Friday, July 27, 2007

pagi tadi mpuss demplon datang

Beberapa hari yang lalu mpus demplon datang ke rumah. Seperti biasa, ritual pagi. Miau-miau nunggu jatah sarapan. Piring kucingnya –piring plastik warna orange- sudah saya isi makanan. Dan saya letakkan di carport depan.

 

Tapi kok masih berisik ya. Jadi penasaran. Yaoloooooo…. J ada dua mpus mungil yang lagi main di kolong mobil. Masih bayi. Matanya masih abu-abu –kayaknya sih belum bisa ngeliat- yang satu warnanya putih totol kuning –persis seperti si demplon- dan satu lagi berwarna putih totol abu-abu –persis empus sepupu. Curiga deh. Jangan-jangan incest? L- Saya belum berani mendekat apalagi menggendongnya. Ntar anaknya dicuekin sama emaknya. Kasihan kan ?

 

Seneng deh. Artinya si Demplon sudi memperkenalkan saya kepada kedua anaknya. Saya sih sabar menanti. Tinggal tunggu waktu aja. Saya tahu, sudah beberapa kali dia survei di dalam rumah. Nyari spot yang nyaman untuk anak-anak tercinta.

 

Tapi sayang seribu sayang. Impian saya akan datangnya penghuni baru, hancur seketika. Ada dua peristiwa nih yang mungkin membuat si Demplon menarik kembali keputusannya.

 

Jadi begini ceritanya, setelah kenyang sarapan, si Demplon mengikuti saya ke dapur belakang. Dapur ini terbuka ke luar. Berhubung kapling belakang belum dibangun orang. Jadi hanya dibatasi dengan pagar tembok, sedikit teralis dan jajaran bambu –yaaah… belanda aja pasti ngabur ngeliat jajaran bambu runcing segitu banyaknya J-

 

Sebenarnya sejak pagi saya sudah tahu kalau ada mpus cowok dari komplek tetangga yang lagi cengar-cengir di pagar belakang.  Sayang nggak sempet dipotret.

  

Badannya tinggi besar. Bulunya hitam. Tapi dari sebagian wajah hingga dadanya yang bidang itu –cieeeee… jangan protes ya-  serta kedua kaki depannya, berwarna putih. Persis seperti pinguin. Persis seperti manusia yang sedang memakai tuxedo. Jadi empus ini saya panggil mpus empus Edo deh biar lebih akrab. J

 

Nah, kembali ke mpus Demplon. Melihat ada kucing lain nongkrong di daerah kekuasaannya -apalagi masih ada dua anak kecil yang harus dilindungi- Tiada ampun lagi deh, disusulnya hingga dekat pagar, ditariknya mpus Edo, yang masih shock karena nggak nyangka, ada kucing cewek -emak-emak gitu lho-, pagi-pagi udah ngajak duel.

 

Mpus Edo memilih mengalah. Dan nggak pernah muncul hingga hari ini -tuh kan, kenapa saya sedih, nggak sempet di potret sih-

 

Peristiwa kedua, waktu sore hari itu. –pernah saya ceritakan sebelumnya- ada mpuss on the roof yang nangkring di atas atap. Mpus burung ini –iya deh. Namanya kurang keren ya? Habis, berani amat maennya. Dari atap ke atap gitu loh-  yang terus mengusik kedamaian rumah ini.

 

Saya sih nggak menyalahkan si Demplon jika akhirnya ia mengungsikan kedua anaknya ke kapling kosong di ujung jalan sana. Mungkin jauh lebih aman daripada disini. Bagaimanapun, keamanan itu tetap nomor satu. Mudah-mudahan suatu saat mereka datang dan mampir lagi.  Ya mpus yaaaa?

 

Serpong 25 juli 07

-jadi inget untuk ditulis, gara-gara barusan ngeliat mpus burung rapelling turun dari atap haha… empus gitu loh- 

Monday, July 23, 2007

disini ada “Puss on the roof”

Entah kenapa, sore yang damai itu rusak seketika. Saya yang sedang menulis di halaman belakang, terusik karenanya. Suara anak-anak berseru-seru di depan pagar. Sementara itu mpus Demplon dan mpus Mboy mengeong-eong panik.  

 

Duuuh! Berisik!

 

Nyaris setengah berlari saya buka pintu depan. Dan melihat tujuh pasang mata anak laki-laki kelas satu es de –tujuh pasang gitu looooh- yang kaget dan kelihatannya pengen bunuh diri demi melihat saya muncul J

 

Ada apa nih Deeek?” Tanya saya dengan garangnya. –sebenernya nggak garang sih, tapiiiii… dengan ekspresi pengen menelan mereka sekaligus. Huh,sebel. Pasti mereka lagi nggangguin si empus deh. Iseng amat sih!-

 

“Mmmm.. anu tante. Dia pengen pelihara anak kucing.” Kata anak yang berbadan gede –keliatannya sih dia juru bicaranya- sambil menyorongkan bahu anak yang tubuhnya –memang- paling kecil.

 

“Iya? Begitu?” sekarang saya mulai tertarik. Sambil menggendong mpus Demplon –dan sekarang mengeluarkan bunyi puuuuuur andalannya-. Sementara mpus Mboy memandang ibunya dengan penuh rasa empati yang tinggi.

 

“Betul tante” jawab anak kecil itu. “Boleh nggak?”

 

Dan ketujuh pasang mata anak itu memandang saya dan mpus Demplon dengan penuh harap. Anak itu bilang, dia ingin sekali pelihara anak kucing. Itu lho, anaknya mpus Demplon. Seingat saya tadi pagi sih masih ada. Si Mpus datang sambil membawa kedua anaknya yang kecil-kecil. Masih ngumpet di bawah mobil.

 

“Boleh aja. Tapi tanya aja sama emaknya dong yaaa…”sahut saya sambil menunjuk mpus Demplon.

 

“Yaaah… tanteeee….“ dan mereka mulai tertawa hahahihi “Nggak bisa bahasa kuciiiiiing !!!”

 

Saya ikutan nyengir. Akhirnya kami malah ngobrol kesana kemari. Kok kucingnya mau digendong tante sih? Penjelasan mengapa anak kucing yang masih kecil itu masih buta dan belum bisa ngeliat.

 

Beberapa anak curhat karena takut dicakar kucing. Dan info –hebat! Sekarang snak-anak ini berubah jabatan menjadi informan baru saya, maaan!- kalo si emak demplon sudah memindahkan kedua anaknya ke kavling kosong di ujung jalan sana. Dan janji saya, kalo anak kucingnya sudah gede, sudah bisa dipisah dari induknya -dan kalau mereka memang berkenan untuk tinggal di rumah- pasti deh, anak kucing itu saya antar ke rumah anak itu.

 

Tiba-tiba si mpus Demplon dan Mboy –yang ini sih sebenernya solider aja ikut-ikutan- mengeong dan berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Hingga ada salah satu anak yang bilang:

 

“Tanteee.. ada kucing di atas atap!”

 

 Dan benar, ada satu kucing jantan lurik hitam yang sedang memandang kami dengan tajamnya. sekarang ada delapan pasang mata –eh.. sepuluh pasang ding J termasuk mpus Mboy dan Demplon- yang balas memandang ke atas atap.

 

“Ooooo..” barulah saya mengerti. Rupanya ini toh dari tadi penyebabnya si empus merengek dengan gelisah. Sempat buruk sangka terhadap anak-anak ini. –blush mode on-  hehe…maaf ya!

 

Berusaha menempatkan diri sebagai superhero disini. Akhirnya saya sambit kucing di atas atap itu dengan batu. Tiga kali percobaan, barulah ia mau pergi.

 

Kalo dipikir-pikir sih, sebenernya kucing jantan ini cukup atletis lho. Nggak segendut mpus Muka Bijaksana Nggak se-ember mpus sepupu. Badannya cukup langsing dan berisi. Mungkin karena dia rajin working-out kali yeeee…Tapi tetap aja bikin serem. Wong ini daerah kekuasaan mpus Demplon dan mpus Mboy.

 

Dan akhirnya kerumunan bubar juga dengan sendirinya. “Pamit dulu tanteeeee. Mau maen bola” kata anak-anak itu. “Iyaaa.. iyaaaa” jawab saya dengan hangatnya –suam-suam kuku kali- Duh, sopan sekali ya mereka.

 

Kemudian kami bertiga -saya, mpus Demplon dan mpus Mboy- berjalan beriringan menuju dapur belakang. Dan sore itu kembali sunyi. Hanya terdengar bunyi gluk-gluk dari gelas dan piring kucing masing-masing.

 

Kami bertiga minum susu untuk menenangkan diri.  Ah dasar wanita!!!! J

 

 

Serpong, 20 Juli 07 -waktu sibuk bikin proposal-

Monday, July 16, 2007

mpus dan kerabatnya




Saya nggak tau, siapa yang lebih gila… kucing-kucing ini atau saya yang cukup gila untuk membuat bagan silsilah kekerabatan kucing J Tapi, terlepas saya atau kucing ini yang gila lebih baik mbaca cerita lengkapnya aja ya? Silakan, lihat aja disini ya.: yah.. namanya juga empyuuus! ataaaau untuk gambar yang jauh lebih memuaskan .. J silakan deh klik yang satu ini silsilah empus

Yaaah… namanya juga empus!

Rumah mungil kami tidak terlalu besar. Hanya rumah sederhana tipe 36/72.  Entah kenapa, sekarang malah menjadi rumah singgah kucing J  Mulanya sih dari bak tanaman air yang saya letakkan di halaman depan. Lokasinya persis ada di bawah pohon kamboja. Awalnya hanya burung yang mampir dan numpang minum disana. Tapi ealaah… lama-lama kok banyak juga ya kucing yang berseliweran dan mampir numpang minum.

 

Karena penasaran pengen kenalan, akhirnya saya pancing juga deh dengan makanan –emang cuma ikan yang bisa dipancing?-. Kebetulan ada makanan sisa. Sengaja saya beli piring plastik berwarna orange, khusus doooong buat si empus. Piring plastik itu saya letakkan di carport depan. Jadi kalo mau makan, feel free buat mereka.

 

Selidik punya selidik. Banyak juga yang mampir datang dan pergi khusus buat makan siang. hehehe…  -terharu nih jadinya-

 

Ada delapan ekor kucing yang secara berkala mampir ke rumah. Pengen tahu tingkah polah mereka? Ini testimoni saya khusus untuk mereka. -sambil menunjuk hidung mereka satu persatu-

 

Mpus preman :

Waktu pertama kali datang, perabot seisi rumah habis dipipisin sama si empus. Maklum, itu pertanda daerah kekuasaannya. Hiks! –sibuk bersih-bersih- Perawakan kucing cowok ini memang gede dan kekar. Six pax bo’ Kalo dia udah mampir ke rumah. Maaf-maaf saja nih, lagaknya seperti dialah pemilik rumahnya. Kursi kuning yang ada di dekat kulkas, sudah jadi hak milik, yang lain haram hukumnya -huh!-

 

Namanya juga preman hihihi…. Luka-luka di tubuhnya.. huuuuuu… jangan ditanya deh. Di kuping, di kaki … duuuh! Sebelnya, kalau akan saya obati lukanya, kontan cakar miaunya diluncurkan, Uh! Dasar!

 

Sekarang sih udah jarang main ke rumah. Hobinya sih masih suka berkelana di sekitar komplek. Kadang-kadang aja dia datang, itupun kalau dia lagi kangen dan mampir untuk makan.

 

Mpus Emak :

Mpus emak ini belang tiga. Ada yang bilang, begitu lahir, kalau ada kucing berbelang tiga (cowok) langsung ‘dimakan’ ibunya. Jadi untuk di dunia per-kucing-an, sudah dipastikan jika ada kucing berbelang tiga, itu pasti kucing cewek.  Ada yang bilang juga, kalau kucing belang tiga ini, memiliki ‘indra keenam’.

 

Dalam perjumpaan kami yang kesekian, ia sempat membawa ketiga anaknya lho. Yaaah… diperkenalkan kepada saya tentunya J. Namanya juga anak-anak  Ketika bertamu -sementara ibunya makan- malah main kejar-kejaran di rumput halaman depan.

 

Mpus Emak ini terkenal paling sopan. Nggak pernah mau masuk ke dalam rumah. Kalau dia datang bertamu –dan hendak makan, dan kebetulan makanan belum siap- dengan sabar dia menanti di depan pintu rumah.

 

Saya nggak tau anak-anak yang lain pergi kemana setelah mereka dewasa. Yang tersisa hanya si empus Demplon. Yang manja luar biasa kepada mpus Emak.  Dia nggak mau makan sebelum anaknya makan terlebih dahulu. Kalo anaknya udah makan, baru deh dia menyantap sisanya. Hmmm… memang kasih ibu sepanjang masa ya.

 

Mpus Sepupu :

kalau ada kucing cowok –catat: cowok gitu loh!- yang paling bawel. Mpus Sepupu ini orangnya .. eh kucingnya. Duh, bawel banget. Kalau dia datang bareng mpus Demplon. Ampuuuun deh, miau-miaunya paling rame dan paling nyaring diantara mereka berdua.

 

Saya paling nggak tahan denger suaranya yang sudah diatas 2 oktaf begitu. Biasanya mereka datang berdua. Kadang-kadang ikutan masuk ke rumah –lewat jendela depan-  tentunya apalagi yang ia lakukan kalau bukan miau-miau tanpa henti. Baru diem kalo sudah makan. Tapi begitu makan selesai, mulai lagi deh miau-miau. Duh! Berisik!

 

 

 

 

 

Mpus yang berwajah bijaksana :

 

 Sumpah! Kalau kalian ngeliat langsung tampangnya, bener-bener bijak deh. Keempat cakar miaunya berbulu warna putih. Persis seperti sedang pakai kaos kaki. Kalau saja dia terlahir dari suku Indian, pasti dia akan diberi nama “dia yang berwajah bijak” hehehe…

 

Tinggal di blok sebelah. Sekali waktu saya pernah lewat. Itu kucing lagi tidur terlentang -karena kekenyangan- di teras salah satu rumah.  Sekali waktu yang lain, pernah saya lihat dia sedang menggoda cewek lain, ehm.. maksud saya kucing lain–yang memang bohay- milik pemilik rumah makan padang.

 

Jabatannya sih jadi TTM-nya –teman tapi mpyuuuuus- mpus Demplon -akan dikisahkan di akhir tulisan ini- Ibarat kata,

 

dimana ada mpus Demplon pasti ada mpus bijak. Yaah,  yang sekedar mampir dan ikutan icip-icip makan siang.  Tapi dasar kucing garong, sekarang malah ngincer mpus tomboy –anaknya mpus Demplon-  kaaan masih ABG …! Huuuu!!!

 

 Mpus item :

 

Mungkin Tuhan lagi ‘break makan siang’ deh waktu menciptakan mpus item ini.. lupa diangkat ! hehe… J warnanya hitam semua dari ujung kepala hingga ujung buntutnya.

 

Biasanya kucing cowok itu soliter. Nggak pernah mau bareng-bareng –apalagi nongkrong bareng- sama kucing cowok lainnya. Tapi anehnya, si empus Preman ini punya temen, ya si empus item ini. Mereka sering datang berdua.

 

Kayaknya sih best friend-nya. Soalnya rukun banget. Saya curiga si empus item ini punya hidden agenda deh J. Ya siapa lagi kalau bukan si empus Demplon. Tapi kayaknya cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Tiap kali dia dateng, pasti dicuekin sama si mpus demplon. Kayaknya sih malu-malu kucing tuuuuh! –ayo mpus item! Tetep usaha ya! Bersemangat!!-

 

 

 Mpus nggora :

Saya baru kenalan dua minggu lalu. Cantik banget mpus ini. Kayaknya sih kucing indo -maksudnya kucing blasteran gitu lho-. Blasteran sama kucing kampung. Soalnya kalo anggora beneran, kagak mungkin lah sama pemiliknya dibiarin jalan-jalan bebas kayak gini :p.

 

Kemaren dateng bareng mpus Demplon. Ikutan makan siang juga di halaman depan. Setelah makan, dia tidur-tiduran di halaman rumput. Dan mulai mandi kucing. Hehe….Mpus ini lagi hamil lho. Tapi cukup jinak juga waktu saya tepuk-tepuk kepalanya.  

 

Nggak pernah maen kesini lagi. Mungkin sekarang udah melahirkan dan sibuk mengurus anaknya yang kecil-kecil dan nggak punya waktu buat hang out lagi seperti ini.

 

 

 

Mpus Tomboy :

 

Ini adalah putri satu-satunya dari mpus demplon. Udah generasi kedua. Belang tiga, ngikutin neneknya  (baca : mpus Emak). Paling iseng dan jahil. Bayangin aja, pernah suatu hari, dengan bangganya mereka berdua datang dan menyerahkan upeti kepada saya.

 

Itu tuh, seekor tikus –yang saya pastikan sudah pingsan dengan suksesnya- bukan untuk dimakan. Tapi untuk dibolak-balik badannya. Dioper kesana kemari seperti bola pingpong antara mereka berdua. Duh empus…! Iseng banget sih!

 

Iseng yang lain adalah ketika ia diam-diam berjalan mengendap-endap di belakang ibunya, dan hup! Ekor ibunya tertangkap. Hahaha…!!!

 

Saking isengnya, setelah kenyang makan siang, dia bermain sendiri dan berputar-putar mengejar ekornya sendiri.

 

Tapi ia sedang sedih belakangan ini. Sejak punya adik baru, Ibunya -mpus demplon- seperti benci kepadanya. Setiap ia mendekat, selalu bertampang garang dan tak bersahabat. -yaah, namanya jugalagi disapih mpus!-  Padahal, dia seneng banget deket sama ibunya. L

 

Mpus Demplon :

Dari semua yang saya ceritakan diatas, inilah tokoh sentralnya.  Kucing manis dan cantik yang memikat banyak mpus cowok lainnya. Sebagian besar bulunya berwarna putih halus. Hanya ada sedikit totol warna kuning disekitar kepala dan tubuhnya.

 

Hobinya kalo pagi, makan bubur ayam –bareng saya- Kadang-kadang ikut mengunyah roti. Tapi pada dasarnya apa yang saya makan, dia juga doyan.

 

Kalo di rumah lagi banyak orang, sok sibuk dia. Mondar-mandir kesana kemari dan bengong di tengah kerumunan. Seperti yang ngerti aja yang diobrolin.

 

Paling sebel kalo saya lagi ada di depan komputer. Itu empus paling hobi duduk di keyboard dan menghalangi pandang ke monitor.

 

Paling sopan diantara kucing lainnya. Kalau sedang mampir ke rumah, sudah selesai makan. Sudah selesai mandi kucing. Pasti dia mengeong sejenak kalo dia mau pamit pergi. Sopan banget kan?

 

Sayang nih, sejak melahirkan beberapa hari yang lalu. –dan tinggal di rumah tetangga yang mana saya nggak tau- jarang mampir lagi. Paling datang ketika waktu makan siang, di saat dia lagi break menyusui anaknya. Jangan ditanya porsi makannya. Banyak benerrr… maklumlah, ibu menyusui J

 

 

Jadi, demikianlah sekelumit kisah, kucing-kucing yang selalu mampir ke rumah kecil kami. Yang tentunya selalu mewarnai hari-hari kami deh. Sepi deh kalo nggak ada tingkah lucu mereka.  Yaaah… namanya juga empus! Hehe.. iya nggak?

 

Serpong 16 juli 2007; 13.46

 

another pics silakan liat yang satu iniiii.... mpus dan kerabatnya

ah pada dasarnya mereka adalah remaja biasa




Menggoda cewek yang lagi nunggu angkot. Mengirim penganan kepada temen cewek yang sedang ditaksirnya –dan walau ditolak mentah-mentah J, hehe.. teteup semangat dong ya- Terus mengeluarkan snack dari daypack doraemonnya –yang anehnya nggak pernah habis isinya- Sebagian ngobrol dengan bahasa isyarat. Beberapa duduk diam dengan tampang nyaris mau muntah –yang ini lagi mabuk-  dan sisanya bertampang cemas –ini pertama kalinya pergi jalan-jalan- adalah suasana di dalam bis mungil sewaan kami hari itu.  


Ah, pada dasarnya mereka adalah remaja biasa. Hanya bedanya -kebetulan- mereka bersekolah di Sekolah Luar Biasa.


Sudah menjadi program temen-temen dari Bravo Penca –Barisan Volunter Penyandang Cacat- pada liburan sekolah kali ini mengajak adik-adik dari SLB B Lenteng Agung untuk berlibur ke Pasir Mukti. Untuk mengajak dan mendekatkan mereka kepada kehidupan dan suasana di dunia pertanian.


Ada 22 peserta yang ikut. Rata-rata duduk di bangku sekolah menengah pertama. Terdiri dari tuna grahita dan tuna rungu. Mereka semua dari sekolah yang sama. Sekolah ini adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.


Coba deh lihat, betapa sabarnya mereka ketika memancing ikan. Terpekik gembira ketika memberi makan ikan. Terbaha-bahak ketika memanen kacang tanah. Berseru-seru ketika mengelus kambing jantan. Terkagum-kagum melihat kebun anggrek dan kebun buah.  Menangis ketika terjatuh di pematang sawah. Serius ketika menanam padi. Terkikik-kikik ketika bemain lumpur dan membajak sawah. Dan puncaknya….. tentunya mandi-mandi di sungai dooong…. J


Senangnya melihat wajah-wajah puas dan gembira. –walau gosong terpanggang matahari hihihi- Apalagi ketika mereka berseru-seru dan berucap :


“Lain kali.. ajak kami lagi ya Kak!”


Ah, pada dasarnya mereka adalah remaja biasa ….. sama kok seperti yang lainnya.


Pasir mukti, 1 juli 2007


(baru sempet ditulis hari ini; semua foto courtesy fr. Joko, hormat yang sedalam-dalamnya untuk temen-temen bravo hari itu : igie, Ira, Ito, Azis, Santoso, Randy, Hikmah, Dwi, Aan & Emil, juga buat Mario yang memantau dari jauh sana)

 
;