ariesnawaty Offline Send Email
http://photos.yahoo.com/ariesnawaty
Jum’at 21 Januari 2005
KAMPUNG RAMBUTAN
Janjian jam 13.30, begitu aku dateng udah ada Ida. Yang langsung
ngeloyor pergi gara-gara mau ke toilet. Heri yang udah stand by dari
tadi, ternyata nunggu di mushola. Kenalan dulu dan ngobrol sebentar. Tak
lama kemudian Jenny dan Ika datang bersamaan.
“lho? Kok nggak bawa kerir Jen?”
“aku nggak bisa ikut.”
Sambil mengangsurkan tenda kepada Ika dan frame tenda kepadaku.
Memberikan satu kantong logistik kepada Ida dan nyengir kepada Heri.
Kris baru datang. Bengong mengamati pembicaraan yang terjadi antara aku,
Jenny dan Ika. Mendadak pucat wajahnya. Tangannya bergetar. Suaranya
tercekat. Kami semua yang hadir disana jelas bertanya-tanya. Kalo ada
penampakan, ini masih siang bolong, Maaaan!
“Whaduuuh… lupa bawa frame! Tendanya sih bawa. Tapi framenya!
Frame-nyaaaaaaa!” teriaknya sendu.
Matanya mulai berkaca-kaca. Mau balik ke Ciledug. Hiks! Jauh! Bisa tujuh
hari tujuh malam. Itupun setelah melewati tujuh gunung dan tujuh lembah!
*.. he..he… peace Kris! Peace!!*
Jenny segera berunding dengan Ika. Kebetulan, tenda Ika masih ada di
kost-nya Jenny. Tenda Kris dikeluarkan. Rencananya, langsung dibawa
Jenny untuk ditukar dengan tenda Ika. Tak lama kemudian Ika dan Jenny
pergi. Berpapasan sejenak dengan Joko yang sengaja datang untuk
melepaskan kepergian kami (dan mengembalikan kompor trangia milik Ika).
Begitulah. Pada saat yang bersamaan Yanto sudah dalam perjalanan menuju
Serang.
Jam setengah tiga sore.
Baru masuk bis. Diiringi lambaian tangan selamat jalan dari Jenny dan
Mbakyu Djoko. Kami berlima berangkat dari Kampung Rambutan. Aku, Ika,
Ida, Kris dan Heri, duduk dalam satu row. Apalagi yang dilakukan kalau
bukan menghentikan semua pedagang yang lewat.
“gua pengen ngemil nih!” kata Ika. (catatan : masih mengunyah tahu
goreng dan sedang menawar kedondong sementara kacang goreng dan botol
aqua masih nyelip di punggungan kursi depan) Heri langsung terlelap.
Begitu juga Kris. Sementara kami bertiga, sibuk merencanakan trip
berikut. Hua..ha..haa…
Resminya sih jam setengah tiga meninggalkan kampung Rambutan. Tapi
bertambah ½ jam gara-gara ngetem di belokan. Jam 3 baru meluncur.
Sementara Yanto sudah tiba di terminal serang. Sedang makan dan
leyeh-leyeh di mesjid.
TERMINAL SERANG
Hanya satu setengah jam, bis transit sejenak di Terminal Serang. Posisi
turun kami sedikit aneh. Melintang di tengah jalan. Diantara angkot dan
orang-orang yang berlalu lalang. Estafet menurunkan kerir dan berjalan
menuju mesjid. Harapanku sih segera berjumpa dengan Yanto yang
legendaris itu … he..he.. *pletaaaaakkk…. !!! catatan : disambit sandal
jepit*
Faisal pun rencananya bakal menjemput kami di terminal. Janji-jani
tinggal janji, bulan madu hanya mimpi…. Yang ada cuma sms singkat *
yaaa.. namanya juga short message*
“naek L300 aja sampe Gorda. Ongkos 2000 per orang. Yanto udah disini”
Setelah aku menuntaskan panggilan alam dan Ika beredar di sekitar
terminal. Kami naek L 300 yang ada di terminal (bus luar kota dan dalem
kota jadi satu) menuju Balaraja.
Nggak perlu ngetem karena penumpang sudah cukup banyak. Keril diikat dan
diletakkan diatas atap. Heri duduk di depan. Aku, Ika dan Ida menempati
kursi belakang. Kris? Kris? *panic style*
Rupanya dengan rambut berkibar-kibar sedang bergelantung santai di pintu
mobil. Menjadi asisten tak resmi dari kernet L 300. Setengah jam
perjalanan dari sana, kami turun di prapatan Gorda.
KOS FAISAL
Menurunkan keril. Dan diserbu puluhan tukang ojek (berikut motor
masing-masing) yang memang mangkal di prapatan. Ika sudah nangkring di
seberang jalan. Foto-foto. Sedang kami berempat merapatkan barisan,
nyaris ciut nyalinya diserbu tukang ojek.
“Gih telpon Faisal!” kata Ida (mata siaga ; kaki, posisi kuda-kuda)
(Kris posisi menelpon)
“Bilangin! Kami minta di rescue!” kataku menambahkan (mata juga siaga;
pengen naek ojeg)
(kris tetap menelpon)
Tak berapa lama, muncul rombongan (aduh saking banyaknya) dari seberang
jalan. Menghampiri kami. Berhubung aku belum kenal satupun dari mereka.
Maka di perempatan jalan itu terjadi perkenalan antara kami.
Menebak-nebak, mana yang namanya Faisal, mana yang namanya Yanto … mana
yang namanyaToto … saking gembiranya, semua kusalami *termasuk tukang
ojek*
Faisal dengan rambut kiwil-kiwil diikat kecil-kecil. Toto dengan rambut
gimbal yang diikat kebelakang dan Yanto dengan cengiran selebar monitor
17 inchi menyambut kami semua.
Jam 5 sore
Sudah ada di kos-kosannya Faisal. Buat temen-temen yang dulu rajin
nonton filem Melrose Place, pasti nggak kaget lagi bila melihat suasana
hunian tempat tinggal Faisal. Setelah di rescue dari tukang ojek. Kami
memasuki jalan setapak. Keluar masuk daerah hunian yang padat. Melompati
pagar. Melewati halaman orang dan beberapa jemuran.
Kamar Faisal ada di lantai dua. Berukuran 3 x 4 m2. Gedung dengan bentuk
huruf U ini uniknya, memiliki satu lapangan bulutangkis dan satu sumur
pada inner court Melrose Place mereka. Mengaku sebagai Rangga *Rangga?
Rangga-nya AADC? gubraaaakk* Faisal sering beredar berkeliling
menyambangi penghuni kos lainnya.
“nganggu cewek mulu!”
“Kalo nggak kita ngangguin. Mereka yang nggangguin kitaaaaa” Sekarang
Adit yang menjawab. *adit? Aditnya Eiffel I’m In love??? * Rupanya Iyat
alias Ridho Hidayatullah menjawab.
Aku, Ika dan Ida ditempatkan pada kamar Faisal. Sementara Ia sendiri,
mengungsi ke kamar sebelah (yaah .. beberapa kamar deh jaraknya) bersama
Kris, Heri dan Yanto.
Hujan rintik sore itu tidak menyurutkan semangat kami semua. Malah
suasananya syahdu sekali.
Malamnya. Kami dinner pecel lele di warteg depan. Belanja tambahan
logistik di Alfa Mart Gorda. Dalam perjalanan pulang, Yanto punya ide
gila untuk membawa sebuah semangka berdiameter 40 cm ke puncak.
Syaratnya cuma satu :
“asal bukan gue yang bawa!”
Beranikah kami menerima tantangan Yanto? Jawabannya ada pada catper
berikutnya.
No comments:
Post a Comment