Kurang lebih 2 jam perjalanan yang panjang dan 'menyesatkan' melintasi kebunpenduduk, melewati aliran air, bertemu bangunan runtuh, beberapa rumahladang dan akhirnya sebuah makam."Ini kebun duren Ris. Kalo yang ini, kebon kopi...., itu kebon kelapa"Membuat aku bertanya-tanya di dalam hati. Apakah ini naik gunung atausedang tour de kebuns? Hehehehe. Saran saya nih, jalan pas terang aja jadibisa tanya-tanya atau minta anter penduduk deh, minimal sampe deket pos 1.*kata orang-orang mah, pengalaman pribadi, jangan terulang kembali*Kemudian kami jumpai rumah kebun milik pak Adjat, rumah kebun ini cukupunik, karena memiliki private pancuran air di belakang rumahnya. Dari rumahPak Adjat tersebut jalur masih terus sedikit naik keatas.*Stop press! Jangan tergoda untuk terus naik keatas walau jalurnya cukupjelas. Karena, setelah 0.5 jam berjalan naik, jalurnya mulai tertutup samasekali. *Rupanya itu jalur ke kebun orang*Setelah beranjak dari rumah pak Adjat, jalur terus naik hingga kami bertemudengan beberapa pohon kelapa, dan sebatang pohon pinang. Itulah tandanyabahwa kami harus berbelok ke kanan dan turun. Melewati dua aliran air danbarisan batuan besar yang berlumut, hingga setengah jam kemudian kami tibadi pos 1. Tepat sebelum pos 1, ada sebuah pancuran lagi dari bambu, aliranair diantara bebatuan, tumbuhan pakis disana sini dan 'markas besar' pacettentunya :-)Setelah itu, jalur terus naik pada satu punggungan. Aku hitung kurang lebihada 4-5 pos hingga ke puncak. Di setiap pos, ada dataran yang cukup luas*mungkin sekitar 2-3 tenda buat ngecamp* dan papan tripleks besar bercatmerah bertuliskan himbauan untuk menjaga kebersihan. *hmmm... saluuuut!*Di awal pendakian, banyak sekali jalur yang on off tertutup rumput setinggikepala. Sejam kemudian, masih kami temui ladang cengkeh dan beberapa rumpunbambu. Setelah itu, mulai memasuki pintu rimba dan vegetasinya amat sangatrapat.Masih adakah pacet, saudara-saudara? Tentuuuuuu! Juga jalur baru bekasdilewati makhluk gendut namun berbadan sekseh :-) *babi hutanmaksudnyaaaaa*Tidak hanya itu, sesekali kami dikejutkan pula oleh Momon yang mengintipdengan ekspresi ingin tahu dari pucuk pepohonan."Lho? Kok gue bisa bercermin?" tanya Joe ketika berhadap-hadapan denganmomon *catatan penulis : no comment!..hihihihi..*Kami terus memasuki daerah penuh pohon yang tinggi dan rapat. Setelah itukami mulai menuruni lembah, untuk kemudian naik kembali hingga pos 5.Jalurnya sempit sekali. Jurang di sisi kanan dan kiri kami.*Hati-hati, karena selain itu tanah mudah runtuh. Beberapa kali kami harusmerangkak dan meloncati portal kayu yang licin. Tapi nggak usah khawatir,sepanjang jalur menuju keatas, banyak sekali tanda panah dari aluminium yangdipasang pada batang pohon*Dan akhirnya, tibalah kami di puncak gunung Rajabasa. Puncaknya sendiritidak terlalu luas. Berupa dataran rumput memanjang, cukup untuk dipasang 3tenda berurutan. Disana kami dapat memandang lepas kearah laut.Capek!Tapi seneng, terutama Joe."Seeeep lah Ries, disini udah terang. Tempatnya terbuka terkena sinarmatahari langsung. Kagak mungkin ada pacheeeet. Hehehehe....."Aku nggak berani njawab. Karena aku lihat, seekor pacet bergerak perlahanmendekati betis Joe. Hihihihihi......Lha? Serius amat bacanya. Plis deh! Hidungnya nggak usah sampe nempel dimonitor gitu. Hayo, kembali kerja!! *kumpeni style* :-)Ceritanya udah tamat. Sampe ketemu lagi ya di catper berikut./t/a/m/a/t/serpong, senin 20 pebrur 2006[Uh! You know, I hate Monday!]--------------------------------------------------------------------------------\-----------------------------------Sekilas ingpoh!Gunung Rajabasa 1281m dpl [4,203 feet]; terletak di Lampung, Sumatra,Indonesia; Latitude: 5.78°S 5°47'0"S Longitude: 105.625°E 105°37'30"ETipe gunung strato; masih ada aktifitas Fumarol. Aktifitas erupsinya tidakdiketahui, tapi terakhir dilaporkan ada pada bulan april 1863 dan mei 1892.Vegetasi dan hutannya sangat variatif dan cukup 'perawan' karena letaknyahampir berada di tepi pantai.Menuju kesana :Banyak sekali angkutan menuju kesana. Dari Jakarta dapat ditempuh dengan busyang berangkat dari terminal Kampung Rambutan atau terminal lainnya yangmenuju pelabuhan Merak di Banten [ac ekonomi Rp 20.000] kurang lebih sekitar2 jam perjalanan, kemudian dilanjutkan dengan kapal ferry [bisnis dewasa Rp10.000 atau ekonomi Rp.7700] yang selama 2 jam menyeberang menuju pelabuhanBakauheni di Lampung. Selepas Pelabuhan Bakaheuni tinggal naik angkot dariterminal yang ada di depan pelabuhan, angkot berwarna kuning [Rp 10.000]tujuan Kalianda dan turun di daerah Sukamandi, persis berhenti di depanpintu gerbang desa menuju desa Sumur Kumbang. Alternatif lain adalah naikangkutan umum dan turun di depan kantor Pemda Lampung Selatan barudilanjutkan dengan ojek menuju ds. Sumur Kumbang. Lama perjalanan sekitar 30menit. Setelah itu langsung disambung dengan ojek [Rp 10.000] tujuan KampungSumur Kumbang dengan total waktu tempuh sekitar 15 menit.Perlu diketahui di Kampung Sumur Kumbang ini banyak sekali komunitaspenduduk bersuku sunda. Bila perlu, di kampung ini pula dapat memintabantuan kepala dusun untuk mencari penunjuk jalan.Info jalur :Total waktu pendakian sekitar 6-8 jam perjalanan. Ada sekitar 6 pos hinggake Puncak. Di puncak ada jalur turun menuju kawah yang sudah menjadi danau.Cukup banyak tempat buat ngecamp selama jalur pendakian. Bekal air sebaiknyadipersiapkan sebelum naik. Masih banyak sumber air sebelum pos 1. Tetapiyang harus diperhatikan adalah pacet, karena Rajabasa sendiri terkenalsebagai 'gudang pacet'. Jalurnya sendiri cukup aman dan jelas mengikuti satupunggungan gunung.Menurut penduduk setempat, bila ingin turun ke danau, waktu tempuh daripuncak sekitar 0.5 - 1 jam perjalanan.Info lainnya :* Danau tersebut menjadi tujuan utama bagi penduduk lokal maupun orang yangkhusus datang untuk berziarah. disana ada yang disebut 'batu cukup' ; kononsebanyak apapun orang berdiri diatasnya, akan selalu cukup. Kalau beruntung,orang yang datang dapat menemukan batu kabah. Mengenai ukuran sendiri kurangjelas, ada yang bilang seukuran 1x2 meter. Apakah batu tersebut dapatmengarah ke arah kiblat atau berasal dari Kabah?* masih jadi misteri.* Ada satu pantangan/ pamali yang dipercaya oleh penduduk Sumur Kumbangdisana, apabila hendak membuat api unggun agar tidak mematahkan rantingdengan tangan, tetapi harus ditebas dengan pisau.* Kebanyakan kendaraan umum tidak beroperasi lagi setelah gelap. Pastikankembali ke kota sebelum gelap.* Informasi lain mengatakan bahwa untuk menuju Gunung Rajabasa dapatditempuh dari desa terakhir yaitu dari desa Cugung. Waktu tempuh hingga kepuncak sekitar 5-6 jam perjalanan. *but, not corfirmed yet*
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment