Friday, June 25, 2010

menuju +2249




Ah.. jauh sekali ‘rumah’mu .. 


trip to Guntur +2249mdpl, Garut, Jawa Barat 19-20 June 2010 along with my lovely sista’ : uta, Ivana and Fita.

Friday, June 11, 2010

tour de Palembang, 27-30 mei 2010 : EPISODE KETEMU MBAK KUNTI

dalam kisah sebelumnya (EPISODE ADA BOX TERBANG) diceritakan mengenai kisah duka yang menimpa black cupu –ini nama motornya Hendraz- yang dalam semalam, arm relaynya jebol dua kali. Tidak hanya itu ada pula tambahan bonus : di tengah perjalanan box motornya terbang dan nyaris nyemplung ke dalam sungai. Sebagian foto-foto juga ada disini 1236 km

Minggu 30 Mei 2009, Jam 3 subuh, somewhere around hutan karet di Mesuji, Sumatera Selatan

Dan di dalam gelap, sosok berwarna putih itu bergerak cepat maju mundur diantara rimbun pepohonan tak jauh dari tempatnya berdiri. 

Maka meledaklah tangis Fanny –ini boncengernya Thomas- Thomas tak mampu berbuat apa-apa. (semoga sedang membaca doa). Tak jauh dari sana saya lihat Reza hanya mampu terpaku sambil tersenyum kecut  (saya : mungkin ada mbak Kunti yang sedang berdiri disamping Reza dan bilang “Tolong dibantu yaaaaaaa….” Hahaha….)

Sayang kejadian itu luput dari perhatian kami semua. Kami terlalu sibuk dengan si ceper yang kini ada di tengah jalan. Tanpa diperintah, sebagian dari kami mengambil posisi di kedua ujung jalan. Kami akan memberlakukan sistem buka tutup. Truk-truk besar dengan kecepatan tinggi tentu akan melintas disini. Di ujung jalan ada Thomas dan Fanny –ini boncengernya Thomas- Reza dan beberapa orang lagi. Begitu juga di ujung lainnya. Nah… sisanya bergerombol di sekitar TKP dan memandang Hendraz dengan gemas.

Hendraz berkeras untuk tinggal disini. Dia ingin menemani black cupu kesayangannya.

Walaupun ingin J nggak mungkinlah meninggalkan mereka disini. Setengah iba, setengah jengkel, setengah ingin melempar motornya dan menjualnya pada orang madura J. Akhirnya kami putuskan untuk mencegat truk kosong yang lewat.

Beberapa kali terjadi miskomunikasi dengan pick up dan truk yang lewat. Ketika Adnan hentikan, mereka malah ngibrit lari tunggang langgang. Mungkin kami dikira perampok kali ya… atau tampang kami semua terlalu keren di pagi buta seperti itu. Hihihi…

Hingga akhirnya ada juga satu truk kosong yang dengan sukarela berhenti di dekat kami. Mereka dalam perjalanan menuju Lampung.

Sekarang, motor sekaligus bikernya langsung kami ‘kirim’ ke Lampung. Agak sulit juga memindahkan si ceper yang berat itu naik ke atas truk. Sementara tiga orang naik ke atas truk, sisanya melepas box belakang. Tangki bensin menyusul kemudian. Lalu beramai-ramai mengangkat si cupu. Dua box givi milik Fanny Sombah pun tak luput dari incaran kami.  Sejak dua hari lalu, motornya pun bermasalah. Shock-nya jebol. Kami tak mau ambil resiko ia akan menyusul si cupu karena beban dan medan yang berat.

Ah.. ngomongin soal shock jebol ini saya jadi ingat kejadian dua hari lalu.

Jum’at 28 Mei 2010; 15:20 sore (masih di tengah jalan di daerah Mesuji)

Sore itu, Eko Probo memberi isyarat pada kami. Ia perlambat laju pio-nya lalu berhenti di tepi jalan. 

Setengah tak rela Zico, Bismo, Hendraz, Sontry, AndyBrod, Gojali, Hendry Tobing, Mulyadi, Adit dan eMJe -suami saya tentunya- merapat. Jalan yang kami lalui sekarang amatlah mulus tanpa lubang. Setelah didera jalan penuh lubang hampir seharian tadi, gatal rasanya ingin memacu kendaraan sekencang-kencangnya.

 

“ Rombongan di depan tak terkejar ya” ucapnya tak percaya “Padahal udah gaspol abeees” nyengir.

Rasanya selepas mengisi bensin di Menggala tadi barisan cukup rapi. Dengan dikumendani oleh Adnan selaku vorrijder, kami semua tak ragu menarik gas dalam-dalam. Tapi mungkin karena kombinasi jalan aspal yang mulai mulus, barisan yang terlalu panjang dan akibat terhambat truk di beberapa titik. Maka pasukan pun terpisah dengan suksesnya. Terutama kami yang (mengangkut beruang-beruang itu) ada di barisan paling belakang.

Jadi inilah kami, sebelas motor yang kebingungan di tengah jalan.

“Coba hubungi mereka” saya lupa siapa yang memberi perintah. Tapi saya ingat Adit mengeluarkan HP-nya dan menghubungi mereka.  Tak lama kemudian ia menutup telponnya. Kami sungguh mati penasaran.

 “Mereka… nyasar!!!!”

“Dan sekarang masih ada di belakang kita.”

Sedetik dua detik senyap. Lalu…..

“Buhuahahahahaha…!!!!” tawa kami pun pecah. Jadi selama ini kami mengejar siapa?

Kenapa bisa begitu? Hmmm.. alkisah di tengah perjalanan. Saking asyiknya pak kumendan di depan, ia tak memperhatikan rambu jalan. Di salah satu kelokan mereka malah menikung kembali menuju bakaheuni, Lampung. Aw..aw..aw…

SPBU pematang panggang, 16.20 sore

 Akhirnya kami bertemu lagi ketika melihat rombongan Adnan datang merapat. Mereka datang tanpa Tommy, Qosyim, Micky dan Rina –boncengernya Micky-  Mereka masih tertinggal di belakang. Ada masalah pada motor-nya Micky. Entah apa yang terjadi pada mereka. Tapi saya yakin saat itu Tommy yang penasaran masih sibuk membongkar motor.

Sementara disini, Adnan juga masih berkutat dengan motor Fanny Sombah. Kali ini shockbreaker-nya bocor. Semua menuding beban motornya yang terlalu berat. Selain membawa boncenger, motornya pun mengangkut tiga (yup! TIGA BUAH) box givi yang dipasang di tengah dan di samping kanan kirinya.

“Berat tiga box itu hampir sama dengan satu motor bebek lho!” bisik Hendraz pada saya.

“ooooo…” saya menatap takjub.

Sementara hari semakin senja. Target mencapai Palembang pukul enam sore kini hanya angan-angan saja. Apa yang terjadi dengan motornya Micky ya?

NEXT : motornya Micky kena ‘santet’

Thursday, June 10, 2010

catper tour de palembang 27-30 mei 2010 : EPISODE ADA BOX TERBANG

Minggu 30 Mei 2009, Jam 3 subuh, somewhere around hutan karet di Mesuji, 

Sumatera Selatan

Ini penggalan kisah ketika saya membonceng suami tercinta yang ikut touring de Palembang 27-30 mei 201o lalu bersama MiLYS ; foto-foto ada disini 1236km 

Si malih –ini nama motor suami saya- terbirit-birit menyusul barisan di depan. 

Tadi di jembatan, rombongan sempat terpecah dua. Ada yang terlanjur belok ke kiri dan melewati aspal rusak di jembatan lama. 

Tapi ada juga yang cukup pintar menumpang jembatan baru yang letaknya ada di sebelah jembatan lama. Sambil memandang iri pada beberapa motor yang ada disana, saya sempat berpikir.

 Kenapa barisan depan masih ada disini ya?

BOX TERBANG

Kemudian baru saya tahu dari Adit. Hahaha…tadi ada box terbang !  

“Box siapa?”

“Hendraz” ucapnya dengan sebal.  “Untung nggak jatuh di sungai. Bayangin kalo iya,  bakal gue suruh dia nyemplung juga ke sungai” hahaha.. dongkol banget kayaknya J

Setelah itu barisan rapi kembali. Walau hanya 2 jam sempat terlelap di salah satu SPBU dan setelah semalamam melewati jalanan rusak nan penuh lubang itu. Angin pagi ini cukup membuat kami semua bersemangat.  Kini kami bergegas memacu kendaraan. Jalanan lumayan mulus walau kadang berpasir di sisi kanan kirinya.

Gelap sekali. Kami harus waspada tingkat tinggi nih. Seringkali truk besar tiba-tiba muncul dari kelokan jalan. Namun kami dapat berkelit dengan lincahnya. Tidak hanya itu, kalau tidak hati-hati kadang-kadang mata ini kurang awas ketika berhadapan dengan lubang besar yang menganga persis di kelokan jalan.

 Sudah beberapa kali motor-motor ini menghantam jebakan batman itu.

Ini sudah belokan yang kesekian. Adit sudah berteriak-teriak mengingatkan Hendraz. Nggak usah pake gaya riding sambil berdiri gitu deh. Nggak usah ngebut juga. Lalu kami melihat cahaya yang terang benderang.

Rupanya barisan di depan terhenti di tepi jalan dengan posisi yang aneh sekali. Kami pun mendekat. Beberapa menepikan motornya. “Apalagi sekarang?” cetus saya dalam hati dan turun dari boncengan.

Hendraz nampak sedih. Di malam yang sama, ini untuk kedua kalinya si black cupu –ini nama motornya- berubah ceper seperti ini.  Arm relay-nya patah lagi. “Tadi sudah gua bilang. Nggak usah banyak gaya deeeeeh. Ini jalan banyak jebakannya” omel Adit sambil berjalan mondar-mandir.

Dan ketika barisan belakang datang menyusul. Adnan yang muncul pertama kali, tak dapat menahan kekesalannya. 

“Hendraz lagi???!!!”  matanya membelalak ingin menelannya bulat-bulat.  (saya : hmmm.. kayaknya sulit Bro. Beratnya udah lewat 100K lhooo…J ) ada rumor yang berkembang jika Hendraz baru men-service motornya hanya ketika akan touring saja. (saya lagi : sori ya Ndraz.... kalau yang ini belum teruji kebenarannya)

Dengan semua mata tertuju padanya, Hendraz mulai panik dan emosi. Mungkin kesal. Mungkin juga tidak enak hati karena sudah merepotkan banyak orang. Lalu dengan nada pelan ia berkata :

”Gue ditinggal disini  aja Bro. Kalo ada warung, biar gua nunggu disitu.  Nunggu anak timur aja” Memang sih, masih ada kloter terakhir. Rombongan Milys chapter Timur, saat itu masih ada di Palembang. Yang saya dengar, mereka baru akan berangkat hari minggu pagi. Jadi idenya adalah mengontak anak timur –minta dicarikan cadangan arm relay- lalu menunggu rombongan itu lewat.   

Ah.. saya jadi ingat kejadian semalam. Bonus kami bisa tidur di SPBU itu juga akibat si Black Cupu juga.  Sekitar 20 km menjelang SPBU tempat kami rehat semalam, Black cupu  -milik Hendraz-, si blekih –ini nama motor Sontry- dan si Sexybomber-motornya AndyBrod- berturut-turut menghantam lubang dalam. Bergantian masuk ke dalam jebakan batman itu tanpa sempat menghindar. Tidak hanya sekali tapi tiga kali.

Untunglah semua aman terkendali. Masih beruntung Hendraz tidak terjerembab jatuh. Tapi si cupu mendadak ceper, arm relaynya patah.

Maka saya dapat memahami kejengkelan Adnan yang berjam-jam mencoba mengganti arm relay-nya si Cupu. (catatan : AR cadangan yang dibawa Hendraz, tidak pas dengan dudukannya. Duuuuh.. ada-ada aja. Lalu solusi terakhirpun diambil :  tukar pasang AR dengan thompelica-nya Tommy)

Ngomongin soal jalan yang luar biasa buruk ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa jalannya hanya mulus jika akan musim lebaran tiba. (proyek telah tiba style) Malah ada yang berseloroh kalau kami ini bak bermain congklak di jalan lintas timur ini. Lubang semuaaaa…..hohohoho!!!

Saya memandang berkeliling. Hanya pepohonan di kejauhan dan bekas galian pasir. Gelap sekali. Warung terdekat jauhnya berkilo-kilo meter dari sini. Itupun SPBU yang sudah tutup tempat kami menumpang tidur tadi. Hmmm….

 

Next : ADA MBAK KUNTI…HIIIIY!

Wednesday, June 09, 2010

1236 KM




agak sulit juga memilih beberapa dari 'ratusan' rekaman gambar yang saya jepret sepanjang perjalanan saya membonceng suami bersama klub motornya. Total ada sekitar 44 motor yang berangkat menuju kota Palembang via lintas timur. Saya baru tahu kalau jalannya kayak congklak hahaha... soalnya lubangnya merata di sepanjang jalan, bro!

Catpernya menyusul ya. Normalnya Jakarta-Palembang via motor sekitar 10-12 jam, tapi entah mengapa waktu itu kami tempuh dalam waktu 29 jam. rekor deh.. pegel-pegel dan ngantuk sudah pasti. tapi terobati juga sih waktu foto-foto (tepat) di bawah jembatan ampera. oiya... catpernya ada disini ADA BOX TERBANG

BTR, 8 Juni 2010; 19.26 (lagi nunggu yayangnya pulang kantor)

Thursday, June 03, 2010

jangan panggil aku wanita perkasa lagi!

‘wanita-wanita perkasa’

Aaaaah….hari ini sudah dua kali aku dengar sebutan itu. Celetukan Bongkeng ketika kami sedang menunggu Kris mengisi air di pertigaan Gede-Pangrango, lalu Taufan ketika kami sarapan pagi di lembah mandalawangi. 

Setiap kali aku berjalan bersisian dengan mbak Ut, ada saja komentarnya mengenai ‘kehebatanku’ memanggul kerir dan membandingkannya dengan dirinya yang tanpa persiapan dan hanya mampu membawa daypack berisi air. 

Aku hanya bisa tersenyum dalam hati. Rumput tetangga memang selalu nampak lebih hijau dari sini. Kalau boleh memilih, saat ini aku lebih suka ada di Jakarta dan menemani keenam kucingku menghadapi masa penting mereka. 

Bebanku rasanya berat sekali. Dia nggak tau aja. aku iri melihat daypacknya dan aku iri melihat teman-temannya tetap berjalan beriringan bersamanya. Sementara dalam gelap kami -aku dan suwasti- masih tersaruk-saruk menyusul para lelaki itu yang telah jauh meninggalkan kami. Sedihnya…


Tapi ternyata, ketika hari menjelang gelap dalam perjalanan turun menuju Cibodas. Para lelaki itu menepati janjinya, untuk berjalan mendampingi kami, wanita-wanita *yang katanya* perkasa tapi sebenarnya manja itu 

Ah…. kalian nggak tau aja, aku nyaris menitikkan air mata.

epilog :

“Jadi… berapa jumlah koleksi kutang hitam kamu., Swas?” Pertanyaan polos, tajam dan terpercaya itu diluncurkan tanpa sensor lagi. 

Dan wajah Suwasti merah seketika. 

-tamat- Nov 22, 2008 10:50 PM; yang dulu sempat ditulis untuk  trip ini
 
;