persis ada di kaki Gunung Payung. Dari sana, berbelok kearah utara, memotong hutan dan akan tiba di Cidaun. Entry point bila inginmenyeberang menuju Pulau Peucang.Masih menyusur pantai. Pantainya lebar sekali *selebar lapangan bola kali*Putih, bersih. Sesekali kami berkejaran dengan kepiting. Plus dikejar ombak.Jauh disana, nampak jelas Gunung Payung. Langit masih mendung. Lumayan radaadem. Kulit nggak begitu perih karena terbakar matahari.Jam dua siang, tiba-tiba Erwin dan Joe berhenti. Idih... pake rem dong! Akuyang hanya selisih lima langkah dari mereka jelas bertanya-tanya . Ada apaya? Kalo mau makan siang, bukan begini caranya. Bilang dong .. bilaaangg!!Terhalang tubuh mereka berdua, begitu aku sudah berdiri di samping mereka,baru deh terlihat muara sungai Citandahan. Dan alirannya deras sekali *40 kmper jam deh kayaknya.. kuenceng banget sih!* Di hulu, langit jauh lebihgelap. Mungkin hujan disana. Debit air pasti tinggi. Sementara, ombak disisi selatan kami begitu besar dan tinggi.Mau nekad menyeberang? Anda akan langsung dihajar aliran sungai. Digulungombak dan langsung bye ..bye... dibawa ke laut selatan.Tak lama kemudian Kris sudah datang menyusul dari belakang, Demi melihatkami yang sedang bengong di tepi sungai, nyengir dan berkata :"Gue udah lari ... jalan. Lari lagi ..jalan lagi. Pokoknya hari ini kagakmau ketinggalan lagi. Tau gini, mendingan gue nyantai deh!"Sementara Pak Nahri pergi ke mata air dekat situ untuk menambah persediaanair. Kami berempat berunding. Mau nyebrang? Hi ..hi...Takuuuuuutttt!!! Mananggak bawa tali. Apalagi dengan keril segede gaban isi kamera *modal euy!Masalahnya* Pak Nahri tadi udah wanti-wanti, berdasarkan pengalaman,biasanya ia memilih untuk ngecamp dan menunggu air surut.Mau ngecamp disini? Wah ... sedangkan kami harus ngejar ke Peucang sesegeramungkin. Kalo nambah sehari lagi? Alamat bisa telat balik ke Jakarta.Sedangkan logistik kami mulai menipis. *Sebenernya yang lebih parah, cocacola untuk dirayakan di Peucang udah di buka kemaren.*(mulailah ... imajinasi-imajinasi ala cast away berkembang liar diantarakami. Nambah ngecamp sehari lagi? Sudah dipastikan bakal molor dari skedul.Mau balik lagi? Uh .. pantang!!! Apa kata dunia .. *he..he.. malu dong!*Jadi? Besok deeh .. lanjutannya ..)--

UK 9-13 Feb 05 Episode : "pulang dong .. pulang ... !!"

From: "Ariesnawaty, Aries" Date: Fri Mar 18, 2005 9:10 am Subject: UK 9-13 Feb 05 Episode : "pulang dong .. pulang ... !!"
ariesnawaty Offline Send Email
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty <http://photos.yahoo.com/ariesnawaty>
http://asia.pg.photos.yahoo.com/ph/ewing_eyo/my_photos
<http://asia.pg.photos.yahoo.com/ph/ewing_eyo/my_photos>
Tiba-tiba. Pak Nahri menari-nari gembira. Idih.. nggak salah tuh? Kalo mau
ngadain pertunjukan gratis .. mbok ya liat-liat waktu gitu. Kami kan lagi
dirundung duka.
"Ada yang dateeeeeengg!!!" teriak Pak Nahri di sela-sela tariannya. Ia pun
bergegas mengangkut kerir dan stand by di tepi pantai. Sebuah boat melaju
dari Peucang. Apalagi kalau bukan untuk menjemput kami. Bayaran? Urusan
belakang. Yang penting, nyampe Peucang dulu.
"Sekarang?" tanyaku pada Joe. "Kita berangkat sekarang? Nggak makan dulu?
Nanggung nih!"
"Buruan deh Ries. Ombaknya mulai gede. Anginnya juga. Mendung dan hujan
pula. ntar nggak bisa nyebrang lagi"
Kris yang sedang berjongkok dihadapanku. Dengan wajan di tangan, urung
menyantap masakan hanya menarik nafas panjang dan berkata :
"Be Te!!!"
Aku bergegas packing. Mengangkut semua yang bisa diangkut. Kami berlari-lari
menuju boat yang sudah tiba di tepi pantai. Kerir, panci, kompor, wajan,
sepatu, raincoat, kamera. Kami lanjutkan makan siang kami diatas boat. Nasi
goreng bercampur air laut dan air hujan. Hmmmmm.....
jam 5 Sore di Peucang.
Tadi sudah lapor petugas. Lagi-lagi kabar duka. Ternyata pagi tadi kami
sempet ditungguin petugas yang mau balik lagi ke sumur dengan kapal. Karena
nggak ada yang nongol, ditinggal deh. Hiks! Terdampar lagi ..... nggak ada
kepastian kapal yang bakal lewat. Mau nebeng pengunjung Peucang lainnya?
Lagi sepi. Tragedi Tsunami dan info laut barat yang heboh itu, membatalkan
semua bookingan yang ada. Mau nebeng perahu nelayan, rata-rata mereka baru
pergi melaut. Kagak tau kapan baliknya.
" Seminggu lagi kali' baru balik!"
"huaaaaaaa"
"Terdampar, waktu molor, atau logistik yang semakin menipis, bukan masalah
Sister. Tapi .. kehabisan rokok!!! Itu bencana!!!" Keluh Kris *dying for
cigarette*
Kami nggak bisa ngecamp disini. Harus nyewa salah satu cottage yang ada
disini. Iya deehh...!!! Kami ngambil kelas yang paliiiiiinnnggg murah. Salah
satu kamar di barak panjang tidak jauh dari kantor resort. Diantara rusa
yang sedang merumput, monyet-monyet yang ramai mengincar barang bawaan kami
dan seekor biawak yang dengan cuek jalan-jalan di sekitar jemuran di samping
barak.
Dan jemuran itu sendiri? Jangan tanya. Sudah penuh berkibaran kaos, celana,
slyer, matras, dan .. rupa-rupa underwear! He..he...
Untuk menghibur diri, sore itu kami habiskan untuk jalan-jalan dan
berenang-renang di pantai Peucang. Sedikit terhibur dengan pantainya yang
bersih, putih berikut air laut yang jernih dan tenang. Kami berenang hingga
matahari terbenam. Uh .. asyiknyaaaa.... Dunia milik sendiri nih..yang laen
pada ngontrak! Ha..ha...
Day 5 (Sun 13.02.05)
Pagi-pagi sudah ada petugas yang memberitahu bahwa kami sudah ditunggu
perahu nelayan yang mau balik ke Sumur. Rupanya, sudah ada yang pulang dari
melaut. Wah, gossip rupanya sudah beredar dengan cepat. Kami bergegas mandi,
sarapan dan packing.
Akhirnyaaaaaa...... dapat juga tumpangan. Jam 11 pagi kami meninggalkan
Pulau Peucang. Langit cerah sekali. Laut berombak kecil-kecil. Nun jauh
disana, nampak siluet gunung Anak Krakatau. Selama diperjalanan kami dijamu
minum susu, pisang rebus dan ikan bakar... *kombinasi yang cukup aneh*.
Perjalanan kemarin, meninggalkan kesan mendalam buat kami. Semua sibuk
dengan pikiran masing-masing.
" Kapan ya bisa balik lagi kesini...."
Tatapan mataku bertumbuk dengan Kris ........ kami berdua nyengir ....
"secepatnya Sis!"
Serpong, 18 Maret 2005
(kami tiba di Sumur, empat jam kemudian. Carter mobil ke Labuan. Lanjut ke
Serang .... dan baru nyampe Jakarta jam 11 malem)
Versi singkatnya :
Trekking 5 hari 4 malam jalur darat via Tamanjaya
Pos :
Tamanjaya - Tanjung Lame (camp 1) - Karang Ranjang - Cibandawoh - Cikeusik
(camp 2) - Citandahan - Cibunar - Cijengkol (camp 3) - Cidaun - Peucang (
camp 4) - Sumur
Biaya :
Bis Primajasa Jakarta - Merak @ Rp 12000
L 300 Cilegon Labuan @ Rp 8000
Angkot di Labuan (jauh dekat) @ Rp 1000
L 300 Labuan - Tamanjaya @ Rp 15000
Bea masuk TNUK (via Tamanjaya) @ Rp 2000 (krn form habis, kagak
pake asuransi)
Porter (@ Tamanjaya) @ Rp 20000/ hari
Boat dari Cidaon ke Peucang total Rp 50000
Sampan dr perahu ke pantai Sumur total Rp 15000
Penginapan di Peucang total Rp 150000/ kamar
Nebeng perahu nelayan total Rp 200000
Breakfast nasi uduk total Rp 20000
Lunch di Sumur total Rp 15000
Souvenir Tshirt UK di Peucang @ Rp 50000
Buku tentang UK @ Rp 35000
Pin UK @ Rp 15000
Souvenir Ukiran Badak (mungil) di Tamanjaya@ Rp 5000
Day 1 (wed 09.02.05)
16.00 desa Tamanjaya. Ada kantor resort TNUK Tamanjaya. (ngelewatin jalan
raya 1 mobil, sawah di kanan kiri) kalo mau menghemat waktu dan tenaga. Naek
ojek aja atau carter kendaraan sampe ujung aspal.
17.00 ds. Ujung Jaya (memotong desa. Lewat jalan tanah)
19.00 ds. Legon Pakis (nunggu magrib lewat di beranda rumah penduduk,
dijamu air putih dan ditungguin sama seekor kucing hitam yang lagi
..krrrrrrr) jalur awal ngelewatin tugu selamat datang TNUK dan langsung
dihajar untuk nerabas hutan dan nyebrang sungai. Rencana mau ngecamp di
Tanjung Lame
20.10 Ngecamp di Prepet (camp 1) lokasi sebelum Tanjung Lame
Day 2 (thu 10.02.05)
08.30 Prepet, ngelewatin muara sebatas pinggang, setelah itu masuk hutan
bakau. Memotong jalur tertipis antara laut utara dan laut selatan di pulau
Jawa. Jarak tempuh sekitar 40 menit.
10.30 Karang Ranjang ada bangunan permanen pos resort. Bisa buat ngecamp
dan numpang nginep. Sumber air berupa sumur yang jernih airnya.
14.00 start jalan lagi. Jalur jelas. Sedikit terbuka. Masuk hutan pakis dan
daun pandan duri. Memotong tanjung dan tiba di :
16.10 Cibandawoh, berupa pantai luas yang pasirnya putih kemerahan,
berikut ombak laut selatan yang cukup besar. Banyak bertemu dengan peziarah
yang baru balik dari Sanghyang Sirah.
19.30 Cikeusik (Camp 2) muara sungainya cukup lebar. Ada tempat buat
ngecamp. Sumber air berupa drum yang tertanam di pasir. (mungkin ada sumber
air, mungkin juga tadah hujan) tidak direkomendasikan buat minum.
Ada lapangan terbuka (mirip lap golf) padang ngerumput binatang. view bagus
dan bisa buat ngecamp.
Day 3 (fri 11.02.05)
11.00 start dari Cikeusik.
14.00 Citandahan. Muara sungai cukup lebar. Air sebatas dada. Bisa
diseberangi, tentunya dengan mempertimbangkan kecepatan dan arus sungai. Ada
mata air yang jernih airnya.
15.00 baru bisa nyebrang. Setelah itu, jalur naik sekitar 5 meter.
Melipir tebing. Tebing berupa lapangan rumput luas. Kemudian berbelok ke
utara dan langsung masuk hutan rapat.
18.00 Cijengkol Camp 3 (lokasi camp persis di sebelah sungai Cijengkol
Catatan : air hanya sebatas betis)
Day 4 (Sat 12.02.05)
09.30 Start dari Cijengkol. Trekking hutan tropis. Banyak melewati
sungai. Jalur air dan tanah becek. Jalur hewan banyak. Silang menyilang.
Jalur relatif datar.
11.30 tiba di padang penggembalaan banteng di Cidaon. Padang luas tempat
banteng merumput. Ada menara pengamat 4 dek.
12.30 start lagi
12.45 tiba di tepi pantai Cidaon. Ada bendera putih yang bisa dikibarkan
untuk memanggil boat dari Pulau Peucang. Nunggu perahu. Sejam kemudian baru
boat dateng.
14.00 tiba di pulau Peucang, base buat pengunjung yang datang via jalur
laut. Pulau dengan pasir pantai yang putih dan air yang jernih. Banyak
kijang, monyet dan biawak. Ada fasilitas penginapan.
14.30 sudah ada di kantor resort peucang dan nginep di cottage.
Day 5 (Sun 13.02.05)
08.00 perahu nelayan mampir
11.00 start dari p. peucang
15.00 tiba di Sumur
Special tengs!
Buat temen-temen seperjalananku kali ini : Joe, Erwin dan Kris ..... "Kalian
temen jalan yang enak buat diajak ngobrol, makan bareng, nenda bareng,
berenang bareng, ha ha hi hi bareng ...
Terimakasih atas kesempatan yang diberikan ke gw buat bawa daypack
*Seumur-umur .. baru kali ini bisa ngedaypack!" *catatan : biasanya ...
keril segede gaban*
Glenn Salmon : Nggak pelit info dan rajin memonitor. peta kontur plus data
UK yang super amat lengkap. "Kapan-kapan posting juga dong tulisan loe ke
milis. Share buat temen-temen yang laen. Gw liat, tulisan loe amat sangat
deskriptif dan detail. "
Aip ( di Labuan) : yang rumahnya dipake buat rehat en numpang mandi.
Pinjaman motornya. Juga info tambahan mengenai UK plus bantuannya sampe
jauh-jauh nganter kami ke Serang.
Desi Nuha : "chat loe ama Kris di cc ke gw, Des .... terims banget buat
infonya. Especially ... Cikeusik yang terkenal itu ..he..he..."
Mbakyu Djoko, Jenny, Ika *yang sedang ada urusan keluarga* dan temen-temen
laen waktu ketemuan di Mc D tgl 3 Feb lalu. Juga buat monitoringnya selama
kami di perjalanan.
Dik Santia, yang mau nunggu bareng di Terminal Kampung Rambutan. "Papandayan
nya .. cerita duonk!"
Siswo : yang berbaik hati dan mau meluangkan waktu buat ngedit film UK kami.
"Sori ..Wo, banyak adegan ngeceng-nya ..he..he.."
Pak Nahri : porter kami dari Tamanjaya. Yang super pendiam. Dan hobby jalan
tanpa sepatu.
Kapal nelayan + crew : yang berbaik hati mengangkut kami dari Pulau Peucang
ke Sumur... dan...
Untuk rumput basah, pohon, aliran air, deru ombak, panas mentari, api
unggun, pohon yang meranggas, daun yang berguguran, kicau burung, banteng
yang sedang merumput ..... Semua..
Yang menemani kami selama disana..........
[Non-text portions of this message have been removed]

Raung Trip [05 - 07 Mei 2005] episode : Nyasar!!!

From: "Ariesnawaty" Date: Mon May 16, 2005 10:58 am Subject: Raung Trip [05 - 07 Mei 2005] episode : Nyasar!!!
ariesnawaty Offline Send Email
Hc'ers,
Minggu lalu, seperti biasa kalo ketemu dengan harpitnas.... Kami berlima
[saya, Ika, Jenny, Kris dan Heri] penasaran pengen berkunjung ke
Raung... Yang lokasinya ..jauh..uh...uh... di ujung pulau Jawa. Rencana,
sebenarnya sudah disusun jauh hari sebelumnya. Sekaligus agenda
tambahan, pengen dateng ke acara mantenannya Masnur di Malang pas tgl 8
Mei lalu. Maka.... Inilah, secuplik kisah perjalanan kami.
Foto-foto bisa dilihat di :
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
“D’oh!” [Homer simpson style] batinku. “Nyasar!!!”
Sendirian. Sisa air hanya tinggal dua tegukan lagi, plus sebatang coklat
di dalam tas berikut keril segede kulkas yang rasanya bertambah berat
saja.
[situasi : dalam perjalanan turun. Karena ngebut..but..but… lari, jalan
cepat, gedubrak ..[yg ini jatuh] dan lari lagi. Hal ini berlangsung
terus sejak Pos Pondok Angin. Walhasil, kami semua berjalan terpisah
satu sama lain]
Hari itu sudah mulai gelap. Baru sadar. Kayaknya, kemaren nggak lewat
sini deh. Emang, sejak 5 menit yang lalu, aku juga sudah merasa aneh.
Dari hutan pinus yang rapat, lho kok malah menjadi kebun? Malah tadi
sempet lewat rumah ladang penduduk dan sekarang justru bertemu dengan
jalan umum berbatu. Yang aku yakin sekali kalau diterusin…. Pasti bakal
nyambung ke base camp pendakian gn. Raung di pesanggrahan, ds. Sumber
Wringin.
Mengapa tidak diteruskan saja saudara-saudara ? [tanya penonton] sabaar…
sabar ….itu karena tak lain dan tak bukan, kagak tau arahnya euy!
He..he.. Yang aku tahu hanya belok kanan atau kiri…hi..hi…
“huuuaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Kompas nggak megang, sempritan hanya tinggal kenangan… mau tanya orang?
Nggak ada sama sekali. “Jangan panik” batinku. Hanya ada satu jalan.
Balik arah !!!
Begitu aku berbalik, “Uh ! tanjakan lagi, Maan!” Ini dia yang bikin
males. Sementara baju sudah dari tadi basah oleh keringat. Pelan-pelan
aku berjalan. Seekor anjing [yang demi Tuhan, entah dari mana datangnya]
Tiba-tiba muncul. Menyapaku singkat “guk!” dan berlari membuka jalan.
Melewati lagi ladang. Melewati lagi hutan pinus yang gundul akibat baru
dibuka oleh penduduk.
Hingga tiba di rumah ladang. Syukur deh.. ternyata ada seorang ibu yang
baik hati. Beginilah nasib akibat tidak bisa berbahasa setempat [catatan
: bahasa jawa]. Komunikasi antara kami berdua [dan seekor anjing tadi,
yang ternyata milik si ibu] kami lakukan dengan bahasa masing-masing.
Untuk memudahkan pembaca, lagi-lagi terpaksa saya terjemahkan bebas
sesuai interpretasi saya pada saat catper ini ditulis.
saya [panic style] :“ Ibu .. tau nggak, biasanya kalo mau ndaki …
startnya dari mana ?”
[setelah itu aku menyesali diri, ini pertanyaan bodoh! …]
Ibu [bingung style] : @#^%&(*)*()*&^^&%^&!q#”
It’s me again [sekarang lebih terkendali] :“ Ibu .. boleh saya minta
air? “
Ibu [nyengir] : “@#^%&(*)*()*&^^&%^&!q#” [dan mengambil botol airku.
Mengisinya penuh-penuh]
saya [ikut-ikutan nyengir] :“Kalo ketemu dengan orang seperti saya
[ehem.. ehem….] tolong bilangin kalo saya balik lagi “
[dan tetap sangsi, apa perlu saya menulis surat wasiat?]
Ibu [dan murung] : “@#^%&(*)*()*&^^&%^&!q#”
saya [bingung] : “Artinya bu?”
Ibu [tetap murung] : “@#^%& nggak takut?” [sambil menunjuk-nunjuk kearah
sana]
saya [lha? Bisa bahasa Indonesia toh?] : “Maksudnya, apa nggak takut
jalan sendirian?” memandang sekeliling, memang sudah mulai
remang-remang. Si ibu mengangguk dengan semangat.
saya lagi [turut semangat ] :” Yaaa.. takuuuut! .. tapi, saya jalan aja
deh. Mumpung masih sedikit terang. Mungkin saya udah ditunggu
temen-temen nih Bu.”
Ibu [tetap murung] : “@#^%& tidur disini aja”
saya [berusaha untuk tidak murung dan tetap nyengir] :”Makasih ya Buuu.
Tapi, saya udah janji. Pulang bareng sama temen-temen”
Aku pun meneruskan perjalanan. Beneran, masuk ke hutan pinus lagi. Dan
bertambah gelap. Uh! Hajar terus. Nggak sampai 15 menit, aku sudah tiba
kembali di jalur semula. Meletakkan keril dan membongkarnya untuk
mengambil senter. Tiba-tiba, ada suara derap sepatu orang berlari
mendekat. Dengan headlamp di kepala, siapa lagi kalau bukan Kris.
Kejadiannya begitu singkatnya.
saya : “Kris? Lagi nyari siapa?”
[padahal, sungguh mati! Aku sih udah ke ge er –an. Pasti lagi nyari
aku.]
Kris [nyaris pingsan] : “Yaaa .. ampuuuuunnn!” [dan berbalik arah;
berlari kembali ke arah semula]
Saya [bingung mode on] :”Lho ? Kok lari ? Idiiih…. Apa dia takut ya?”
Sayup-sayup aku dengar Kris berteriak …”Wooooiii..! Udah ketemuuuu!!!”
Setelah itu. Kejadian terlalu cepat untuk dicatat disini. Kris
mengangkut kerilku. Aku udah nggak sabar pengen cerita. Dengan kejam
Kris hanya menyahut sambil menepuk-nepuk bahuku.
“Laen kali, kalo mau nyasar, berdua dong… jangan sendiriaaaan”
Ika dan Heri menyambut kami berdua. Kemudian kami berempat berpelukan
ala teletubbies…J
[catatan: sedang Jenny menunggu kami di batas pinus].
Happy ending? Not so faaaaast!
Jenny [tampang cool]: “Tadi ketemu Ika nggak sih? Bukannya kalian jalan
bareng?”
saya [tampang lega, karena udah nyampe]: “enggak tuh. Nggak ketemu
siapa-siapa. “
Jenny [wajahnya memucat] : “Lho ? kalo gitu .. yang tadi siapa dong?”
Semua memasang telinga… [he..he… iyalah … telinganya masih lengkap kok]
Menghentikan aktifitas masing-masing dan tekun mendengarkan tanya jawab
antara aku dan Jenny. Beginilah ceritanya.
Versi Jenny :
Dalam perjalanan turun. Setelah pertigaan gn. Suket - Raung. Kami mulai
jalan. Heri dan Ika duluan. Trus gw nyusul. Aries, dan Kris masih di
pos. [ngemil] Ditengah perjalanan, Aries menyusul. Gw membuka jalan.
Biar dia duluan aja. Dia bilang. "Jen... duluan yaaa? hati-hati!"
Beberapa puluh meter setelah Aries melewati gw, aku lihat dia berhenti
di depan sebuah pohon besar. Mendadak ada orang muncul dari situ.
Perkiraan gw sih, orang itu adalah Ika. Terus mereka berdua terlibat
pembicaraan seru. Kemudian, mereka berdua berjalan bersama-sama. Gw
berusaha nyusul,tapi nggak kekejar.
Versi aries : Setelah kenyang [menghabiskan satu jungle juice dan
sekantong kacang bali]. Dari pertigaan gn. Suket – Raung aku pamit
kepada Kris. Mau duluan dan jalan pelan-pelan. Nggak berapa lama, aku
ketemu Jenny. Dengan isyarat, dia persilakan aku buat maju duluan.
Setelah itu aku jalan ngebut sambil bernyanyi-nyanyi riang [mengikuti
lagu dalam walkman]. Nggak ada perasaan aneh sedikitpun, kecuali sedikit
malu akibat pech control yang kurang baik .[he..he..] Dari situ aku
jalan terus. [sampe nyasar tadi ..hi..hi…]. Sama sekali nggak ketemu
Ika.
Pertanyaanya [ daftar dibawah ini muncul setelah kami melewati
perenungan yang cukup mendalam}
[1] Siapakah yang dilihat Jenny ?
[2] apakah aku bener-bener ngelewatin Jenny ?
[3] apakah Jenny yang aku lewati tadi?
[4] apakah itu Jenny?
[5] apakah itu aku?
[6] apakah itu Ika?
Akibatnya bisa ditebak, begitu mendengar penuturan kami berdua, wajah
yang lain pucat satu demi satu. [dan saling melirik kaki masing-masing
…. Huaaa…napak ke tanah nggak yaaa?]
Happy ending? Yup! Sekarang boleh dibilang begitu. Magrib itu kami semua
sudah duduk dengan manis dalam bak belakang pick up yang menjemput
kami. Senangnya, sebentar lagi akan tiba di base camp pendakian Raung
di Pesanggrahan.
Setiap akibat, mungkin ada sebabnya [atau sebaliknya ya? He..he.. Pusing
euy!] Setiap dari kami, menyimpan beribu pertanyaan didalam benak
masing-masing. Setiap dari kami berdialog pula dengan dirinya
masing-masing.
Tentu, ada seribu pelajaran yang bisa dipetik…hmmmmmm………………..
Serpong, 16 Mei 2005
Tambahan :
Base camp pendakian gn. Raung. Silakan kontak sekretariat Kelompok
Pemandu Wisata Gunung Raung [Pesanggrahan]
Attn : Bapak Solikhin/ Ibu Parman
Kecamatan Sumber Wringin
Jl. Gunung Raung No. 45
Bondowoso 68287
tellp [62-332] 321 287- 321 305
biaya pemandu sifatnya borongan, untuk sekali antar tarif @ Rp 150.000
souvenir di Pesanggrahan : tshirt 35 rb, stiker 1500, badge 5000
dapat dicarikan pick up maupun carteran kendaraan to bondowoso,
surabaya, atau malang.
Buat temen2 yg hp-nya selalu out of area setiap trekking ke gunung,
jangan khawatir... Dari bawah sampe puncak, selalu ada sinyal!

Gn. Galunggung [2167 mdpl] 26-27 Juni 2005 Episode : "Hari mbolo s sedunia"

From: "Ariesnawaty, Aries" Date: Wed Jul 6, 2005 1:45 pm Subject: Gn. Galunggung [2167 mdpl] 26-27 Juni 2005 Episode : "Hari mbolo s sedunia"
ariesnawaty Offline Send Email
Prends,
Perjalanan ini terinspirasi *cailaaa* dari perjalanan Ical dan Hanif ke
Talaga Bodas sebelumnya. Setiap ketemu, setiap japri, mereka selalu bilang :
"Kapan mau kesana? Ditemenin deh!"
bulan berganti bulan, tahun berganti tahun *errrr.. belum ding!* waktunya
nggak pernah cocok. Hingga akhirnya, akhir bulan lalu, kami berlima: saya,
Ika, Joe, Joko dan Tuti berangkat kesana. Kempiiiiiiing!
Catper berikut bukan mengenai Talaga Bodas siy, tapi trip lanjutan untuk
kemping ke gn. Galunggung, yang kebetulan nggak jauh dari situ. Ika pernah
kesini sebelumnya. *but, It was long long time ago* Masih inget letusan
hebat sekitar April 1982 ? Generasi yang lahir sebelum tahun 80an pasti
inget dong. Gelap dan hujan abu pada mobil, rumput, pohon, atap rumah.
Semua!
Foto-foto bisa dilihat di :
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
"Ika! Banguuuun!" kata Joko perlahan. "Mau lihat matahari terbit atau
matahari tengah bolong?"
"Kweks!! Matahari tengah bolong?" pikir Ika. Panik mode : ON, mendadak ia
duduk dan bangun.
"Tenaaaang! Tenaaaaang, Mbakyu. Jangan gunakan kekerasan." Buru-buru ia
melipat sleeping bag dan bersiap.
Aku yang tidur disebelahnya, malah berbalik dan kembali ke posisi tidur
seperti semula. Malesss bangeeeeettt! Masih gelap. Dari balik celah sleeping
bag, aku melihat puncak Galunggung bertabur bintang dan sedikit kabut
dibawahnya. Tangga menuju puncak, tidak terlihat dari sini tapi atap lapak
yang ada di tepi rim crater, samar terlihat. Matahari yang ditunggu-tunggu,
belum juga muncul.
Setelah turun dari Talaga Bodas, semalam kami tiba disini dengan angkot
carteran dari Rajapolah dan lanjut menuju entry point kawasan wisata gn.
Galunggung yaitu melalui Indihiang, ancer-ancernya sih dari jalan utama
Bandung-Tasikmalaya, sekitar 4 km sebelum kota Tasikmalaya.
Rencananya sih mau ngecamp di tepi danau di kawah Galunggung. Tapi udah
gelap euy! Capek pula, dan ide untuk ngecamp di lapak kosong yang banyak
berjajar di dekat lapangan parkir cukup menggoda. Hasilnya? Satu lapak yang
kami 'bajak' untuk tempat tinggal sementara kami.
"Capek sekali saya!" kata Joko berulang-ulang. Kami semua memandangnya
dengan iba.
"Wajar aja, Mbakyu. Profesi ganda sih. Dari Joko Darwis *sang photographer*
Joko Chaerudin *si jurumasak* hingga Djoko Djangkaru di embat jugaaa!" jawab
kami bersahut-sahutan.
Di meja saji kini sudah tergelar 2 sleeping bag milikku dan Ika. Meja dapur,
sekarang menjadi tempat persediaan makanan kami berikut kompor trangia.
Bangku panjang di sisi timur, dan selatan digunakan sebagai tempat tidur
Tuti, Joko dan Joe.
Senin pagi itu *hmmm... hari bolos sedunia* gayanya sih mau summit attack.
Tapi baru jam setengah enam pagi Joko, Ika dan Tuti bergegas menuju tangga
[catat : jalur wisata; 620 anak tangga, dari area parkir kawah gunung].
Berhubung barang-barang nggak ada yang jaga, akhirnya yg mau muncak dibagi
menjadi dua kloter. Mereka bertiga pergi duluan, sedang aku dan Joe
rencananya baru naik setelah mereka turun.
Aku berbalik lagi. [masih posisi ngulet kayak ulet bulu hehehe]. Kali ini
menghadap belakang lapak yang terbuka. Sebenernya, nongkrong disini asyik
juga. Semalem, malah bisa lihat kerlip cahaya lampu kota Tasik. Sementara
kabut dibawah mulai naik. Matahari mulai muncul. Hangatnya!
'Neng ! Bangun Neeeeng !"
idiiiih. Jadi malu deh. Rupanya, pemilik lapak sebelah, lagi bebenah membuka
warung. Tak lama kemudian ia datang membawa dua gelas kopi+gorengan pesanan
Joe. Kami berdua, sarapan dulu dong! [aku dan Joe maksudnya, hehehe... bukan
sama pemilik warung sebelah]
Jam 8 pagi, rupanya Tuti turun duluan.
"Huaaaa!!! Belum bebenah nih!" Wong aku masih duduk berselimut sleeping bag.
Rambut masih acak-acakan. Buru-buru aku menelan sisa potongan pisang,
meneguk kopi dan menoleh ke arah Joe.
"Lanjut ?"
Joe nyengir. racun mode : ON
Soalnyaaaa, sepagian tadi banyak sekali orang yang lalu lalang di depan
lapak kami *hmm... maksudnya lapak pinjamaaaann* waktu kami tanya, mereka
bilang mau mancing di danau. Rupanya ada jalur pendaki, short cut langsung
menuju danau tektonik yang berjarak sekitar 2 km dari puncak kawah.
Setelah Tuti siap untuk ganti shift, dan aku sudah rapi jali. Akhirnya kami
berdua berjalan pelan-pelan mencoba jalur tersebut. Entrynya persis di
depan mesjid di ujung lapangan parkir kawah. Jalur naik berupa pasir melipir
kearah utara dan tidak terlalu terjal. Setelah memotong punggungan kawah,
jalur berganti turun hingga tepi danau. Kurang lebih setengah jam perjalanan
kami sudah tiba di dasar kawah. Pada dataran luas di sisi utara danau. Aku
memutar badan pelan-pelan 360 derajat. *maap maap deh, yang merasa dirinya
komidi putar*
'Huuaaaaaaaa!!!!!"
Speechless! Bagus banget!
Kawah Gn. Galunggung memiliki bentuk seperti tapal kuda yang terbuka kearah
tenggara. Aku berada pada kawah yang dilingkungi oleh tebing [lebih dari
3684 tebing, terkenal dengan sebutan sepuluhribu tebing, menurut info yang
kubaca, cmmiw] akibat hebatnya erupsi pada gunung ini. Di satu sisi, malah
aku melihat beberapa aliran air terjun. Wuih! Tinggi amat! Dan alirannya
membentuk sungai kecil dan mengalir langsung ke danau.
Sementara itu di sisi barat, di seberang danau, nampak tangga semen yang
langsung turun hingga tepi danau. Di sisi barat lautnya, nampak jelas jalur
berpasir naik menuju tepi kawah berbentuk huruf Z. Nhaaah ...... dijalur
zorro itu deh, kami melihat 'dua sejoli' berbaju merah dan hitam sedang
berusaha keras untuk naik.
Siapa lagi kalau bukan Joko dan Ika. Beberapa jam kemudian, Ika berkomentar
kepadaku waktu kami ngumpul di basecamp :
"Bayangin Ries. Duaaaaa jamm! Hanya untuk di tanjakan itu. Baru jalan
sebentar udah dibilang Stop Ika, foto duluuu! Huahahahaha"
Joko tak mau kalah, dan menyahut :
"Sebenernya, kapasitas memorycard udah abis. Mulai deh, mendelete foto dan
pilih-pilih. Yang ini Ika, boleh di hapus? Setelah acc, fotooo
lagiiii......hihihihi"
*Uh, dasar!* Setelah beryuhuuuu-yuhuuu sejenak dengan kedua sejoli itu,
akhirnya kami lanjutkan perjalanan mengitari danau. Melewati lautan batu,
melompati aliran sungai dan berjalan menuju pintu gerbang masjid. Masjid?
Masjid ?
Iya! Ada masjid kecil disini.
Tepat di sisi barat danau. Tepat dibawah tebing yang mulai menghijau oleh
pakis. Dari gerbang hingga mesjid, ada jalan setapak yang telah diperkeras
oleh batu dan semen. Mesjidnya sendiri mirip seperti pendopo. Terbuka di
ketiga sisinya. Didepannya ada kolam setinggi pinggang untuk tempat wudhu.
Ada ornamen vertikal seperti daun-daunan di tengah kolam. Sumber airnya,
kelihatannya sih dari mata air langsung. Menggelegak terus mengisi kolam
tersebut.
Hampir sejam aku dan Joe duduk disana. Suasananya agung sekali. Begitu
tenangnya!
"Lagi mikir apa Joe?"
Bahkan seorang Joe pun hanya bisa tersenyum.
Serpong, Rabu 6 Juni 2005
[Waktu balik, dari jalan setapak semen menuju gerbang mesjid, ada jalur
tanah ke arah kanan. Jalurnya jelas sekali. Melipir punggungan dan langsung
menanjak. Yang paling menderita sih, waktu lewat tanjakan zorro itu deh!
Hihi... Maju selangkah, mundurnya 5 langkah :) Jam setengah dua belas siang
pula! Hiks! ]
tambahan :
galunggung-terminal bis tasikmalaya [carter angkot] total Rp65,000
bakso+teh botol di terminal bis Tasikmalaya untuk 5 orang total Rp28,500
bis AC Tasikmalaya-Jakarta via tol Cipularang @Rp40,000

Merbabu-Merapi 16-19 Juli 2005 Episode ilalang oh ilalang !

From: "ariesnawaty" Date: Thu Jul 28, 2005 12:53 am Subject: Merbabu-Merapi 16-19 Juli 2005 Episode ilalang oh ilalang !
ariesnawaty Offline Send Email
Prends,
Ini sebagian catatan. Minggu lalu, kami berlima [saya, Ika, Joe,
Haris
dan
Age] Je Je eS ke Merbabu-Merapi. Cuaca disana ceraaaaaaaaahh sekali.
Sampe
gosong gara-gara lupa diangkaat :) Merbabu yg penuh dengan savana,
Merapi
yg statusnya waspada, ternyata aman-aman aja. Sebagian foto, bisa
dilihat di
:
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Thanks for Jenny dan Irfan yang memantau terus via sms. Juga beberapa
teman
yang tidak mau disebutkan namanya disini :)
"Jangan perdulikan saya!" teriak Age.
Nadanya keras. Naik beberapa oktaf. Ia duduk di pintu tenda. Menghadap
keluar. Kepada kegelapan malam. Salah satu tangannya sibuk memegang
panci
dan menggoreng nasi. Ika menarik nafas panjang. Wong barusan cuma
tanya,
entar doi mau tidur dimana?
Dalam gelap, aku sih bisa membayangkan. Betapa porak porandanya isi
tenda
kami. Keril-keril besar tertumpuk di belakang. Ika sebentar lagi
bakal
tertidur. Terduduk di ujung, sambil melipat tangannya. Tanpa
sleeping
bag.
Hanya sempat memakai jaket dan sarung tangan tebal pinjaman milik
Haris.
Dan Haris? Huuuaaaa. Ada di sebelah Ika. Jangan ditanya. Sudah
mendengkur
sejak tadi. Badannya yang ehm....ehm... .. bak beruang madu, menguasai
hingga hampir 2/3 volume tenda. *gubraaaaakkkk!!!! Ampuuuuun Ki Haris!
*
Disamping Haris ada Joe, berjaket merah, yang badannya terlipat dengan
posisi yang aneh. Kerilku malah nyangkut dikepalanya. Tidak sempat
mengeluarkan sleeping bag pula.
Sedang aku? aku? Setelah menelan obat. Terhimpit antara Joe dan
dinding
tenda. memaksakan diri untuk tidur dengan kepala serasa berputar-
putar.
*pusing maksudnya!*
Malam itu sudah larut. Kami sudah kelelahan. Meleset jauh dari
rencana.
Seharusnya sudah dari tadi kami tiba di puncak dan ngecamp disana.
Jadi,
begitu menemukan tempat datar kami mendirikan tenda. Diantara ilalang
dan
deru angin yang begitu kencangnya. Berikut kilat yang menyambar di
kejauhan. Hanya satu tenda yang sempat kami pasang.
Dan udara begitu dingin. Kami hanya ingin segera masuk ke dalam
tenda.
Bergegas makan dan kemudian tidur.
What a night!
[sebelum melangkah terlalu jauh, lebih baik saya jelaskan saja
disini,
Age
ini memang insomnia. Susah tidur. Selelah apapun. Malam itu ia
menyalurkan
hobinya dengan memasak nasi. Membuat nasi goreng. Menggoreng telur.
Meracik
sambal kecap dan akhirnya membuat pudding coklat sebagai penutup. Jam
2
subuh *sahur kali yaaa?* kami dibangunkan dengan paksa untuk mencicipi
makanan]
Kyaaaaaaaaa!
"Boleh nambah nggak?" Haris menjilat ujung bibirnya. Piring sudah
kosong.
Suapan terakhir sudah ditelan. Age, menatap dengan gemas. Lha?
maksudnya sih
makan nasi goreng secara estafet. Ini ??? Yang laen kan jadi nggak
kebagian!!! *tersedu-sedu*
Apa yang terjadi dengan Haris? Apa yang terjadi dengan Age?
Besooook. Besok deeee lanjutannya.

Merapi 16-19 Juli 2005 Episode dan kami adalah .....

From: "ariesnawaty" Date: Fri Jul 29, 2005 6:06 am Subject: Merbabu-Merapi 16-19 Juli 2005 Episode dan kami adalah .....
ariesnawaty Offline Send Email
Mbak Liaaaa : we're so sorry. kemaren sinyalnya on off terus. Nggak
sempet mampir pula. Ika buru2 harus balik ke Jakarta. Btw, dibandara
Ika sempet ketemu mas ...[aduh siapa ya, aku lupa namanya firman?
ifan? ]
waktu ke Siung kemaren.
Ical : rambut Age? hmmm.. long story. pagi itu, di pasar sapi
Salatiga, dengan mata berkaca-kaca karen tak kuasa menahan haru, ia
bercerita kepada kami perihal rambutnya. kekekekekek.....
Lanjutan yg kemaren, sebagian foto bisa diintip disini deeeh :
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
and we are :
Haris Respati :
pendakian perdana setelah sekian lama. Amat sangat bersemangat. Can't
hardly wait buat ngerasain hos hos-an sewaktu trekking. *catatan dari
aries : gue sih ogaaah Riiis! Ampuuuun dah!* Exit permit dari
kantor? itu nomor dua. Yang paling susah, ngurus exit permit dari
rumah niiiiy!
Dengan riang memberi laporan kepadaku, sewaktu kami bertemu di Lebak
Bulus :"Semalem packing sampe jam satu malem! Akhirnya...*dengan mata
berbinar-binar* ngerasain juga ya keringetan waktu packing" :)
Ika Dewi Kartika :
Hanya dapat ijin cuti satu hari. Jadi hanya gabung ke Merbabu doang.
Tapi apa daya, godaan buat lanjut ke Merapi, jauh lebih besar daripada
kemungkinan si boss murka akibat doi kagak muncul waktu meeting.
Walau begitu, baju summit attacknya tetap disiapkan. Kuning-kuning
buat gn. Merapi dan merah-merah delima ..ali babaaa.. eh .. merah-
merah buat gn. Merbabu. TE O PE banget deeeh ibu yang satu ini!
Agus Setiawan alias Age :
pria dengan seribu ekspresi ini *nggak percayaaa? !! Liat fotonya
deeh* sudah siap [dan pasrah] lahir batin untuk berbelanja di pasar
Kopeng. Beli kangkung, bumbu pecel, makaroni, tempe, telur dan teman-
temannya.
Hobi masak. Jadi, wajar dong, kami semua mendapat berkah makanan
lezat selama di camp. Berhubung bakal lanjut ngebackpack *and to be
survived* di Jogja, jangan heran bila melihat isi kerilnya : gelang-
gelang+kalung, buku-buku, tusuk gigi, dan seperangkat alat mandi dan
kosmetik lengkap. Huahahahaha!
Joe alias ??!! :pada prinsipnya nggak perlu tahu siapa nama aslinya.
*Joewita kali yak? ..*wadauuuw! catatan : ditendang kakinya dari
bawah meja *.Team leader kami untuk pendakian kali ini.
Rencana awal sih, mau ndaki bareng temen-temennya dari Jogja. Tapi
batal akibat satu dan lain hal. Punya ambisi untuk menembus Merbabu-
Merapi dari utara bablas terus ke selatan. Tapi apa daya, banyak hal
yang tidak terduga. *But! That's the real adventure maaan!*
Hobby masak juga. Bersama Age, tersalurkan juga deh. Untuk menyiapkan
sarapan : nasi+tempe goreng+tumis kangkung+ikan asin+kerupuk+sambel]
*makan pagi apa kalap yak?*
Dan saya sendiri,
Ariesnawaty.
Berlima, kami berangkat dari Jakarta hari Jum'at lalu. Ditengah hujan
yang on off terus. Hari itu Jakarta dilanda hujan tiada henti. *Hari
macet+hari banjir sedunia*
Kami pergi dengan Bus Raya trayek Jakarta-Solo. Jam 6 sore tepat
berangkat dari terminal Lebak bulus. Keesokan harinya, sebelum bis
mencapai Solo, kami turun di Salatiga. lanjut ke Kopeng dan langsung
menuju ds. Wekas. Salah satu entry menuju puncak Merbabu. Dari pintu
gerbang Wekas kami lanjutkan naik pickup hingga ds. Kedakan. Mengisi
buku dan membayar retribusi dan *as ussuaaal!* jam 12 siang baru
mulai trekking. Kata orang, jalur ini paling cepet. Karena ngetrek
terus sampe atas.
Halah! *sambil memandang betis masing-masing*
Sorenya, kami baru mencapai pos 2. Menara pemancar sudah terlihat
dari sini. Senengnya, karena tidak jauh dari situ, sudah dekat dengan
puncak. Hmmm... emang nggak boleh takabur.
Karena apa yang terjadi saudara-saudara? *sudah saya ceritakan pada
awal catper ini---> tragedy nasi goreng. Hehehe*
Keesokan harinya baru kami sadar. Kami sudah terlalu jauh melambung
ke arah barat. Sudah ada di ketinggian 2995 mdpl sih. Gigiran puncak
sebenernya udah keliatan kok dari sini. Malah pagi-pagi tadi sudah
terdengar beberapa pendaki beryuhuuuu yuhuuuu dari puncak Merbabu.
Sementara Sindoro Sumbing, terlihat jelas dari depan pintu tenda kami.
Ilalang berwarna kuning keemasan oleh sinar matahari, hangatnya!
Joe dan Age dengan segenap kekuatannya, mulai memasak full lengkap.
Balas dendam! Karena semalam tidak cukup makan. *pis ah Ris!*
Setelah sarapan dan sesi foto-foto yang rasanya tidak ada
habis-habisnya jam 10 pagi kami bersiap untuk naik. Age dan Haris
berjalan terlebih dahulu. Aku dan Ika masih menunggu Joe *ritual
pagi*. Kabut tebal mulai turun. Rintik airnya mulai membasahi kami.
"Nggak berdoa dulu nih?" tanya Age kepada Haris.
"Ah sudahlah, kita berdoa berdua aja" timpal Haris dengan bijaknya.
Edun! Kabut pekat banget. Membuka jalur dan berjalan memotong diantara
ilalang jauh lebih berat dibanding langsung trekking keatas. Kami
bertiga menyusul. Sempat berhenti sebentar di tengah jalan akibat
hujan mulai turun. Beryuhuu-yuhuuu dengan Age dan Haris, yang
menyimpang terlalu jauh dari jalan.
Begitu dua sejoli itu merapatkan barisan. [Age dan Haris maksudnya]
Age nyengir sambil meratapi nasib " Ini nih gara-gara cuma berdoa
berdua, coba kalo berdoa rame-rame " *Dan Ika jatuh terjengkang*
Pengen tau selanjutnya? Tunggu besok ya.
Salam,
Ariesnawaty

Merbabu-Merapi 16-19 Juli 2005 Episode dua jam? Dua jaaaam???

From: "ariesnawaty" Date: Fri Jul 29, 2005 11:16 pm Subject: Merbabu-Merapi 16-19 Juli 2005 Episode dua jam? Dua jaaaam???
ariesnawaty Offline Send Email
Yang belum liat foto, monggo bisa dilihat di
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Sampe di puncak. Sayang, kabut menutup pandang. Padahal, kalau cuaca
cerah, kami bisa memandang *eye to eye* dengan Merapi. But it's OK.
No problemo. Paling enggak sudah memuaskan rasa ingin tahu kami akan
puncak sejati Merbabu. Sejam lamanya kami ada disana. Dan kemudian
turun. Rencananya, akan turun melalui jalur Selo.
"Paling turun 2 jam, kita udah nyampe kok!" kata Joe santai.
Ika menoleh tajam *setajam silet*
"Dulu, kamu lari ya? Daypack?"
aku, Age dan Haris ikut-ikutan menatapnya dengan tajam.
Nggak muuunggkiiiinnnnn !!!!! nggak percayaaaaa!!!!! Sangsiii!!!
Apa yang terjadi ?
[delapan belas jam kemudian]
Pagi-pagi. Diatas ketinggian 1600 mdpl. Di basecamp dukuh Tritis. Di
kediaman Pak Amat.
[ketua RW setempat. Rumahnya bener-bener berupa tipologi rumah jawa.
Adeeeeem sekali. Dengan jendela yang kecil-kecil. Dan lantai semen.
Kami menempati rumah yang sebenarnya dipakai untuk menyimpan satu set
gamelan. Berseberangan dengan kumpulan gamelan ini, tergelar tikar
tempat kami tidur semalam]
Aku masih bergelung didalam sleeping bag. Masih ngantuk euuy!
Sambil mengguncang-guncangkan kakiku *yang terjulur jauh melewati
tikar* Age membuka salam :
"Kata Pak Amat. Kalo ada yang nyasar, yaa.. nyampenya ya di Tritis
ini!"
Dengan nikmatnya ia menghirup teh panas dan mengigit gula batu. Pada
waktu yang bersamaan, Haris sedang menikmati rokoknya. Sementara Ika
sudah menghilang *hunting foto*.
"Haiyyaaaa!!!" aku terlompat.
Pantesaaaan. Kemaren, kok lamaaaa banget. Lebih dari 7 jam turun.
Maksud hati pengen turun via selo. Apa daya? Kami melambung terlalu
jauh.*Sudah takdir kali ya, dari kemaren kerjaannya ngiderin Merbabu!*
Walau sepanjang jalan turun, Gunung Merapi, New Selo, dan menara
pemancarnya jelas banget terlihat dari punggungan Merbabu. Tapi jalur
terus 'membuang' ke kanan. Jauh lebih jelas daripada jalur yang
kekiri. For sure,jalurnya panjaaaaaaaannng sekali. Beberapa kali
pindah punggungan.
[sobbing]
Akhirnya, kerlip lampu penduduk mulai terlihat. Age yang berjalan
didepan berteriak histeris. "lampu! Lampu!!!"
Yeee.. semua juga tau!
Haris yang berjalan tertatih-tatih di belakangnya *catat: lutut
kanan, bekas cedera waktu masih muda. Makluuumm veteran. Pletaaaak!!!
Aduh Ris.Ampuuun!!* Dengan tongkat kayu di tangan kanan dan kiri. Ia
mengucap syukur sambil menangkupkan kedua belah tangannya.
"Si buta dari goa hantu aja tongkatnya cuma satu. Kalo saya?
Tongkatnya ada duaaaaaaa" bener-bener nggak nyambung.
Berdua mereka mendiskusikan, lampu mana yang paling terang. Ada 3
lampu neon yang terang banget. Dengan asumsi itu, sudah dipastikan.
Tanda-tanda kehidupan sudah nampak. Desa terdekat sudah ditangan.
Ika, aku dan Joe yang berbaris dibelakangnya, berperan sebagai
pengamat.*Kita lihat saja drama di depan ini. Endingnya seperti apa.
Hehehehe.*
Tiba-tiba, Age dan Haris berseru-seru. Nadanya penuh dengan
kekecewaan. Kehampaan dan keputus-asaan. "Lho? Kok hilang? Mana
lampunya? Manaaaaaa?!!!"
Karena tiba-tiba gelap. Lampu rujukan tidak lagi terlihat. Dan selama
hampir 2 jam berikutnya, mereka berdua diam membisu. Hingga
akhirnya, menyadari kebodohan masing-masing. Hehehe...lampunya
dimatiin orang toh! Pantes!
[end of lamunan]
"Ries!" kata Joe. "Udah di tunggu di depan, tuh! Kita foto bareng sama
keluarga Pak Amat yaaa?"
Aku tersenyum. Menyusul Joe, Ika, Haris dan Age yang sudah siap
bergaya. Bersama Pak Amat, Bu Amat, Mas Budi + anak Istri. Berikut
tetangga kanan, kiri depan dan belakang. Kami berbaris di teras
depan. Dan nyengir bareng :
" Saaay Cheeeeesee!!!!"
Serpong,
29 Juli 2005
[sore itu juga, perjalanan kami teruskan ke gn. Merapi. Naik dan
turun via Selo. Haris, pamit untuk pulang kembali ke Jakarta. Kami
berempat lanjuuut! Walau status Merapi yang masih waspada, tapi
berdasar info di basecamp Selo, masih aman untuk didaki. Selama
pendakian naik dan ketika kami turun keesokan harinya, sama sekali
tidak berjumpa dengan pendaki lain. Pasar Bubrah yang biasanya ramai,
kini sepi]

Gn. Shahdag, Azerbaijan 16-25 Agustus 2005 Episode : saya cinta kamu

From: "Ariesnawaty, Aries" Date: Tue Sep 6, 2005 3:51 pm Subject: Gn. Shahdag, Azerbaijan 16-25 Agustus 2005 Episode : saya cinta kamu
ariesnawaty Offline Send Email
Prends,
Sebagian pic bisa ditengok di : http://photos.yahoo.com/ariesnawaty mungkin
ada sebagian yg bingung, kok bisa 'nangkring' disana? Hehehe ada di catper
berikut deh. Sekarang, cerita yg ini dulu ya. Overall, disana lagi summer
time :) Umumnya medan terbuka berupa padang rumput dan tebing batu. Cantik
sekali.
Salam,
Ariesnawaty
"Aries, Saya tinta kamo. Saya tinta kamo.... Saya tinta kamoooooo!!!!!!"
jerit sember dan ngebass milik Maryam Doustdar Fashtake tiba-tiba nongol
memenuhi gendang telingaku [Inget suaranya pengasuh fungkeh di film The
Nanny? Remember? Itulah dia J]
Earphone yang nangkring ditelinga, segera kulepas. *lagi killing time,
denger musik di walkman*
"Aku cinta kamu. A-ku....Cin-ta ....ka-mu !!" ucapku pelan-pelan "With C,
Maryam.. With C .. not tinta, but Cinta"
Wheladalah *pak Raden Style*. Sulit banget nih cewek Iran buat ngikutin
lidah melayu. Tapi salut juga buat usahanya. Sejak hari pertama, getol
banget belajar bahasa Indonesia dan tanya ini itu.
"Oooh... I see. Aku cinta kamo" katanya mengulang. Meminjam walkmanku [nah
lo?] dan tersenyum girang mendengar lagu-lagu berbahasa Indonesia yang
kebetulan kubawa.
"Pake gih sono, dan ingat Maryam, ngomongnya ke cowok dong, jangan ke
cewek!"
"What?"
Aku nyengir. Jelas dia nggak ngerti. Siang itu jam dua belas. Yang biasanya
cerah, sudah dua hari ini hujan dan berselimut kabut tebal. Kami sedang
dalam perjalanan pulang kembali dari pendakian gunung Shahdag. Gunung ini
terletak pada rangkaian pengunungan Kaukasia yang membentang mulai dari
timur laut Rusia, barat laut Georgia, di selatan Iran, dan sebagian Turki.
Sementara Sungai Aras mengalir dari utara hingga ke sungan Kura di selatan
pegunungan ini dan berakhir di laut Kaspi.
Akibat hujan yang turun semalaman, jalan luar biasanya becek dan licin.
Tidak berani menanggung resiko, maka kami semua turun dari truk dan berjalan
turun. Sementara beberapa dari kami, memadatkan jalan dengan menimbunnya
dengan tanah.
Sengaja aku berjalan mendahuluinya. Aku mau ngobrol dengan temen-temen yang
dari Azerbaijan. Beda truk sih. Jadi susah komunikasinya. Nah kesempatan
deh.
Walau bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa Internasional, selain team
Iran, mereka minim sekali penguasaan bahasa Inggris dan hanya paham bahasa
Russia.
*Buhuhuuuu... me too! Bahasa Inggrisku juga nggak bagus-bagus amat. Kalo
bahasa Russia ? yaaah itu sih ............ blank bangeeeett! J ; jadi
nyesel*
Tapi semua itu bukan menjadi masyalah. Karena kenapa saudara-saudara? Yaaak!
ada satu bahasa baru yang tercipta akibat situasi saat itu, yaitu dengan
bahasa tarzaaaaan, pake bahasa isyarat ajaaaaa J.
Ajaibnya, dengan bahasa kayak gitu, kami bisa ketawa cekikikan kalo sudah
ngobrol dan saling mengumpat mumpung kagak ngarti hahahaha.
Tiba-tiba, Inara, cewek dari Azerbaijan berjalan menyusulku. Beriringan
dengan Maryam [the nanny. Masih inget?] mereka berdua asyik mendengarkan
walkman dan bergoyang. [uh dasar!] dan terus menghapalkan kalimat : Aku
tinta kamooo...aku tinta kamooo...aku tinta kamooo"
Hingga suara mereka sayup-sayup menghilang. Giliran aku yang terdiam disini.
Meresapi pemandangan sekeliling yang mulai terkuak dari kabut. Padang rumput
dimana-mana. Sesekali terdengar suara gonggongan anjing penggembala dari
kejauhan.
Hmmmmm...... indahnya!
ariesnawaty
Serpong, 6 September 2005
 
;