Sunday, May 21, 2006

Sekeping bayangan untuk Torean



Hari kelima


15.30 sore (in the middle of nowhere)


 


“Ini longsoran yang keberapa ya?” tanyaku sambil menoleh kebelakang. Kayaknya dari tadi, aku terus menerus mengulang ritual yang sama. Melewat longsoran tanah *serem juga kalo dipikir* melompati beberapa gelondong kayu. Menyibak ranting-ranting yang sudah mengering dan kembali menemukan jalur. Memasuki vegetasi pepohonan dan bertemu lagi dengan longsoran tanah….huaaa!!? Again?


 


“Udah dua belas kali Ries.” Jawab Ivan kalem. “Nggak percaya?” lanjutnya lagi begitu melihat ekspresiku.


 


“Mari kita ulangi lagi dari awal…hehehehe..!!” 


 


Huuuuuuuu!!! Nggak mutuuuuuu!!!!!


 


Jujur, ini jalur terindah yang pernah aku temui. Setiap detik, selalu mengejutkan. Sejak kami turun dari danau sejak pukul delapan pagi tadi, Kami selalu disuguhi pemandangan yang luar biasa indahnya.


 


Turun menyusuri sungai Lokok Putih, mampir ke Goa Susu, merasakan aliran air hangat, melewati Propok, menyeberangi sungai kering yang penuh dengan batuan dan diikuti si raja monyet! *hehehe..dipancing kacang juga sih* hingga diiringi lambaian selamat tinggal olehnya (sedih kali yeee?) kami kemudian menyeberang sungai yang deras alirannya. Naik melipir punggungan, melewati padang ilalang, mengambil jalan memutar, ‘terjepit’ diantara dua punggungan, kehilangan jalur, mencari jalur lagi, merapatkan diri pada dinding tebing, dan menatap kelokan sungai dibawah sana. Hingga berjalan bersisian dengan air terjun diantara ramainya suara air yang berkejaran jatuh jauh ke dasar …


 


(Humph!)


 


21.00 malam (di ds. Torean)


 


”Ries! Pakai bantal dulu!” kayaknya sih sayup-sayup aku denger suara Joe bilang begitu. Kami menumpang tidur di berugak milik salah seorang penduduk. Yang aku inget sih, pagi-pagi begitu bangun, udah ada bantal di kepalaku. *dibawah kepalaku maksudnya J* Malam itu aku tidur dengan nyenyaknya. Menyisakan mimpi tentang Rinjani di belakang. Rinduku terbalas sudah. Someday, hopely… aku datang lagi yaaa…


 


Kemayoran, 19 Mei 2006 22.19 wib (Rinjani 11-15 April 2006, along with Joe and Ivan)


 


Jalur Torean merupakan jalur ‘menyusur’ Sungai Lokok Putih. Sungai ini diapit oleh punggungan Gunung Sangkareang dan bukit Sembalun. Dari Danau Segara Anak jalur turun menuju Torean tidak begitu jauh dari jalur menuju Plawangan Sembalun. Dimulai dengan melewati satu bukit. Jalur terbuka penuh dengan padang ilalang. Jalur amat jelas, tapi licin karena lumut. Pada beberapa bagian, jalur terputus akibat longsor. Setelah itu jalan terus menurun ke arah kiri mengikuti batuan bekas aliran lahar. Kurang lebih sekitar 0.5 jam perjalanan, akan dijumpai ‘parit’ kecil berupa aliran air panas yang berasal dari Goa Susu.


 


Bila masih ada waktu, sempatkan untuk berkunjung kesana. Tidak sampai 5 menit perjalanan naik, kita akan  melewati beberapa kalak (kolam) aliran air panas yang ada di depan goa susu dan biasa digunakan peziarah untuk berendam. Sayangnya, ketika kami berada disana (awal April 2006) keadaanya sudah rusak total. Hanya tersisa satu atau dua buah kolam saja.


 


Sejam kemudian, tibalah kami di daerah yang disebut Propok. Tempat ini merupakan pertemuan tiga aliran sungai. Daerah ini luas sekali. Kami berjalan ditengah sungai kering yang penuh dengan batuan besar dan dilingkung oleh dua punggungan. Pemandangannya sungguhlah indah. Tidak jauh dari situ terlihat jelas air terjun hulu dari Lokok Putih. Selepas dari Goa Susu tadi jalur terus mengikuti parit aliran air panas, memotong satu punggungan bukit dan terus berjalan mengikuti aliran sungai. Mulanya jalur tepat berada di tepian sungai yang cukup lebar, kemudian  kami justru berjalan di tengah sungai kering.


 


Meninggalkan Propok, jalur masih berupa aliran sungai kering yang didominasi oleh batuan.   Sungai ini cukup lebar, sekitar 20-30 meter. Sempat diikuti oleh si raja monyet yang cukup penasaran J. Kami terus berjalan hingga bertemu dengan bagian sungai yang deras airnya.  Menyeberanginya dan terus berjalan naik meninggalkan sungai.


 


Jalur terus berpindah dari lereng sebuah punggungan bervegetasi rendah. Beberapa kali menuruni lembah dan naik kembali melewati pinggang punggungan. Jalur sempit dan licin, namun cukup jelas. Sejam kemudian kami masih melipir di punggungan tebing. Di bawah sana, aliran sungai yang berkelok-kelok menuju hilir nampak kecil karena jauhnya. 


 


Empat puluh lima menit kemudian, tibalah pada suatu tempat yang sangat mengagumkan. Kami berjalan di padang rumput yang diapit oleh tebing curam di sisi kiri dan kanan kami. Setelah itu, jalur masih terus mengikuti sungai kering dan melipir punggungan. Mulai dari sini, jalur cukup ekstrim karena hanya berupa satu jalur sempit, dengan tebing tinggi disisi kiri, dan jurang dalam disisi kanan dan terus seperti itu hingga sejam kemudian nampak air terjun Panimbang yang tingginya kurang lebih sekitar 75 meter. Sangat jelas karena posisi kami berada sebelah menyebelah dengan hulu aliran air terjun tersebut.


 


Satu jam kemudian kami mulai memasuki vegetasi hutan rapat. Sering jalur jalur hilang akibat longsoran tanah dan batang pohon. Beberapa kali jalur naik dan turun memotong sungai kering atau sungai dengan aliran air yang tidak begitu besar. Menuju pos 1, jalur jelas sekali dan amat sangat rapat oleh pepohonan. Di beberapa tempat ada tempat cukup luas untuk mendirikan tenda. Jalur relatif bersih, walau sering ditemui sampah berupa bungkus permen. Satu setengah jam kemudian, tibalah kami di pos 1. Di tempat ini, ada sebuah pondok tanpa dinding yang dapat dipergunakan untuk beristirahat. Di depannya, ada sebuah papan yang berisi tulisan : Anda telah berada dalam wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani.


 


Selepas dari pos 1, jalur masih terus naik dan turun memotong aliran sungai. Kurang lebih sekitar satu jam perjalanan menembus rapatnya hutan, jalur semakin lebar dan mulai memasuki areal perladangan penduduk. Dari titik ini, puncak Rinjani dan Plawangan Sembalun, nampak jelas sekali. Masih terus melewati ladang dan rumah ladang milik penduduk. Ikuti saja pipa air yang ada disisi jalur. Menjelang desa Torean akan ditemui percabangan, bila ke arah kanan akan menuju kampung Sajang, sedangkan ke kiri menuju Torean.  Sejam kemudian kami sudah tiba di dusun Torean.


 


Di dusun ini tidak terlalu banyak penduduknya. Ada satu mesjid dan beberapa berugak. Listrik sudah masuk di tempat ini. Ada beberapa rumah yang tetap di konservasi seperti layaknya rumah adat Sasak. Akses menuju dan dari desa ini hanya berupa ojek atau kendaraan pribadi.


 


Dari Torean menuju Mataram dapat ditempuh dengan menggunakan ojek hingga Pasar Anyar, Bayan. Dengan biaya sebesar Rp 15,000  melewati jalan aspal dua jalur yang rusak berat disana sini. Perjalanan ditempuh kurang lebih selama satu jam dengan pemandangan lepas ke arah ladang dan laut utara.  Di pasar tersebut, terdapat kendaraan L-300 yang langsung menuju Mataram dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam perjalanan biaya perorangnya sebesar Rp 15,000.


 


pengen liat fotonya? monggoooo... nyambung ke :


a step to Rinjani


 

Wednesday, May 10, 2006

Klub Kemping Ceria t'shirt (limited edition)


KLUB KEMPING CERIA


never give up !!!


 


Sebenernya ini rencana lama, rupanya baru sekarang sempat diwujudkan J, saya dan mbakyu dJoko dari dulu memang berniat membuat kaos KKC. Edisi khusus. Terbatas dan hanya diproduksi satu kali saja. Kalo ada yang minat, monggoooo……


 


KONSEP Tidak ada maksud mengekslusifkan diri. Kaos ini didedikasikan bagi temen-temen yang seneng kemping, masak-masak, ngecamp, motret, ngobrol-ngobrol, nyanyi bareng, curhat bareng di tempat-tempat eksotis yang tersebar di penjuru bumi ini.


 


Cover depan bertuliskan : MATA ADALAH (ada gambar kamera)


99,9% peserta kemping pasti memiliki hobi motret. Kamera hanyalah ‘perpanjangan’ mata. Yang menerjemahkan ‘rekaman’ yang ada di benak dan mengabadikan keindahan yang ada di sekitar.


 


Cover belakang bertuliskan : KLUB KEMPING CERIA (never give up!!!) (dan gambar logo telor ceplok)


dimaksudkan sebagai kaos “perjuangan” terhadap rezim yang menentang hadirnya KKC di muka bumi ini. Filosofi telor ceplok sendiri berangkat dari hakekat putih telur yang bersifat ‘perekat’. Semoga tetap terjalin persaudaraan. J


 


KAOS KKC /Warna dasar kuning/rip abu-abu/lengan panjang warna abu-abu tua/sablon depan dan belakang/bahan kaos dengan kualitas terbaik/sablonan KKC dan logo di pergelangan lengan kanan


 


UKURAN S/M/ L/ XL


 


PEMBAYARAN PESANAN


mohon ditransfer ke  BCA KCP BSD Sektor 1
Nomor Rek. 899 012 8872 a/n Ariesnawaty
Fax Slip Setor/Transfer ke : 021-7587 7777 / UP. Ariesnawaty atau ke email aries.ariesnawaty@hafele.co.id


 


HARGA KAOS : Rp 45.000 / pcs


Pemesanan/Pembayaran paling lambat KAMIS 17 Mei 2006/ Kaos mulai di buat 18 Mei 2006 (20 hari kerja) diperkirakan mid Juni sudah selesai.


 


PESANAN


Japri aja ke : aries.ariesnawaty@hafele.co.id jumlah, ukuran, dan no telpon +alamat lengkap (bila ingin dikirim, akan diinformasikan kemudian  mengenai ongkos kirimnya)


 


 


(berita ini saya post melalui MP atas restu partner KKC saya, R. Joko Sutias)

Tuesday, May 02, 2006

kembang padang ilalang


Saya mendapat lagu ini dari seorang teman. Lagu ini unik sekali. Dalam interpretasi saya, saat itu saya lagi duduk di Oro Ombo, dalam perjalanan kembali menuju Ranu Kumbolo. Sudah sore. Langit sedikit redup karena matahari sebentar lagi tenggelam. ada sedikit kabut yang kemudian menghasilkan rintik hujan. Suasananya sepi. Sama sekali tidak menakutkan. Hanya syahdu. antara aku dan Ilalang.





mukti - Kembang Padang Ilalang   Unduh
Pareang Ladang Parangan   Unduh
06 Rindu Malam   Unduh
Aku Di Sini Padamu   Unduh
02 Balada Godot   Unduh
Barangkali Ini Cinta   Unduh
Cibeureum   Unduh
Nangela   Unduh
ambarbriastuti menulis on May 2, '06
sederhana sekali tapi dalam liriknya!
ariesnawaty menulis on May 2, '06
ambarbriastuti} berkata
sederhana sekali tapi dalam liriknya! 
duh Mbar... senengnya bisa berbagi dengan dirimu ...:)
andreasap menulis on Aug 11, '06
Penyanyinya bernama Hidayat Mukti, tapi belakangan menamai dirinya Mukti-Mukti, pengamen jalanan asal Bandung, sempet kuliah di Fakultas Sastra Unpad tapi di-DO gara-gara ngedemo Menwa yang rese pas Ospek tahun 1990. Mukti memang aktivis sekaligus unik (baca: boros senar, hahahaha). Saya punya beberapa lagu lainnya di section music multiply saya.
ariesnawaty menulis on Aug 12, '06
andreasap} berkata
Saya punya beberapa lagu lainnya di section music multiply saya. 
Wow! Mengejutkan. Makasih banget atas infonya. Ntar saya mampir deh ke MP-mu. Saya masih penasaran mengenai Mukti-Mukti ini. Di Googling, hanya ditemukan satu baris keterangan. Itupun hanya berita singkat yang dimuat di Jakarta Post. Thanks sekali lagi ya...
tjjoe menulis on Aug 17, '06
Kembang padang ilalang, ternyata nyamaaaan sekali dengerinnya....
Thanks Aries...!
ariesnawaty menulis on Aug 17, '06
tjjoe} berkata
Kembang padang ilalang, ternyata nyamaaaan sekali dengerinnya....
Thanks Aries...! 
sama-sama Bro.... sama-sama .. ;)
sukmolelono menulis on Oct 4, '06
Hai, salam kenal. Saya juga penggemar Mukti-Mukti. Bole bagi file lagu-lagunya???
ariesnawaty menulis on Oct 4, '06
sukmolelono} berkata
Hai, salam kenal. Saya juga penggemar Mukti-Mukti. Bole bagi file lagu-lagunya??? 
salam kenal juga Mas. Silakan.. upload aja...
cutemimi menulis on Nov 14, '06
ikutan up load yah mbak....
adem banget denger kembang padang ilalang nya....
makasih....
ariesnawaty menulis on Nov 15, '06
cutemimi} berkata
ikutan up load yah mbak....
adem banget denger kembang padang ilalang nya....
makasih....
 
silakan Mbaak ..
muktimukti menulis on Feb 24, '07
Penyanyinya bernama Hidayat Mukti, tapi belakangan menamai dirinya Mukti-Mukti, pengamen jalanan asal Bandung, sempet kuliah di Fakultas Sastra Unpad tapi di-DO gara-gara ngedemo Menwa yang rese pas Ospek tahun 1990. Mukti memang aktivis sekaligus unik (baca: boros senar, hahahaha). Saya punya beberapa lagu lainnya di section music multiply saya.

isue, jangan percaya...saya keluar karena tak mampu secara intelektual alias bodoh, tak mampu lagi membiayai sendiri....tak mampu mengendalikan waktu juga......itu yang sebenarnya. jadi memang tak mampu aja....
muktimukti menulis on Feb 25, '07
kembang padang ilalang adalah syair dian widiawati, mantan pacar. dinyanyikan oleh cinda (paragita) di konser musik cinta tahun 1999. dian, sekarang punya anak 3. yang ke 1-2 laki-laki, yang ke 3 perempuan namanya kembang padang ilalang. dian widiawati masih mengajar di kriya tekstil fsrd-itb. saya tidak tahu apakah dian masih menyimpan lagunya atau tidak. info singkat.....ya begitulah.....
babikecap menulis on Mar 19, '07
wah..ada musisi punya MP juga rupanya:O:O:O???
ariesnawaty menulis on Mar 19, '07
yang mbikin managernya, Wi. Tapi, menurut pengamatanku, mukti-muktinya sendiri juga pantau kok...
muktimukti menulis on Mar 20, '07
(mukti) apa kabar semua. maaf jika ada bahasa saya yang tidak nyaman. salam sejahtera buat semua. semoga lagu-lagu saya dapat berkenan. dan terimakasih buat mbak aries, waw potonya bagus. salam yaa salam. hilma terimakasih yah...
ariesnawaty menulis on Mar 20, '07
:-)
salam juga buat mbak Hilma

*bener kan Wi... mas Muktinya sendiri turun tangan*
 
;