Monday, March 31, 2008

Hafalan Shalat Delisa

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Tere-Liye

Iya deh.. saya ngaku. Saya itu orang yang paling cengeng sedunia. Membaca buku ini saja saya bersimbah air mata. Sedih.

Saya acungi 24 jempol saking semangatnya *jempol kedua tangan dan kaki saya plus kelima ekor kucing saya * Jempol untuk penulisnya. Kok bisa ya membuat sebuah tulisan yang bisa mengharu birukan hati seseorang? Tulisannya mengalir. Konflik dibangun di beberapa tempat. *dan tangisan muncul di setiap ada kesempatan * Dan endingnya tidak terlalu memaksakan.

Dan yang penting membuat saya berpikir ulang dan melihat kembali kepada diri sendiri. Betapa seringnya saya shalat dengan terburu-buru. Mepet ketika waktunya hampir usai. Betapa seringnya pikiran saya berkelana ketika bacaan itu saya lafalkan. Ah……..

Serpong 31 Maret 08  10:06

 

 

Masih ingat tsunami di Aceh akhir 2004 lalu?

Tokoh utama kisah ini bernama Alisa Delisa. bocah Lhok Nga berusia 6 tahun yang tinggal bersama ibunya –yg ia panggil Ummi- serta ketiga kakaknya, Cut Fatimah (15 tahun) dan si kembar Cut Aisyah dan Cut Zahra (12 tahun). Ayah mereka -Abi Usman- bekerja di Kapal Tanker dan pulang setiap 3 bulan sekali, Dalam bayangan saya, ia gadis cilik penggemar warna biru. Berambut keriting, bermata hijau, kulit putih kemerahan dan hobi main bola. Cerdas, lincah, banyak tanya dan menggemaskan orang-orang di sekitarnya.

Sulit benar menghafal bacaan shalatnya. “In-na sha-la-ti, wa-nu-su-ki, wa-ma….wa-ma….wa-ma….” Delisa kesulitan melanjutkan hafalan bacaan shalatnya. Matanya terpejam.Tangannya menjawil-jawil rambut keritingnya. “Wa-ma…Waaaa-, waaa, wa-ma…”

“Waaaaa ma-cet nih ye!” Aisyah yang sedang bermain gundu dengan Zahra tertawa kecil. Menyahut begitu saja.

Uh! Delisa berusaha keras menghafalnya. Bukan hanya ujian hafalan oleh Bu Nur minggu depan. Tapi juga karena iming-iming hadiah kalung emas dari Ummi-nya. Sama seperti kakaknya Fatimah. Sama seperti kedua kakak kembarnya. Aisyah dan Zahra. Waktu mereka kecil.

Walau pada akhirnya toh mereka melakukan ibadah hanya karena Allah semata. Tapi di mata kanak-kanak Delisa. Kalung itu kereeeeen sekali….!!!! 

 

Dan ketika pagi 26 Desember 2004 itu. Delisa sedang maju di muka kelas. Ujian hafalan shalat yang dinanti-nanti. Ummi menunggu di luar kelas. Tadi sebelum berangkat, ketiga kakaknya tersenyum-senyum mengantar kepergian adik dan Umminya.

 Delisa akan khusuk.

 “Allahu Akbar”

 Tiba di penghujung kalimat itu. Bagai dipukul tenaga raksasa. Air yang tersedot ke dalam rekahan tanah tadi kembali mendesak keluar. Mendesis mengerikan. Bergemuruh menakutkan.

 Ujung air menghantam tembok sekolah. Ibu guru Nur berteriak panik. Delisa ingin khusuk. Delisa ingin satu.

 “Rab-ba-na-la-kal-ham-du…” tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa mengap-mengap.

 

Enam hari kemudian, Prajurit Smith dari Militer Amerika Serikat-lah yang menemukan Delisa tersangkut semak belukar berbunga putih empat kilometer dari sekolahnya. Dengan seluruh tubuh penuh luka, kaki koyak bernanah, kelaparan, kepanasan, kedinginan, Delisa setengah tidak sadarkan diri. Segera ia diterbangkan dengan helikopter super puma menuju Kapal Induk John F.Kennedy. Tak ada yang menemani. Hanya Delisa seorang.

 
Ia tak tahu bahwa ummi-nya hilang entah kemana. Kedua kakak kembarnya ditemukan mati berpelukan. Kakak tertuanya dikubur tiga hari setelah bencana. Rumahnya rata dengan tanah. Lapangan bola tempat ia biasa bermain rata. Sekolahnya hanya tinggal pondasi tiang bendera.

 Abi-nya masih nun jauh di tengah lautan Kanada. Ia benar-benar sendirian. dan yang lebih mengerikan lagi, ia tak tahu bahwa ketika ia sadar nanti.

 Ia benar-benar LUPA bacaan shalatnya.

 Sama sekali.

 

Yang saya kagum. Si penulis begitu detail menggambarkan Lhok Nga sebelum dan sesudah bencana tanpa timbul kesan mengurui dan membosankan. Serta tokoh-tokoh lain di sekitar Delisa. Ada Teuku Umam, teman sepak bola-nya, Tiur si anak yatim yang mengajarnya naik sepeda, Ustadz Rahman, guru mengajinya. Koh Acan, si penjual emas, Sahabat barunya , Suster Sophi, prajurit Smith dan boss-nya pak Ahmed yang ‘galak’ itu dan Kak Ubai, sukarelawan PMI.

 
Trus, gimana dong kelanjutannya?

Baca sendiri deeeeh….dijamin, paling tidak, mata kalian ikutan sembab seperti saya saat ini. Hiks!


tambahan : seandainya buku ini dibikin filmnya. aaaah.. *berkhayal tingkat tinggi*


33 comments:

Suparka S Raksapradja said...

Bagus resensinya, Ries. Bikin aki pengen baca,.................. Makasih ya.

suwasti dewi said...

kayaknya perlu dibaca neehhh...

a riesnawaty said...

sama-sama Ki......

Duh.. kangen udah lama nggak mampir nih...pengen ke pondok talun lagi.. :)

Agam Fatchurrochman said...

Sepintas mengharukan, apalagi saya sedang berada di Aceh

a riesnawaty said...

highly recomended, jeeeeeng !!!

Arsmo Trias Widodo said...

Bagus mbak, aku dah punya buku ini dari lama.
Dari sekian koleksi buku ini yang paling sering diulang2 untuk membangkitkan semangat..... :D,
Ada satu lagi karangan tere liye - tapi lupa judulnya.
"Ceritanya tentang perjuangan untuk menunjukkan dunia sesuatu terhadap anak yang buta dan tuli".....

a riesnawaty said...

iya Mas Agam.. Jadi inget tsunami di Aceh beberapa tahun lalu. Gimana sekarang kabarnya ya? Jadi pengen lihat Lhok Nga saat ini.

a riesnawaty said...

judulnya : Moga bunda disayang Allah, kan Mas? http://ariesnawaty.multiply.com/reviews/item/5

*heran deh... kayaknya si penulis ini spesialisasi mbikin orang pada nangis ..*

Suparka S Raksapradja said...

Kapan mau kesana lagi ? Aki, kadang kesana seminggu/sebulan sekali. Bawa makanan,.........., baca, lihat kebun talun, ngurus tanaman, ..... tidur.

a riesnawaty said...

duh.. nggak berani janji Ki. takut nggak bisa ditepati. Tapi pasti saya telpon Aki kalo ada kesempatan kesana. Makasih lho Ki..

tinoy tinoy said...

mmhhh .. jadi pengen baca juga bukunya ...
kira2 .. ikutan nangis2 juga ga ya ?? hehehe ...

- rARa siTta - said...

bener banget....
ini buku ga da duanya deh
bikin malu rasanya kalo dibandingin ma delisa

a riesnawaty said...

hmmm... meragukan.;)

a riesnawaty said...

iya mbak rara.. betul banget.

Agam Fatchurrochman said...

sempat ke lhok nga? saya hanya bisa banda aceh saja, keliling sana sini.
ada acara apa dulu ke sana?

mlaku mlaku ambar said...

ariesna dung yang bikin :)

L Tjahjono said...

Pasti ikutngantri di premiere-nya ya :D

Penjaga Makam said...

Gue dah sempat baca tuntas tuh non, walau mencuri-curi jam kantor sambil lesehan di ruang server... hehehehe.. Thanks buat infonya.

Ariesnawaty : seandainya buku ini dibikin filmnya. aaaah.. *berkhayal tingkat tinggi*...

Gue bisa bilang : ini akan jauh lebih baik dari sekedar "Ayat-ayat Cinta"*. Sayang gue nggak punya modal buat jadi produsernya. :D

*bukan pengagum novel dan film "Ayat-ayat Cinta"

a riesnawaty said...

sama-sama mas....

*untuk produser.. kayaknya kita harus mencontek MD entertainment itu deh. :) *ayat-ayat cinta de movie* modalnya nggak tanggung-tanggung, promonya apalagi.yg punya target s.d. tujuh juta penonton

a riesnawaty said...

yaaah .. mbaaaaar....*sigh mode on*

a riesnawaty said...

ikutan ngantri sambil bawa popcorn.berdiri di belakang cahyo-chiputs-si kecil .. xixixi...

ical saleh said...

terus harga brp ya kalo di jkt..?

Di Kepri belum ada nih..?

*lagi seneng baca*

a riesnawaty said...

harganya rp 38,500

*lagi seneng baca? ikut seneng ndengernya*

eca   said...

dulu waktu beli (2006) by accident, krn buku yg saya cari ngga ada, daripada ga dapet hasil akhirnya "terpaksa" beli bukunya.....ternyata oh ternyata, keterpaksaan yang berbuah manis..bukunya buaaaguuusssss :)

a riesnawaty said...

dapet bintang lima :)

eca   said...

soalnya suka banget mba, sampe dibaca berulang-ulang :))

a riesnawaty said...

nah.. itu dia. masih banyak karya tere-liye lainnya yang nggak kalah serunya lho.

shillouette eugene said...

aku coba cari di gramed malam ini

a riesnawaty said...

oiya mbak, waktu itu nyari di toko buku rada susah. Mungkin karena cetakan lama. dan kadang-kadang mereka memasukkan buku ini ke dalam kategori buku cerita anak islam. tapi kadang2 juga ada di dalam kategori novel..

Darwis Darwis said...

Ariesnawaty, sy tere-liye, request ijin utk menggunakan sepotong review Anda.. Kami akan melakukan recover Delisa, rilis ulang.. sepotong review yg akan ada dideretan komen2 pembaca adalah: Saya acungi 24 jempol saking semangatnya (jempol kedua tangan dan kaki saya plus kelima ekor kucing saya). Jempol untuk penulisnya. Kok bisa ya membuat sebuah tulisan yang bisa mengharu birukan hati seseorang? Tulisannya mengalir. Konfl ik dibangun di beberapa tempat (dan tangisan muncul di setiap ada kesempatan). Dan endingnya tidak terlalu memaksakan.

*kalau Aries keberatan, kirim message via MP saya ya. :))

a riesnawaty said...

silakan Mas... monggoooo....

Tjapang. 49 said...

Berarti review ini memang bagus...sampai-sampai penulis buku ikut memuji
selamat-selamat...

a riesnawaty said...

silakan mbaca mas....

 
;