Wednesday, February 23, 2011

gunung Pulosari (1346 m dpl) 21 – 23 Januari 2005 episode : “Thompson berkata : Tepatnyaaaaa”

“Missster!!! Foto dong!” 

*idih! Kagak salah tuh. Masak dipanggil mister. Tapi demi profesionalisme *betul nggak brother Kris dan brotherYanto?* Aku foto juga deh makhluk itu.

Eh.. masih belum nyambung ya? Makhluk mungil yang lucu itu ternyata ABG setempat yang lagi JeJe eS bareng temen-temen sekampungnya. Sedang memakai masker belerang yang berwarna hijau untuk perawatan wajah akibat jerawat yang mulai muncul pada masa pubernya.

Sambil berdecak kagum atas prestasinya. Aku mengedarkan pandang. KawahGn. Pulosari ini sangat indah. *sekaligus was-was .. * inget literatur yang dikirim Ika dan sempet aku baca sebelum pendakian.

(terjemahin sendiri yaaa….. A solfatara filed occurs in the summitcrater of G. Pulosari and the steam is escaping in this area attemperatures up to 121°C. A small amount of sulphur is being sublimated.Low flow, acid springs are also present with temperatures of 93 - 95 °C.However one spring in this crater is 25°C. An increase in activity atthe crater was reported in 1939 when the maximum temperature found was93°C. Slightly acid, warm springs (51°C maximum) emerge from the NW andSW fluks of the volcano)

Luas kawah kurang lebih sebesar lapangan bola. Kawah sedikit menanjak kearah timur dan terus dihadang tebing tinggi punggungan gunung. Nun jauh diatasnya, terlihat satu titik kecil menara pemancar. Itulah puncaknya!!

*satu dua detik hilang dari peredaran. Duh… tinggi sekali ya?*

Tak berapa lama, Kris dan Yanto menyusul. Ida sudah sedari tadi nongkrong di atas batu. Mengamati para ABG yang sedang memasak nasidengan memanfaatkan panas air belerang yang ngebul di sela-sela batu dikawah. Yang lain meremas isi mie instant, mengikatnya di satu sisi. Memasang tali rafia, dan mulailah acara memancing supermie di atas air belerang.

Setelah selesai sesi foto-foto dan wawancara. Kami kembali ke marka besar. 

Makan siaaangg!!

Yanto sudah mengeluarkan satu set alat masaknya. Menjerang air. Dibantu Kris, mereka mulai menyiapkan minuman hangat bagi kami semua.Bekal nasi plus telor ceplok serta bonus garam+cabe merah dibagikan.

Makan siang kami ditutup dengan …. Semangka! 

Hue..hue… masih inget kan?

Faisal dengan semangatnya, selalu menawarkan kami untuk membelah semangka. Dengan golok di tangan, lengkaplah sudah makan siang kami kali ini. Sebelah semangka di simpan untuk di puncak nanti.

Jam 14.30 Aku, Ika dan Ida bergantian sholat di dataran kecil di dekat aliran air di sisi kanan pondok. Berwudhu. Merasakan air yang sedikit asam.

Jam 15.00 Lanjuuutttt!!!

Jalur Tidak seseram yang aku bayangkan *walau ternyata .. tetep ajaserem* Maklum, tadi imajinasi berkembang dengan pesatnya. Demi melihat tebing tinggi dan menara pemancar, aku kira .. jalurnya merambah tebing di sisi timur kawah. 

Rupanya, setelah melompati aliran air. Kami berbelok ke sebelah kanan kawah, ke arah selatan. Dan langsung di hajar jalur licin, akar pohon, plus batu dengan kemiringan hampir 80 derajat.Uh, harus ekstra hati-hati. 

Tangan dan kaki semua digunakan untuk memanjat. Mencari pijakan aman.Rasanya tidak habis-habisnya, terus menanjak, sama sekali tidak ada bonus. Di kira-kanan jalur tertutup rapat oleh pepohonan. 

Kadang-kadangaja sih ada bonus….. bonus liat kawah dan pemandangan di sela-sela pohon!!!! he..he…

Jam 17.00

Aku, Ika dan Yanto ada di barisan terakhir. (kemudian ditambah dengan Kris) Sayup-sayup terdengar obrolan di atas sana. Apalagi ditambah dengan terang langit yang sudah terlihat jelas. Dan rimbun pohon yang sudah mulai terbuka.

Kami bertiga, menebak-nebak buah manggis. 

“Puncak nih! Puncak!” kata Yanto. Aku udah senyum-senyum aja sendiri. Berharap. Cepet juga ya? *yangbiasanya selalu malem kalo nyampe puncak. Atau kadang-kadang sering nggak nyampe dan ngecamp di jalan* 

Kami tiba. Di suatu tempat datar.Terbuka. Kurang lebih 2 x 2 meter luasnya. “Yang bener aja. Mana menara pemancarnya? Mana bisa buat ngecamp!

”Protes! Proteeeeesss!!!"

Ika cuma bisa manyun sambil berkata : 

“Kalo gitu, anda kurang beruntung!Hi..hi…” 

Faisal, Ida dan Heri masih nongkrong dan nunggu disana cuma nyengir. Kris menambahkan dengan gaya ala Thompson (dengan P) 

“tepatnya: kurang beruntung”

Faisal dan Toto pergi dahulu untuk booking tempat di puncak. 

“Nggak jauh kok. Cuma turun sedikit, terus naek lagi dikiiiittt” 

Dari sini, kami sudah melihat batu km dengan percabangan. Ke kiri : ke puncak Manik. Kekanan : jalur turun via seketi. 

Rupanya kami tiba di puncak bayangan. Dan langit cerah sekali. Kami dapat memandang Gn. Aseupan, matahari di barat, sebagian punggungan gn.Pulosari. Pemukiman penduduk di bawah sana. 

Serta …….. lauuutttt!!!!!Uhhhhh!!! Indahnya. 

Tempat terbuka dan sempit ini menampung kami berenam. Berdesak-desakan. Diantara kamera-kamera yang sudah dikeluarkan. Memandang laut, pulau, matahari yang sebentar lagi akan tengggelam. 

Kadang-kadang awan dan kabut berarak menutup pandang. No problemo! Kami sabar menanti kok.

Jam 17.15 Kami mulai bergerak. Kami ambil yang ke arah kiri. Jalur cukup jelas.Mungkin karena banyak orang yang sering yang lewat dari sini. Sementara jalur ke kanan, sedikit tertutup semak dan bambu. Jalur kembali gelap dan rimbun oleh pepohonan. Jalur sempit dan rawan longsor. Turun sejenak, untuk kemudian naik kembali. Beberapa kali terjadi.

Jam 17.30

Cuma 15 menit. Rupanya sudah tiba di gigiran puncak. Melewati gundukkan.Sedikit berbelok ke kanan. Di kiri, tebing curam berikut kawah terlihat jelas nun jauh di bawah sana. 

Puncak Manik, Gn. Pulosari sendiri berupa dataran sempit memanjang dari selatan ke utara. Hampir semua tempat dapat dipakai buat ngecamp. Di ujung utara, ada menara sensor dan pemancar gempa. 

Kami ngecamp tidak jauh dari menara. Beberapa tempat sudah ada tenda kelompok lain.

Jam 17.45

Selesai pasang tenda. Berjejer 3 tenda. Sementara yang lain masih berbenah. Aku dan Ika sudah mencari posisi di ujung puncak untuk mengabadikan sunset. Tripod sudah di gelar. Membawa air dan cemilan.Kami berdua ngobrol sambil menunggu matahari. Langit sudah mulai kemerahan. 

Tak lama kemudian, Ida, Kris dan Yanto datang menyusul.Kini, praktis ada 5 orang yang berdiri berjajar menanti moment. Dengan kamera di tangan masing-masing dan pandangan tak lepas ke arah barat.Layak dinantikan. 

Cuaca mulai berubah. Kabut mulai datang beriring menutup pandangan.

“waaaaaaaa…..” penonton kecewa.

Lamaaaaaa banget, sampe akhirnya matahari sedikit mengintip dari balik awan. Momen sepersekian detik. Suasana cukup tegang. Kami semua menahan nafas. 

*yaaa.. serius amat sih bacanya… nafasnya nggak ditahanterus-terusan donk* Begitu matahari muncul. Bergantian suara rollershutter disana sini. Hingga tiba-tiba …. ada suara nyaring membelahkesunyian.

“krek …. Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr……………..!”

“apaan sih?”

(kira-kira bunyi apa ya? Kok semuanya menoleh ke arah yang sama. Kaloada yang buang gas .. maap ..maap nih … *sebagai orang yang malang melintang di dunia persilatan* kayaknya bukan begitu deh suaranya …besok deeeh.. besok lanjutannya…..)

No comments:

 
;