"Haaaauuuuu, Arriiiiiiisssss!" teriak Joe pernuh rasa pilu, tidak hanya sampai disitu saudara-saudara, lolongannya dilanjutkan dengan sentuhan "Huwow..huwoooooow!!!! " Ibarat lagu-lagu era gelas-gelas kaca-nya Nia Daniati di tahun 80-an, rasanya kurang tepat deh bagi orang yang berperawakan setinggi dan segede Joe untuk menjerit pilu seperti itu.
Saat itu kami sedang dalam perjalanan turun. Walau tidak dihajar hujan seperti hari pertama. Tapi, tetap saja. pacet menyerbu dari segala arah. Mendeteksi panas tubuh kami, dan dengan riangnya bergelantungan diantara betis-betis kami yang bohay ini..*Halah!*
"Tolongin doong!" katanya sambil tersedu-sedu " Lepasin pacetnya!"
*gubraaaaakkks!* Tuh anak kebangetan yah?! Nggak liat apa, aku sendiri juga sedang sibuk mencabut dan menjentikkan pacet jauh-jauh dari kaki dan pergelangan tangan *yang dalam gerakan slow motion, si pacet yang bertubuh kenyal, panjang dan mungil itu, yang berwarna merah tua kehitam-hitaman, menggeliat penuh arti, bergerak dan bersalto berkali-kali di udara hingga kemudian jatuh diatas tanah dengan kelenturan tubuh yang cukup fantastis* Dengan kata lain, jauuuuuh bangeeet deh!
Setelah 'operasi pacet' selesai *emang pak polisi aja yang bisa ngegelar operasi ketupat, sumpe..kagak nyambung!*, mulailah aku membantu Joe melepas pacet dari gaithernya. Yup! Walau ia sudah memakai celana panjang tebal, ditambah gaither pula', masih saja pacet yang lucu mungil dan imut itu menelusup hingga ke dalam. "Gue ogah brenti Ris!" tekadnya penuh arti. "Kalo bisa, jayuzzz...jalaan teyyyyuuuuzzzzz!"
"Yeeeeee!!!" protesku keras. Kalo pas turun sih kagak kenapa-kenapa. Coba kalo berani bilang begitu pas kemaren naek. Bisa-bisa ada 'keril terbang' [catat : segede kulkas] yang melayang mulus dan menimpuk kepalanya :-). Jalur naeknya bener-bener uhuuuuuy! Beberapa kali nyasar di kebun penduduk *di kebon orang gitu loooooh* thanks god [sambil menangkupkan keduabelah tangan] akhirnya kami bisa juga bertemu dengan 'jalur yang sebenarnya' *efek echo* Sebenernya, rasa penasaran untuk berkunjung ke Rajabasa, sudah ada sejak akhir September 2004 lalu *Temen-temen, tentunya masih inget kopdar HC je je es bareng ke Gunung Krakatau kemaren?* Yup! Ketika itu tiga angkot menuju Pelabuhan Canti yang kami tumpangi pelan-pelan sedang mengitari kaki gunung Rajabasa. Aku lagi duduk di depan, samping pak kusir eh ... samping pak sopir. Nggak mungkin laah yau, gunung segede itu terlewat dari pandangan. Persis ada di tepi pantai. Asyik juga kali ya, turun dari situ berenang-renang di pantai? :-) Berhubung, akhir januari kemarin, ada harpitnas yang tidak boleh dicuekin begitu saja :-) Aku pikir, nggak ada salahnya sekali-sekali melirik gunung yang ada di
pulau sebelah. Mulai browsing dan tanya sana sini. Sulit juga untuk dapet informasi yang lengkap. Nggak selengkap gunung-gunung di pulau Jawa atau gunung dengan ketinggian diatas 3000 meter. Makasih buat temen dari milis tetangga yang kebetulan berdomisili di Lampung. Darinya, aku bisa dapat cukup info untuk berkunjung kesana. Jalur yang kami ambil adalah melalui ds. Sumur Kumbang di daerah Canti. Data lengkapnya, entar bisa dilihat di akhir catper. So, sampe dimana kita tadi? *celingak celinguk mode on* oh iyah! Back to kebon. Tapiiii, lanjutannya mbesok aja yah?
Saat itu kami sedang dalam perjalanan turun. Walau tidak dihajar hujan seperti hari pertama. Tapi, tetap saja. pacet menyerbu dari segala arah. Mendeteksi panas tubuh kami, dan dengan riangnya bergelantungan diantara betis-betis kami yang bohay ini..*Halah!*
"Tolongin doong!" katanya sambil tersedu-sedu " Lepasin pacetnya!"
*gubraaaaakkks!* Tuh anak kebangetan yah?! Nggak liat apa, aku sendiri juga sedang sibuk mencabut dan menjentikkan pacet jauh-jauh dari kaki dan pergelangan tangan *yang dalam gerakan slow motion, si pacet yang bertubuh kenyal, panjang dan mungil itu, yang berwarna merah tua kehitam-hitaman, menggeliat penuh arti, bergerak dan bersalto berkali-kali di udara hingga kemudian jatuh diatas tanah dengan kelenturan tubuh yang cukup fantastis* Dengan kata lain, jauuuuuh bangeeet deh!
Setelah 'operasi pacet' selesai *emang pak polisi aja yang bisa ngegelar operasi ketupat, sumpe..kagak nyambung!*, mulailah aku membantu Joe melepas pacet dari gaithernya. Yup! Walau ia sudah memakai celana panjang tebal, ditambah gaither pula', masih saja pacet yang lucu mungil dan imut itu menelusup hingga ke dalam. "Gue ogah brenti Ris!" tekadnya penuh arti. "Kalo bisa, jayuzzz...jalaan teyyyyuuuuzzzzz!"
"Yeeeeee!!!" protesku keras. Kalo pas turun sih kagak kenapa-kenapa. Coba kalo berani bilang begitu pas kemaren naek. Bisa-bisa ada 'keril terbang' [catat : segede kulkas] yang melayang mulus dan menimpuk kepalanya :-). Jalur naeknya bener-bener uhuuuuuy! Beberapa kali nyasar di kebun penduduk *di kebon orang gitu loooooh* thanks god [sambil menangkupkan keduabelah tangan] akhirnya kami bisa juga bertemu dengan 'jalur yang sebenarnya' *efek echo* Sebenernya, rasa penasaran untuk berkunjung ke Rajabasa, sudah ada sejak akhir September 2004 lalu *Temen-temen, tentunya masih inget kopdar HC je je es bareng ke Gunung Krakatau kemaren?* Yup! Ketika itu tiga angkot menuju Pelabuhan Canti yang kami tumpangi pelan-pelan sedang mengitari kaki gunung Rajabasa. Aku lagi duduk di depan, samping pak kusir eh ... samping pak sopir. Nggak mungkin laah yau, gunung segede itu terlewat dari pandangan. Persis ada di tepi pantai. Asyik juga kali ya, turun dari situ berenang-renang di pantai? :-) Berhubung, akhir januari kemarin, ada harpitnas yang tidak boleh dicuekin begitu saja :-) Aku pikir, nggak ada salahnya sekali-sekali melirik gunung yang ada di
pulau sebelah. Mulai browsing dan tanya sana sini. Sulit juga untuk dapet informasi yang lengkap. Nggak selengkap gunung-gunung di pulau Jawa atau gunung dengan ketinggian diatas 3000 meter. Makasih buat temen dari milis tetangga yang kebetulan berdomisili di Lampung. Darinya, aku bisa dapat cukup info untuk berkunjung kesana. Jalur yang kami ambil adalah melalui ds. Sumur Kumbang di daerah Canti. Data lengkapnya, entar bisa dilihat di akhir catper. So, sampe dimana kita tadi? *celingak celinguk mode on* oh iyah! Back to kebon. Tapiiii, lanjutannya mbesok aja yah?
Serpong 17 feb 2006 [thank's god it's Friday]
No comments:
Post a Comment