Wednesday, July 26, 2006

Sebesi... at the end of the day....




“kukuruyuuuuuuuuuukkk… guk!”


Luwoooh? Kok nggak nyambung yah? Mataku mencari-cari asal suara yang aneh itu.  Siang itu, kami lagi numpang istirahat dan makan siang di salah satu rumah penduduk di kampung Danau. Kampung terakhir sebelum puncak gunung Sebesi.  Rencana lama pengen kesana, menuntaskan rangkaian je je es di sekitar Lampung, baru sekarang kesampean.


(silakan nyambung ke The Tanggamus Code  atau    the Chronicles of Rajabasa, the nyamuk, the semut and the pacet )


Joe sibuk membagi sisa-sisa remah makan siang kami. Seekor ayam dan seekor anjing sedang berebut dengan damainya ..*piye toooh..berebut kok damai? J*


Pagi tadi kami berangkat dari tepi pantai, diantar oleh penduduk setempat, Basri namanya.  “ Berapa lama ya?” Tanyaku penasaran. “ Empat jaaam, tanpa beban!” jawabnya mantap. Aku dan Joe berpandang-pandangan.  


Gubraaaaaksss! Lama banget ya?


Bener juga, ternyata jalannya jauuuuuuuh sekali. Mengejutkan karena kami melewati hamparan sawah, tepat berada di tengah pulau. Nggak keliatan dari pantai karena tertutup pohon kelapa. Mengitari hampir tiga perempat lingkaran pulau, melewati kebun cengkeh dan kebun kelapa yang tak habis-habisnya selama tiga jam pertama.


Jalur baru sedikit naik hingga kampung Danau, untuk kemudian terus naik menerabas vegetasi karena jalur sudah on off akibat jarang orang yang naik.


Dan sejam kemudiaaaaan……. *hiks! Hiks!* Kami tiba di suatu tempat yang rapat dengan pepohonan dan lumut. Ada satu tugu triangulasi miring dan rebah diatas tanah.


“Ini puncaknya?” tanyaku penasaran. Sebesi sendiri memiliki tiga puncak, dan kami ada disalah satu puncaknya.


“ya…” sahut Joe dengan senyum lega …*karena kali ini tak sekor pacet pun kami jumpai…….hihihihihi*


 


(Gn. Sebesi 844 mdpl lampung Selatan,  7-9 Juli 2006; special thanks untuk Joe,  partner jalan kali ini, untuk keluarga besar Chandra di p. Sebesi, untukmbakyu Djoko yang selalu pantau dari jauh  dan Bleem… waktu ngobrol2 di Sukabumi awal Juli lalu)


 


Tuesday, July 25, 2006

Gumuruh.....there's a field, I'll meet you there...





Sementara Ical sibuk memasak nasi, Joko berbisik kepadaku.


“Kemaren, memang sengaja saya biarkan Ical yang masak“ kata Joko pelan-pelan sambil mengeluarkan dua kantong plastik besar dari daypacknya.


“tapi tidak kali ini.” Dan Joko mulai nyengir. “Khusus malam ini. Saya sendiri yang akan turun tangan.”


Aku dan Ical memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu. Adit melongok dari tenda depan. Sementara itu Joko membongkar bungkusan yang amat sangat berharga. Kami saling berpandangan dan menahan nafas.


“Semur Jengkol…!!!” dan cengiran Joko bertambah lebar.


“Huahahahaha….!!! Mantaaaaaap…mantaaap!!!!” aku dan Ical ber Hi Fi!


Satu kantong berisi jengkol setengah rebus, dan satu kantong berikut berisi bumbu yang sudah diblender Joko jauh-jauh hari sebelumnya. Dan kini ia sudah siap memanaskan wajan dengan mentega. Siap mengolahnya menjadi hidangan yang slurp ….lezaaaaat……!


Saat itu sudah jauh dari malam. Kami baru mencapai alun-alun Suryakencana pukul 7 malam. Dingiiiin! Angin menderu-deru. Ical memilih tempat (persis) di tengah lapangan. Harapannya, ketika bangun keesokan hari, kami akan melihat puncak gede dan gumuruh dengan indahnya J


Sore tadi, kami melewati gua jepang yang ada di puncak gumuruh. Kami diam didekat makam Raden haji suryakancana dan menyaksikan matahari tenggelam dari puncak Gede dihadapan.


Dan memandang padang edelweis yang berwarna keemasan dibawah sana.


 IT’S PERFECT!!!



(sepotong daun untuk Joko, Ical dan Adit… thanks guys! … Gumuruh 2929 mdpl, 24-26 Juni 2006)

Foto lainnya ? coba deh nyambung kesini : http://photos.yahoo.com/ariesnawaty

Tuesday, July 04, 2006

Lukisan Bisu di Taman Fatahillah




Hari Minggu lalu, 18 Juni 2006, Saya dan Joko mendapat kehormatan untuk meliput kegiatan wisata museum bagi adik-adik penyandang cacat tuna rungu dan tuna daksa. Saat itu kami mengunjungi beberapa museum yang ada di sekitar lapangan Fatahillah di Jakarta Kota.


Kegiatan ini dimotori oleh rekan-rekan yang tergabung dalam Bravo-Penca (Barisan Volunteer Penyandang Cacat). Mereka datang dari berbagai latar belakang, dan menyediakan waktu khusus untuk adik-adik penyandang cacat.


Ogah dengan segala birokrasi yang njelimet, mereka berkumpul, menggalang dana, dan segera mengundang adik-adik ini untuk langsung menikmati kegiatan yang mungkin jarang mereka lakukan karena keterbatasannya. Salut juga untuk beberapa rekan dari SMA 49 yang menjadi pendamping yang sabar bagi mereka.


Saya hanya mampu merekamnya melalui "mata hati" dan inilah.... dengan segala kerendahan hati, saya membaginya untuk untuk kalian…


 


serpong 4 Juli 2006


kegiatan bravo lainnya : Saja Senyap di Pusat Primata Schmutzer

 
;