Kisah sebelumnya : a little town called LASEM
Pernah melihat sapi karapan dari dekat? Maksud saya benar-benar ada di dekatnya. Menyentuh kupingnya, menepuk-nepuk pundaknya dan merasakan dengus nafasnya? Ah.. kami beruntung sekali. Gara-gara kami tunda pergi ke Sumenep sore itu, kami jadi mampir ke rumah Teguh.
Teguh ini salah satu anggota Bangkalan Scorpio Riders (BSR). kami kira dia hanya berkelakar waktu bilang ada sapi karapan disini.
Kami bertiga –saya, suami saya dan Loeloe- menjerit bagai orang yang belum melihat sapi.
Ini karena Toni bilang mau menemani kami ke Sumenep.
“Tapi, malam ya… setelah acara tahun baruan bareng BSR”
Karena itulah selepas memandikan si Malih dan si Rohman dan makan siang (sebenernya sih udah jam empat sore), kami mampir ke basecampnya BSR, sebuah warnet di jalan KH. Moh. Kholil yang ada di jantung kota Bangkalan. –saya jadi inget basecampnya YSC Garut-
Nah, dari basecamp inilah persinggahan kami berujung ke rumah Teguh, untuk istirahat dan numpang mandi. Dan berkenalan dengan si ganteng La Ya La.
Agak sulit juga mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Teguh bilang La Ya La itu artinya si pembuat onar atau si pembuat kegaduhan. Di rumah (mertuanya) yang besar itu, di salah satu garasi mobil, ada bilik tempat sapi ini bermukim.
Dan si pembuat onar itu –yang sempat ditawar orang 80 juta rupiah- sedang melahap cemilan sorenya. Satu baskom besar berisi jamu, telur dan rumput yang diaduk menjadi satu. Ehmmm.. nikmat sekali kelihatannya.
Dia bilang tiap dua minggu sekali pasti diajak olahraga. La Ya La rajin ikut kompetisi. Pialanya banyak berjajar di dalam rumah. Di pertandingan yang lalu hadiahnya malah sebuah sepeda motor. Waaaaa…. Maaaauuuuu… jangan-jangan motor scorpio ya?
Hahaha…nah kalau ingin nonton the real karapan sapi (bukan yang sengaja dibuat hanya untuk konsumsi turis) silakan mampir ke pulau ini antara bulan agustus-september-oktober (kalau nggak salah denger ) karena tiap tahun selalu ada kompetisi mulai dari tingkat kecamatan hingga antar kabupaten.
Cukup lama juga kami disana. Kami sempat mandi, tidur dan nonton TV. Toni datang menjemput. Dan baru pukul sembilan malam kami beriringan menuju rumah Zaenal. Kalau kalian masih ingat, Zaenal ini juga salah satu member BSR. Uniknya, tempat tinggal mereka masih di situ-situ juga. Masih satu komplek. Kalau dipikir enak juga kalau mau kopdar. Mungkin nama klubnya diganti aja jadi TSR, Tetangga Scorpio Riders.. hihihi….
Sampai disana, sudah banyak yang datang. Ada Wawan dan boncengernya. Toni, Yaya, Teguh –yang mondar-mandir kayak setrikaan-
“Ada acara tahun baruan juga di rumah” repot ya Guh kalo jadi selebritis.. kwkwkwkwk..
dan juga ada Umam aka Umang. Dia adiknya Toni. Zaenal ini punya warung di rumahnya. Anak laki-lakinya ada dua orang. Tiga ekor bebek dipotong dan dia sendiri yang memasak bebek bumbu rica favoritnya.
Senang melihatnya multitasking, mengawasi warung, mengasuh anak dan mengaduk-ngaduk masakan –kompor minyaknya sengaja di bawa keluar- sementara kami duduk beralas tikar di dekatnya.
Hari keempat , Jum’at ; 1 Januari 2010; DARI API ABADI HINGGA AIR TERJUN TOROAN
(yang nggak kesampean)
API YANG TAK KUNJUNG PADAM
Pukul sebelas malam. Dengan wajah puas karena kekenyangan, kami pun pamit menuju Sumenep. Toni, Umang+Nani (boncenger) turut menemani. Full gear, lengkap dengan pelindung lutut. Hujan rintik menemani dan tanpa kami sadari, ternyata kami melewati pergantian tahun dalam perjalanan dari Bangkalan menuju Sampang.
Selamat tahun baruuuuuu yaaaa …..!!!!
Jarak Bangkalan-Tanahmerah-Blega sekitar 41 km, kemudian Blega-Sampang 22 km jauhnya, Dari Sampang-Tianakan-Pamekasan sejauh 25 kilometer. Yang agak jauh sih dari Pamekasan-Galis-bluto-Sumenep, sekitar 59 kilometer.Toni bilang, sekitar 2-3 jam deh. Hiks..! hiks! Subuh doooong?
Sekitar 15 menit sebelum masuk kota Sampang, kami mampir ke desa Larangan tokol di kecamatan Tlanakan, Orang-orang disini menyebutnya dhangka atau api abadi. Konon dulu pernah diambil apinya untuk api PON tahun 1992.
Dari penduduk yang berjaga di jalan masuk desa, kami dikutip Rp 3000 per motor. Sudah pukul satu dinihari dan masih ada juga ABG-ABG Sampang yang nongkrong di sekitar api ini.
Api ini muncul begitu saja dari tanah. Ada beberapa titik api yang kemudian dibuatkan pagar pembatas di sekelilingnya. Di sekitar tempat ini juga ada kios-kios yang menjual souvenir khas Madura, warung kopi dan beberapa toilet umum.
Kami bersalaman saling mengucap selamat tahun baru. Lulu penasaran ingin membakar pisang dengan salah satu api abadi ini. Suami saya kelelahan (dan juga ngantuk) jadi nggak begitu mood waktu saya minta untuk jadi model foto.
Toni menawari kami kopi. Saya sih nggak pernah nolak tapi kopi item yang saya pesan, rasanya aneh. Bubuk kopinya ditumbuk kasar, dan gulanya … astaga.. ini sih kolak kopi. Manis banget! Hehehe…
MONUMEN ARE’ LANCOR
Hanya setengah jam kami di api abadi itu. Setengah jam kemudian kami sudah masuk kota Pamekasan. Sudah pukul dua subuh. Ada satu monumen yang sayang untuk dilewatkan ketika ada di Pamekasan. Monumen Are’ Lancor namanya. Are' dalam bahasa madura berarti clurit.
Monumen ini ada di depan Masjid Agung Asyuhada. Mungkin karena ini malam tahun baru, masih banyak ABG-ABG Pamekasan yang sedang nongkrong di alun-alun dan di pinggir jalan. Malah ada yang menyeret speaker segede gaban dan bergoyang di depannya. Ayoo goyaaang!
SUMENEP, TANAH PARA RAJA
Tadi kami tiba pukul tiga subuh. Sempat berputar-putar mencari penginapan. Dari info yang saya googling sebelum kesini, ada beberapa sih yang direkomendasikan. Tapi akhirnya kami tiba di hotel Wijaya II yang ada di jalan Wahid hasyim. Kami pilih kelas ekonomi, harganya Rp 40,000 semalam, double bed, dapat kipas angin, teh manis/ kopi walau kamar mandinya ada di luar. Tapi cukup bersih kok. Kamarnya juga bersih,
Tapi suami saya dan toni tidak langsung tidur. Malah duduk dan ngobrol di depan TV yang ada di ruang depan. Saya cukup paham tipe orang seperti ini. Kalau lelah, mereka nggak bisa langsung tidur. Sebaliknya, Lulu dan saya. Kami segera beres-beres, mandi dan langsung tidur.
Bagaimana Umang dan Nani?
Waktu pagi baru saya tahu. Kepalang tanggung menjelang subuh, mereka pergi sholat di mesjid tidak jauh dari penginapan. Dan sepatu Nani hilang. Ah.. jadilah pagi itu mereka keliling sebentar untuk beli sepatu baru.
Jadi praktis baru pukul sebelas siang kami meninggalkan hotel. Trip hari ini disesuaikan dengan waktu yang kami punya deh. Makan siang dulu, ke keraton Sumenep, ke pantai Lombang dan pulang ke Bangkalan melalui jalur utara. Walau sebenarnya saya kecewa karena masih banyak sekali objek menarik disini. Semoga saya bisa datang lagi kesini.
PANTAI LOMBANG TEMPATNYA CEMARA UDANG
Pernah lihat pohon cemara udang? Penasaran kan? Ah.. ini yang selalu terbayang sejak saya di Jakarta. Seperti apa ya? Cemara biasanya ada di gunung atau tempat yang dingin. Tapi ini ada di pantai? , pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia (yang lainnya ada di Cina) yang ditumbuhi pohon cemara udang.
Jam setengah satu kami sudah ada di tepi pantai. Pantai Lombang ini berada di desa Lombang, di kecamatan Batang-Batang, jaraknya 30 km timur laut dari Sumenep. Sayangnya langit sedang tidak bersahabat. Hujan seperti ditumpahkan dari langit. Walau tidak terlalu lama, kami berteduh sebentar. Saya sudah kehilangan selera untuk motret. Apalagi ditambah tempat parkir dan pantai yang penuh dengan orang.
Ah… namanya juga hari libur saya memang tidak punya pilihan. Tapi pantainya memang cantik. Pasirnya putih kemerahan. Dan Pohon cemara udangnya membingkai pantai dengan indahnya. Dan langit kembali terang. Awan mulai datang beriringan. Suasana hati saya terbawa perubahan ini.
Maka jadilah kami berfoto lulumpatan. Toni punya seribu ide yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Lulumpatan ala pesilat dan ala pemain terjun bebas pun kami jajal dengan ceria. Aiiiih…saya jadi nggak sedih lagi.
Next : ADA RAMUAN MADURA DI KERATON SUMENEP
Pernah melihat sapi karapan dari dekat? Maksud saya benar-benar ada di dekatnya. Menyentuh kupingnya, menepuk-nepuk pundaknya dan merasakan dengus nafasnya? Ah.. kami beruntung sekali. Gara-gara kami tunda pergi ke Sumenep sore itu, kami jadi mampir ke rumah Teguh.
Teguh ini salah satu anggota Bangkalan Scorpio Riders (BSR). kami kira dia hanya berkelakar waktu bilang ada sapi karapan disini.
Kami bertiga –saya, suami saya dan Loeloe- menjerit bagai orang yang belum melihat sapi.
Ini karena Toni bilang mau menemani kami ke Sumenep.
“Tapi, malam ya… setelah acara tahun baruan bareng BSR”
Karena itulah selepas memandikan si Malih dan si Rohman dan makan siang (sebenernya sih udah jam empat sore), kami mampir ke basecampnya BSR, sebuah warnet di jalan KH. Moh. Kholil yang ada di jantung kota Bangkalan. –saya jadi inget basecampnya YSC Garut-
Nah, dari basecamp inilah persinggahan kami berujung ke rumah Teguh, untuk istirahat dan numpang mandi. Dan berkenalan dengan si ganteng La Ya La.
Agak sulit juga mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Teguh bilang La Ya La itu artinya si pembuat onar atau si pembuat kegaduhan. Di rumah (mertuanya) yang besar itu, di salah satu garasi mobil, ada bilik tempat sapi ini bermukim.
Dan si pembuat onar itu –yang sempat ditawar orang 80 juta rupiah- sedang melahap cemilan sorenya. Satu baskom besar berisi jamu, telur dan rumput yang diaduk menjadi satu. Ehmmm.. nikmat sekali kelihatannya.
Dia bilang tiap dua minggu sekali pasti diajak olahraga. La Ya La rajin ikut kompetisi. Pialanya banyak berjajar di dalam rumah. Di pertandingan yang lalu hadiahnya malah sebuah sepeda motor. Waaaaa…. Maaaauuuuu… jangan-jangan motor scorpio ya?
Hahaha…nah kalau ingin nonton the real karapan sapi (bukan yang sengaja dibuat hanya untuk konsumsi turis) silakan mampir ke pulau ini antara bulan agustus-september-oktober (kalau nggak salah denger ) karena tiap tahun selalu ada kompetisi mulai dari tingkat kecamatan hingga antar kabupaten.
Cukup lama juga kami disana. Kami sempat mandi, tidur dan nonton TV. Toni datang menjemput. Dan baru pukul sembilan malam kami beriringan menuju rumah Zaenal. Kalau kalian masih ingat, Zaenal ini juga salah satu member BSR. Uniknya, tempat tinggal mereka masih di situ-situ juga. Masih satu komplek. Kalau dipikir enak juga kalau mau kopdar. Mungkin nama klubnya diganti aja jadi TSR, Tetangga Scorpio Riders.. hihihi….
Sampai disana, sudah banyak yang datang. Ada Wawan dan boncengernya. Toni, Yaya, Teguh –yang mondar-mandir kayak setrikaan-
“Ada acara tahun baruan juga di rumah” repot ya Guh kalo jadi selebritis.. kwkwkwkwk..
dan juga ada Umam aka Umang. Dia adiknya Toni. Zaenal ini punya warung di rumahnya. Anak laki-lakinya ada dua orang. Tiga ekor bebek dipotong dan dia sendiri yang memasak bebek bumbu rica favoritnya.
Senang melihatnya multitasking, mengawasi warung, mengasuh anak dan mengaduk-ngaduk masakan –kompor minyaknya sengaja di bawa keluar- sementara kami duduk beralas tikar di dekatnya.
Hari keempat , Jum’at ; 1 Januari 2010; DARI API ABADI HINGGA AIR TERJUN TOROAN
(yang nggak kesampean)
API YANG TAK KUNJUNG PADAM
Pukul sebelas malam. Dengan wajah puas karena kekenyangan, kami pun pamit menuju Sumenep. Toni, Umang+Nani (boncenger) turut menemani. Full gear, lengkap dengan pelindung lutut. Hujan rintik menemani dan tanpa kami sadari, ternyata kami melewati pergantian tahun dalam perjalanan dari Bangkalan menuju Sampang.
Selamat tahun baruuuuuu yaaaa …..!!!!
Jarak Bangkalan-Tanahmerah-Blega sekitar 41 km, kemudian Blega-Sampang 22 km jauhnya, Dari Sampang-Tianakan-Pamekasan sejauh 25 kilometer. Yang agak jauh sih dari Pamekasan-Galis-bluto-Sumenep, sekitar 59 kilometer.Toni bilang, sekitar 2-3 jam deh. Hiks..! hiks! Subuh doooong?
Sekitar 15 menit sebelum masuk kota Sampang, kami mampir ke desa Larangan tokol di kecamatan Tlanakan, Orang-orang disini menyebutnya dhangka atau api abadi. Konon dulu pernah diambil apinya untuk api PON tahun 1992.
Dari penduduk yang berjaga di jalan masuk desa, kami dikutip Rp 3000 per motor. Sudah pukul satu dinihari dan masih ada juga ABG-ABG Sampang yang nongkrong di sekitar api ini.
Api ini muncul begitu saja dari tanah. Ada beberapa titik api yang kemudian dibuatkan pagar pembatas di sekelilingnya. Di sekitar tempat ini juga ada kios-kios yang menjual souvenir khas Madura, warung kopi dan beberapa toilet umum.
Kami bersalaman saling mengucap selamat tahun baru. Lulu penasaran ingin membakar pisang dengan salah satu api abadi ini. Suami saya kelelahan (dan juga ngantuk) jadi nggak begitu mood waktu saya minta untuk jadi model foto.
Toni menawari kami kopi. Saya sih nggak pernah nolak tapi kopi item yang saya pesan, rasanya aneh. Bubuk kopinya ditumbuk kasar, dan gulanya … astaga.. ini sih kolak kopi. Manis banget! Hehehe…
MONUMEN ARE’ LANCOR
Hanya setengah jam kami di api abadi itu. Setengah jam kemudian kami sudah masuk kota Pamekasan. Sudah pukul dua subuh. Ada satu monumen yang sayang untuk dilewatkan ketika ada di Pamekasan. Monumen Are’ Lancor namanya. Are' dalam bahasa madura berarti clurit.
Monumen ini ada di depan Masjid Agung Asyuhada. Mungkin karena ini malam tahun baru, masih banyak ABG-ABG Pamekasan yang sedang nongkrong di alun-alun dan di pinggir jalan. Malah ada yang menyeret speaker segede gaban dan bergoyang di depannya. Ayoo goyaaang!
SUMENEP, TANAH PARA RAJA
Tadi kami tiba pukul tiga subuh. Sempat berputar-putar mencari penginapan. Dari info yang saya googling sebelum kesini, ada beberapa sih yang direkomendasikan. Tapi akhirnya kami tiba di hotel Wijaya II yang ada di jalan Wahid hasyim. Kami pilih kelas ekonomi, harganya Rp 40,000 semalam, double bed, dapat kipas angin, teh manis/ kopi walau kamar mandinya ada di luar. Tapi cukup bersih kok. Kamarnya juga bersih,
Tapi suami saya dan toni tidak langsung tidur. Malah duduk dan ngobrol di depan TV yang ada di ruang depan. Saya cukup paham tipe orang seperti ini. Kalau lelah, mereka nggak bisa langsung tidur. Sebaliknya, Lulu dan saya. Kami segera beres-beres, mandi dan langsung tidur.
Bagaimana Umang dan Nani?
Waktu pagi baru saya tahu. Kepalang tanggung menjelang subuh, mereka pergi sholat di mesjid tidak jauh dari penginapan. Dan sepatu Nani hilang. Ah.. jadilah pagi itu mereka keliling sebentar untuk beli sepatu baru.
Jadi praktis baru pukul sebelas siang kami meninggalkan hotel. Trip hari ini disesuaikan dengan waktu yang kami punya deh. Makan siang dulu, ke keraton Sumenep, ke pantai Lombang dan pulang ke Bangkalan melalui jalur utara. Walau sebenarnya saya kecewa karena masih banyak sekali objek menarik disini. Semoga saya bisa datang lagi kesini.
PANTAI LOMBANG TEMPATNYA CEMARA UDANG
Pernah lihat pohon cemara udang? Penasaran kan? Ah.. ini yang selalu terbayang sejak saya di Jakarta. Seperti apa ya? Cemara biasanya ada di gunung atau tempat yang dingin. Tapi ini ada di pantai? , pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia (yang lainnya ada di Cina) yang ditumbuhi pohon cemara udang.
Jam setengah satu kami sudah ada di tepi pantai. Pantai Lombang ini berada di desa Lombang, di kecamatan Batang-Batang, jaraknya 30 km timur laut dari Sumenep. Sayangnya langit sedang tidak bersahabat. Hujan seperti ditumpahkan dari langit. Walau tidak terlalu lama, kami berteduh sebentar. Saya sudah kehilangan selera untuk motret. Apalagi ditambah tempat parkir dan pantai yang penuh dengan orang.
Ah… namanya juga hari libur saya memang tidak punya pilihan. Tapi pantainya memang cantik. Pasirnya putih kemerahan. Dan Pohon cemara udangnya membingkai pantai dengan indahnya. Dan langit kembali terang. Awan mulai datang beriringan. Suasana hati saya terbawa perubahan ini.
Maka jadilah kami berfoto lulumpatan. Toni punya seribu ide yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Lulumpatan ala pesilat dan ala pemain terjun bebas pun kami jajal dengan ceria. Aiiiih…saya jadi nggak sedih lagi.
Next : ADA RAMUAN MADURA DI KERATON SUMENEP
12 comments:
menarik kisahnya, sapinya cakep..foto2nya yahud!
huhuhu...jadi pengen ke Maduraaaaa... :)
reee... mareeeeeee....
*mbok bariyah style* :D
makasih ya mbak TJ....
asik nih sharing nya....
ikutin terus ya mas.. masih ada sambungannya
yahhuuuddd....
hud...huuuuud! huehehehe...
Hahaha..Foto pertama :..gayanya kompak banget sih mba..Janjian yaa..:-D
disuruh penata gaya-nya gitu puuuts.. hihihi...
ampun itu yang poto dekat sapiiiiiiiii :)))
yg bener,,, sapina yg ndeketin akyuuuuu,,,, hahahaha
Post a Comment