Tuesday, January 19, 2010

tour de Madura episode a litlle town called LASEM

Hari ketiga Kamis, 31 Desember 2009
Kisah sebelumnya : geng motor itu namanya SADIS

Hampir tengah malam, kami tiba di kota kecil ini. Selepas Demak dan masuk ke kota Kudus, melewati Pati dan kemudian Rembang. Semua kami tempuh dalam waktu dua jam. Menyadari Rembang ke Tuban masih seratus kilometer lagi. kontan saya colek punggung suami tercinta, untuk berhenti dan cari penginapan.

Kota itu, Lasem. Si Malih dan si Rohman –ini nama motor kami- langsung masuk ke hotel pertama yang kami lihat. (lagi-lagi saya lupa catat nama dan alamatnya –barangkali ini efek nonton sidang team khusus DPR century versus aulia pohan )- Tapi bangunan aslinya tua sekali. Tak kelihatan wujud aslinya. Sudah terkubur oleh bangunan baru disana sini dan menjadikannya semacam hotel sales yang isinya melulu salesman yang sedang transit.

Sadar hanya ingin merebahkan tubuh, kami ambil yang standard. Budgetnya Rp 35,ooo/ semalam berikut 15 ribu rupiah untuk extra bed. Kamar mandinya lumayan bersih. Apalagi ada segelas kopi dan penganannya yang pagi-pagi sekali sudah diantar oleh ibu berkebaya pelayan hotel yang umurnya mungkin sudah setua bangunan ini.

Dan ajaibnya, walau di dalam bangunan, si Malih dan si Rohman bisa di
parkir persis di depan kamar.

Lasem itu kota kecil. Saya merasa semua yang ada disini bergerak dalam gerakan slow motion. Lambaaat sekali……  Tapi yang saya suka adalah masih banyak bangunan lama peninggalan jaman Belanda. Daerah pecinan yang kami lewati pun masih sepi. Mungkin karena masih pagi.

Saya baru ingat kalau disinilah asal batik Lasem yang terkenal itu. 

A little bit behind schedule. Tapi kami tidak kehilangan harapan. Hari ini, kami pasti menyentuh tanah Madura. Jam 7 pagi kami berangkat. Setelah terang, baru saya sadari. jalur utara dari Semarang hingga Surabaya. Jalannya buruk sekali. Tidak rata dan banyak lubang disana-sini. Bukan lubang karena rusak termakan usia. Tapi banyak garis memanjang akibat aspal yang amblas karena tak kuat menahan beban.

Kami berjalan di sela-sela truk tronton dan FUSO. Hmmm.. pantas saja…

Sejam kemudian kami mencapai Tuban. Di pesisir pantai, ada warung makan. Menunya sih cukup menggoda. Rupa-rupa seafood dan ayam taliwang. Wah… oke juga tuh. Sadar dua hari terakhir kami tidak sempat wisata kuliner mencicipi makanan khas setempat. Jadi pagi itu kami sarapan dengan cumi asam manis, ayam dan bebek goreng plus kelapa muda. Yummy!

Kota Tuban sendiri saya lihat cukup makmur, kotanya teratur, bersih dan polisinya cukup ramah ketika kami tanyakan arah. Kami tidak masuk ke dalam kota, sedang ada haul katanya. Jadi kami melipir melalui jalan bypass menuju Surabaya.

Teman kami di Sidoarjo,
David sudah kami kontak sejak dari Jakarta. Pagi tadi kami sudah janjian, akan ketemu di jembatan merah. Dia bilang, dia dan Adit mau ikut dan mengantar kami hingga Madura. Asyiiiik… ada temen lagi nih…

SURAMADU YANG SEMANIS MADU

Tuban kami lewati, kemudian Babat, Lamongan dan Gresik kami tempuh dalam waktu sejam. Jalan menyusur tepi laut bersama-sama truk kontainer yang jalannya super duper lambat itu –terakhir baru saya sadari, betapa bersyukurnya saya karena truk pengangkut yang lambat itu-.Beberapa kali kami terhenti dan tersendat karena jalan menyempit karena sedang di beton.

Begitu masuk pinggiran kota Surabaya. Rasanya kok sama seperti masuk ke pinggiran kota Jakarta –jangan-jangan kami balik lagi ke Jakarta? Oh NO!! -  Panas, suram dan terlalu banyak orang.

Akhirnya kami ketemu juga dengan David. Tanpa membuang waktu lagi, jam setengah dua belas siang, tiga motor bergerak menuju Jembatan Suramadu. Jembatan Suramadu –Surabaya Madura-  panjangnya sekitar  5.438 meter, lebarnya 30 mete dan tingginya 146 meter. Jembatan ini mulai dibangun tahun 2003 dan selesai juni 2009 lalu.

Ini jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Yang terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).

- Causeway sisi Surabaya 1.458 m, Causeway sisi Madura 1.818 m. Bentang tengah panjang keseluruhan mencapai 2.162 m terdiri dari dua Approach Bridge masing-masing 672 m dan Main Bridge sepanjang 818 m. Panjang jalan pendekat di sisi Surabaya mencapai 4,35 km dan di sisi Madura 11,50 km.-

Jalur mobil terpisah dengan jalur motor. jalur motor ada disisi terluar ruas jalan. Biaya tol untuk motor Rp 3,000 sedangkan mobil Rp 30,000.  Beruntung jalur motor ada di sisi terluar jalan. Saya rasa sih nggak boleh berhenti –apalagi untuk foto-foto- di tengah jalan. Tapi kami yang penasaran ini malah berhenti dan foto-foto sebentar. Maaf ya pak petugas Terlalu excited dan narsis ..hahaha….

Lepas dari je
mbatan, motor dipacu kencang. Jalan tol pendekat di sisi Madura masih diteruskan hingga belasan kilometer di depan. Oiya, yang menarik, di kanan kiri jalan banyak sekali kios penjual souvenir dan makanan. Tahu aja yang dicari turis dadakan seperti kami.

LORONG SEPI DI MENARASUAR SAMBILANGAN, BANGKALAN, MADURA

Rencana awal sih ingin langsung ke Sumenep. Mumpung hari  masih siang, jadi kami punya kesempatan banyak untuk istirahat. Tapi tawaran David untuk mampir ke menara suar Sambilangan. Terlalu sayang untuk dilewatkan.

Maka, arah pun diputar. Di lampu merah ujung jalan tol, kami belok kiri menuju Sambilangan.

Selepas Kamal kami masuk ke kota Bangkalan. Setengah jam kemudian kami sudah menapak di desa Sambilangan. Panas terik sekali. Kanan kiri sawah kering yang belum menyentuh musim tanam.


Dan begitu masuk pelataran mercusuar, saya merasa seperti berada di dunia lain. Kanan dan kiri jalan masuknya ditanami pohon peneduh yang besar dan rimbun. Apalagi kemudian masuk kompleks menara suar.

Saya sempat ngobrol dengan petugas jaga disana dan kemudian naik menyusul Lulu, David dan Adit. Suami saya nggak ikut. Alasannya sih, mau nebeng nonton acara pemakaman Gus Dur di TV. Padahal saya tahu, bodi-nya yang sekseh itu udah nggak kuat naik tangga  

Ada enam belas lantai dan satu platform teratas tempat lampu suar itu berada. Tidak dapat saya dekati karena pintu masuknya di gembok. Sedang dek yang ada di lantai 16 ini, ada balkon berpagar teralis. Tidak begitu lebar sih, tapi kami bisa memandang sekitar dengan bebas. Melihat kapal barang yang mondar-mandir di selat Madura.

Empat puluh lima menit kemudian, kami berlomba-lomba turun. David dan Adit pergi ngemil di warung depan mercusuar. Saya dan Lulu mendekati selasar bangunan tua yang ada di bawah menara suar. Ada yang datang.

Namanya Toni Dia ketua sekaligus 001-nya BSR, Bangkalan Scorpio Riders.  Dan tak lama kemudian Teguh, Wawan, Zaenal dan Yaya (ini anggota BSR) juga datang merapat.

Hihihi…berita cepat sekali menyebar. Wah.. wah…. Satu lagi yang membuat kami malu. Harusnya  kita yang sowan toh?

Dan kemudian datanglah tawaran itu. Kami diajak merayakan malam tahun baru bareng BSR. Duh.. binun mode on. Mau langsung ngegas ke Sumenep atau tahun baruan bersama mereka ya?

to be continued lah yaaaa...(Next :si ganteng itu namanya LA YA LA)

18 comments:

DhaVe Dhanang said...

mantaf...
nice journey mBak...

a riesnawaty said...

makasih mas dhanang..

Agam Fatchurrochman said...

ini kok mirip motorcycle journey che guevara nih hehehe

dwi novi said...

wahh... ketemuan sama DavidMario ya Ries...

a riesnawaty said...

Iya, udah lama nggak ketemu dia.

Emma ɐɯɯǝ said...

masih belum terbayang naik motor dengan jarak jauh...soalnya saya tukang ngantuk.....tapi menarik juga yaa....banyak yang bisa dilihat sepanjang jalan

a riesnawaty said...

latihan dulu jarak dekat Maaak. Bandung-Jakarta, mbandung-tasik, mbandung-Sukabumi...
dan memang banyak yg menarik di sepanjang jalan.. namanya juga jalan-jalan ;)

Sweet Susan said...

I've been through it... and pantura always amaze me....

a riesnawaty said...

masih kalah jauh mas. :D

a riesnawaty said...

to be honest.. aku lebih suka jalur selatan San...

suwasti dewi said...

Lengkap dah ceritanyah..

krisna diantha said...

ini long way right versi orang indonesia :-)

fadli rozi said...

wuaaaah kereeenn!! =D

TRaLalA.... tRiLiLY said...

lanjuttt dongggg

a riesnawaty said...

lanjuuuuuuut!

a riesnawaty said...

makasih mas. btw, foto2mu keren deh...

Anonymous said...

beli batik gak Ries, di Lasem?

a riesnawaty said...

nggak sempet An..

 
;