Tuesday, May 10, 2011

catatan perjalanan : kerintji episode pak John

Rabu 20 April 2011, Bandara Minangkabau, jam 09.00 pagi

CALO DI BANDARA

“lha? Sudah diputuskan toh?” tanya saya pada Joko. Demi melihat Pak John bergerak menuju shuttle bus Damri. “Apa kita naik Damri ?” tanya saya bergegas menyusul Joko. Joko hanya mengedipkan mata. 

Ah.. saya tahu maksudnya.Pak John terlalu emosi. Mungkin karena tidak siap menghadapi calo pagi itu dan merasa harga yang ditawarkan terlalu tinggi. Jadi ia putuskan sendiri untuk ke kota Padang dan mencari angkutan menuju Sungai Penuh. Biasanya ini tugas Joko.-Urusan ramah-tamah –mulai dari preman setempat hingga calo ternama-, mencari kendaraan dan tawar-menawar harga itulah keahliannya.  

Tadi sebelum mendarat disini, kami sudah saling berbagi tugas. Biarlah Joko yang bertugas sebagai negosiator, Ivana yang mengurus tiket pesawat dan Lia yang mengurus keuangan regu.  Yang lain … cukup jadi penggembira dan penari latar 

Tapi entah mengapa, pagi itu Pak John amatlah bersemangat. Dengan handycam di tangan ia memasang tampang garang dihadapan para calo yang menawarkan mobil carteran. Maka inilah kami. Delapan orang, delapan carrier, beberapa daypack, beberapa tas kamera dan beberapa kantong plastik isi belanjaan. Kami memang serombongan turis yang tak tahu arah entah kemana. 

Sebenarnya sih, niat kami memang akan mencari kendaraan sewaan di Bandara. Rasanya jauh lebih efisien dan menghemat banyak waktu jika dengan mobil sewaan ini langsung menuju desa Kersik Tuo. Di desa inilah entry point menuju pendakian ke gunung Kerinci. 

Nah.. Desa ini ada di Kecamatan Kayu Aro, kabupaten Sungai Penuh yang ada di provinsi Jambi.  Tapi bergerak kesana kemari dengan troly penuh barang, sungguh bukanlah tujuan saya. Tahukah kalian apa yang terjadi? Kami urung masuk bis Damri.  Lalu kami berbalik lagi ke ujung apron. Kali ini Pak John memutuskan untuk naik mobil carteran. Kami mencarter 2 mobil. Bukan ke Sungai penuh. Tapi ke kota Padang.  Aha!!!

Namun kekacauan ini, nampaknya tak sempat diperhatikan oleh Cecep –yang bahagia karena baru pertama kalinya menginjak tanah minang- Emma –yang kedua jempolnya selalu menempel di keypad BB- Lia –yang masih tak percaya bahwa akhirnya dia pergi juga kesini- Wangsa –yang dengan setia mendampingi pak John- serta Ivana –yang bertekad untuk membawa pulang keripik pedas Christine hakim yang terkenal itu- Sedang saya…. –setengah mati menahan lapar karena tadi belum sempat sarapan-

Lalu… akhirnya dua mobil beriringan meninggalkan Bandara Internasional Minangkabau. Saya tak tahu apa yang terjadi di mobil depan. Yang malah belok kanan dan masuk menuju rumah makan padang. RM. AMPERA BUNGO LANSANO. 

Waaaa… ini dia yang saya tunggu-tunggu dari tadi. 

Makaaaaaan….!!!!!

Tapi sebelum saya lanjutkan kisah ini.. tidak ada salahnya jika saya ceritakan sejenak teman-teman seperjalanan saya kali ini. Setelah berbulan-bulan sebelumnya berburu tiket, berbulan-bulan mencari informasi, berminggu-minggu bongkar pasang pasukan, berhari-hari sedih karena beberapa teman batal ikutan, akhirnya inilah kami, delapan orang yang cukup ‘gila’ untuk ngetrip ke gunung Kerinci, 20-25 April 2011 lalu. Dan mereka adalah :

(1) R. Joko Sutias, dia suami saya tercinta. Setelah bertahun-tahun gantung kerir dan membiarkan saya ke gunung sendirian, akhirnya mau juga dia menemani saya pergi ke Kerinci tahun ini. 
“Tapi hanya sampe homestay aja ya Hany”-ini nama panggilan sayangnya untuk saya- “Saya nunggu disana” Huuuuuu !!! Tapi mungkin karena tak tega melihat saya dia pun mulai giat berolahraga. Nah.. dengan begitu, target bisa sedikit dinaikkan dong ya? “Iya deh.. saya nunggu di pos satu saja!” sahutnya sambil nyengir. Kwaks!!!

(2) Deni Wangsa, ini teman lama saya. Saya kenal Deni waktu kami gabung di salah satu mailing list medio 2005 lalu. Setelah itu baru saya tahu kalau Deni ternyata teman lama Joko juga. Sejak menikah dengan Nani dan memiliki seorang anak perempuan yang lucu dan menggemaskan itu,  kami sudah jarang juga jalan bareng. Sekarang perutnya tambah ndut.  Terakhir naek gunung bareng .. waktu saya dan Joko ngetrip ke Argopuro. Whah… sudah bertahun lalu itu.

(3) John Charles Kesaulija. Yang lebih sering kami panggil dengan Pak John. Pertama kali saya ketemu dengan pak John sekitar tahun 2004 lalu di Tumpang. Rombongan saya dan rombongannya pak John berbagi carter jeep menuju Ranupane. Entry point sebelum pendakian menuju Semeru. Sudah bisa ditebak, akhirnya kami jalan bareng. Dan sejak saat itu, kalau waktunya cocok, kami naek gunung bareng. Setelah bertahun-tahun tak berjumpa, tumbennya.. beberapa hari sebelum ke Kerinci, Pak John menghubungi Joko. Pucuk dicinta ulam tiba.. ada tiket salah seorang peserta trip yang batal. Pak John pun.. ikuuuuut!!!!

(4)Emma Kusumaningsih alias Emma. Lumayan sering juga jalan dengan ibu yang satu ini. Mungkin karena waktunya klop dan ada kecocokan juga di hati kami berdua –hehehe.. ini sih saya yang GR-.  terakhir kali jalan bareng Emma kalo nggak salah ketika edisi mengantar Susan ke Pangrango akhir tahun lalu. –inget ya mak?- Awal kenal Emma juga melalui dunia maya sekitar 6 tahun lalu. Setelah bertahun-tahun saling mengomentari blog masing-masing. Dua tahun kemudian kami sempat jalan bareng ke Baduy.  Waktu itu kami jalan berlima. Dan salah satunya adalah dengan …

(5) Yusuf Fajarudin, tapi telinganya jauh lebih tegak berdiri jika dipanggil dengan nama Cecep. “Kok Cecep?” Padahal sih asalnya dari Jogja asli. Itu ada kisahnya tersendiri. Namun saya kenal Cecep juga dari dunia maya. Dari salah satu social network yang lagi booming waktu itu. Awalnya dulu hanya saling pantau saja.  Dan kemudian pertama kali jalan bareng ya waktu ke Baduy itu. Tapi baru sekali ini saya ketemu orang yang begitu ‘gila’ dengan warna merah. Baju merah, celana merah, hingga sepatu pun merah. Saya curiga… jangan-jangan.. bajunya hanya satu itu .. hahaha.. (piss ah Ceeep!)

(6) Ivana Noor Winahyu, Ivana saya kenal juga dari Cecep. Dia adik kelas Cecep di kampusnya. Akhir tahun 2009 lalu, saya dan Joko sengaja touring dengan motor hingga Jogja. Cecep baik banget deh. Dia mengijinkan kami menginap di rumahnya. Ivana pun ikut sibuk menjemput dan menemani kami. Waktu ke Guntur  tahun lalu, saya belum kenal betul dengan Ivana. Hanya saja akhirnya baru saya tahu setelah trip ini. Ternyata, anak ini.. gembul sekaliiiii hehehe.. dan ada satu kesamaan saya dan Ivana. Ternyata kami berdua sama-sama fans berat-nya Briptu Norman ..hahaha…

(7) Yunita Lianingtyas, alias Lia.  ini pendakian perdananya. Keren ya? Pendakian perdana dia langsung ke 3805 mdpl. Jujur, mulanya saya ragu. Apa Lia mampu. Apalagi tak seorang pun yang kenal dengan dia. (catatan : Dia ikut trip ini juga atas ajakan temannya yang rupanya batal ikut) Di hati kecil saya, saya takut nanti akan menyulitkan Lia sendiri -dan kemudian menyulitkan teman-teman lainnya- 
Tapi ternyata saya salah besar. Ternyata Lia mampu kok dan yang penting dia punya daya juang yang cukup tinggi. Ditambah dengan modal jogging 2 kali seminggu di senayan. Lia ternyata sanggup menuntaskan pendakian perdananya. Walau dengan catatan … “Untuk berbulan-bulan setelah ini.. gue nggak akan naik gunung dulu ya. mbaaaaak” 

(8) Dan saya sendiri, Ariesnawaty…  cukup berbahagia untuk mempersembahkan sedikit catatan perjalanan kami kali ini.


BERGANTI KENDARAAN

Jam 10 pagi

Barangkali ini efek samping dari sepiring nasi yang disiram dengan kuah gulai ayam, potongan dada ayam goreng pop, sedikit bumbu rendang dan sambal hijau lengkap dengan irisan mentimun. Lalu terakhir brunch ini ditutup dengan sempurna oleh segelas kopi panas ….Ambooooy…. 

Terlalu sibuk dengan dada ayam yang sangat menggoda itu, saya jadi lengah untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di luar sana. Tapi akhirnya kami semua tahu, kalau saat itu haluan telah berubah. Kedua mobil carteran tadi, urung mengantar kami ke kota Padang. Sang calo, akhirnya kembali menawarkan kembali mobil elf untuk mengantar kami ke Kersik Tuo. 

Dibantu Joko, Cecep dan Wangsa. Akhirnya luluhlah hati Pak John. Berdiskusi sejenak. Lalu jadilah kami gunakan elf itu. Kini kami kembali ke jalan yang benar. 

Jam setengah dua belas siang, kami sudah duduk manis dalam elf trayek padang-sungai penuh.  


Bersambung -kalo sempet ditulis lanjutannya -
Foto-foto bisa diintip disini: a road to kerintji

8 comments:

cecep gorbachev said...

CDku juga merah lho

a riesnawaty said...

wah.. lupa disebut, Cep :p

Suparka S Raksapradja said...

Teruskan ceritanya ya, Ries.

a riesnawaty said...

siyaaaap Kiiii...

suwasti dewi said...

..duduk di ruang tunggu sambil baca-baca...

a riesnawaty said...

*ditambah kopi+pisgor*

Lia Bloomy said...

waks, si mbak sudah mulai posting. pengen segera posting juga tp kerjaan lagi menggila, huhuuu...

a riesnawaty said...

*kirim bantuan sepuluh jari* <-- masih musim nggak ya ngetik 10 jari?

 
;