Friday, July 04, 2008

kereta tiba pukul berapa? (ke baduy via nanggerang)

Kisah sebelumnya : ya tuhaaaan... salah keretaaa...

Kereta tiba di Stasiun Rangkasbitung pukul 10.30 pagi. Di dekat stasiun itu ada pasar dan terminal angkot. Jadi kalo ingin nambah perbekalan bisa dibeli disini.

Oiya, ada pasar modernnya juga lho. Ada beberapa warung makan. Dan ada warung soto yang enak sekali. Murah meriah. Semangkuk soto, satu piring nasi, plus asessories tempe goreng, tambahan perkedel jagung dan es teh manis hanya seharga Rp 10,000 saja. *lupa.. 10 rb atau 15 rb yah?* gampang ditemukan. Lihat aja kalo ada tempat makan yang ramai pembelinya. Nah, itu dia.

 Suwasti dan Hanum pergi ke pasar. Suwasti pengen masak di Cibeo nanti. Sebenernya sih, kami nggak pengen merepotkan tuan rumah. Kalo kami numpang masak disana, kan sekalian masak untuk tuan rumah dan keluarga. Sekaligus untuk menjamu tamu yang pasti datang berkunjung. Pasti semua hepi.

 Sondang masih merasa kenyang. Aku, Taufan dan Aya. pilih makan dong.

 Dasar turis, pasti ada aja yang tahu kalo kami mau ke Baduy. Setiap lima menit pasti ada utusan yang dikirim calo atau sopir untuk datang dan bertanya.

 “mau carter nggak?”

 Duh. 

 Tapi orangnya sopan-sopan kok. Nggak kayak calo di terminal bus.

 Entah gimana ceritanya, mungkin karena kekenyangan. Atau mungkin kami sudah terlalu males untuk pergi ke terminal. Atau rayuan maut calo angkot yang membuat kami setuju.  Harga sewa 175 ribu langsung menuju Simpang Koranji.

 Sekitar jam dua belas kami berangkat. Jalan yang kami lalui berkelok-kelok dan terus naik. Hampir sepertiganya rusak berat. dan satu setengah jam kemudian baru kami tiba di persimpangan Koranji.

 Sang sopir stress berat. ternyata dia belum pernah jalan sejauh ini dan melewati jalanan rusak pula. Dia minta tambahan. Kami beri, tapi dengan syarat besok harus siap menjemput kami di Ciboleger.  Dia bilang OK. Besok jam satu siang sudah ada di Ciboleger.


Persimpangan Koranji ini hanya nama tempat aja. Karena disini ada belokan jalan menuju daerah Nanggerang, salah satu entry point menuju kampung Baduy dalem.

 Belokannya sama seperti belokan biasa. Seperti belokan menuju ke salah satu kampung. Aku nggak yakin deh bakal inget kalo kesini lagi.

 Ojek-ojek mulai datang mendekat. Mereka minta Rp 25,000 per orang.

 Suwasti nyaris pingsan. Awal tahun lalu aja masih Rp 8,000 ongkosnya. Apa karena BBM naik ya? Mungkin juga,  disini bensin harganya Rp 7,000 perliter.  

 Walau belum sepakat dengan harga sewa. Mereka sih udah pede memanggul daypack kami *daypack.. dipanggul .. hehehe* dan meletakkannya di motor masing-masing.

 Taufan sang negosiator.  Sepakat Rp 15,000 per orang untuk mencapai Nanggerang. Ah.. daripada jalan kaki melintas jalan makadam, naik turun bukit selama sejam.  Aku sih memilih naik ojek.

 “Wastiiiiii!!!” jerit ibu Hanna.

 Yang punya warung persis di belakang pintu gerbang masuk wilayah baduy. Maklum, Suwasti kan selebritis disini *buuuk!!!! Aku ditimpuk pisang oleh suwasti dan aku melotot memandang Suwasti. Emang monyet?*

 Kami ngopi-ngopi sebentar, menumpang sholat. Dan mulai berjalan pelan menuju Cibeo.

 Jam 3 sore deh kayaknya baru jalan. Sempet gerimis turun. Tapi berhenti begitu kami memutuskan untuk mulai jalan. *hehe.. hebat nggak tuh*

 Rasanya ini perjalanan tersulit bagiku. Udah 3 bulan ini nggak pernah jalan lagi. Dan nggak pernah olahraga. Beban daypack-ku ada sekitar 10 kilo beratnya. dus sepatu running shoes yang gigitan sol sepatunya amat sangat diragukan.

“gedebuuuuuk”

 Korban pertama. Hihihi…

 Taufan dan Hanum memimpin di depan. Sondang, Aya, Suwasti dan aku di belakang. Ah.. aku jadi sweaper aja dalihku…. Hehehe…aku juga pengen motret tentunya.

  Penunjuk jalannya sudah tentu ibu Suwasti yang manis itu. Kami keluar masuk kampung.

 Melewati leuit-leuit. *leuit = lumbung padi*  Melatih keseimbangan di titian tiga batang bambu.

 Naik turun bukit. Yang tanahnya licin. Yang berbatu-batu. Yang tanjakannya never ending story dan yang turunannya licin bak perosotan di TK sebelah.

 Menyeberang sungai dan melatih ilmu meringankan tubuh masing-masing. Kami melompat dari satu batu ke batu yang lain.

Kayaknya juga, ini lagi musim mbangun rumah deh. Atau renovasi rumah. Hampir di setiap kampung, selalu aja ada penduduk yang lagi gotong royong membangun rumah.

 “Cantik ya, Jeng” kata Taufan kepadaku. *Stop press. Bukan aku yang dimaksud yah.* tapi gadis-gadis baduy luar yang diam-diam mengintip dari balik pintu. Atau yang sedang duduk-duduk di beranda rumah memperhatikan kami.

 “Arah jam tiga, Fan” jawabku mengamini.

 Aaah.. tau ajaaah… Secara kami * aku, Taufan dan Suwasti.* adalah para tukang potret keliling.  Pasti mata nanar kesana kemari mencari object jepretan.


Tiap kami berhenti di salah satu kampung. Tentulah amat sangat dan impossible sekali untuk berjalan diam-diam tanpa diketahui.

Anak-anak akan muncul dari balik pintu. Ibu-ibu akan segera menutup pintu. *kok kebalik? Hehehe* Bapak-bapaknya akan bertanya : dari mana mau kemana.

 Masuk kampung lagi. Lewat jembatan lagi. Hingga kami tiba di sebuah jembatan bambu yang besar dan panjang.

*Wah..  Konstruksi bambunya kereeeeeen sekali lho!!*


Kata Suwasti, ini batas baduy luar dan baduy dalam.  Maka kami menyimpan semua kamera. Tugasnya, hanya sampai disini.


Nah.. apa kami bisa tiba di Cibeo sebelum gelap? Nantikan kisah selanjutnya yah. Next on : makan sirih bareng

Serpong 4 juli 08 (ultah mpus Joni yang ke 3 bulan) Oiya, futu-futunya udah diupload kok. Ada disini siapa yang menggores di langit biru

18 comments:

Lucka Herlambang said...

Kalo liat foto nya asyikk juga ya...

Rahmi Hastari said...

Sebenarnya ada rute lebih cepetnya, tapi hrs dianter org baduy dalam. Koq swasti ga sms in pak nardja dulu yah?

rosalia heny said...

Wah akhir Juni aku juga abis dari Baduy. Berangkat via Ciboleger pulang lewat Nangrang. Seminggu sesudah Mbak Ariesna kesana ya.

a riesnawaty said...

iya yah. beda seminggu ya Hen,.

a riesnawaty said...

dadakan, Mi. :) tapi pas pulang kami lewat jalur short cut itu ke Ciboleger.

a riesnawaty said...

yuks?

nefransjah :) said...

ries, cuma mau komen: makeupnya kegenjrengan... hehehehe...
bukan ding... bg picnya nggak keluar ries, tulisan 'this image or video has been mover or deleted - photobucket' mulu...

Rahmi Hastari said...

Meski shortcut tapi tetep 'cihuy' ya Mbak qeqeqeqeee....
*kangenkeplesetgedebug-gubragdiBaduy*

a riesnawaty said...

paaan.. habis ngelenong, Nef :D

*iya nih.. lagi cari2 themes. thanks yak*

a riesnawaty said...

nah.. istilah ini yang lebih keren, Mi..

nefransjah :) said...

:p

lah, udah bener.. jadi ini udah pake flash?

a riesnawaty said...

iya. baru kemaren sore online lagi.

nefransjah :) said...

reportnya ya ries..
tadi udah aku reply, thx infonya.. :)

btw, foto2 ntt sudah diupload sebagian di sini :)

theresa jackson said...

Wah, tak sabar tunggu lanjutannya...

a riesnawaty said...

makasih udah mampir mbak TJ.

suwasti dewi said...

wahhh.. dari dulu juga ga pernah sms an bu klo mau datang..
datang ya datang ajah.. baru awal tahun kmaren aja sms an, itupun bukan ke pa nardja melainkan ke pa emen... orang kaduketug... beiygittccuuhhhh..

suwasti dewi said...

...buruan dooonnn.. cerita selanjutnyahh....

a riesnawaty said...

udah ada disini jeng swaaas... http://ariesnawaty.multiply.com/journal/item/122 monggo ..

 
;