Saya ingin di hipnotis. Seperti yang saya lihat di acara talkshow-nya Oprah itu lho. Ada yang pernah nonton kan? Nah, saya dihipnotis lalu direkam di video kamera. Biar nanti waktu sadar, saya tahu dan paham, apa sih yang selama ini mengganggu benak saya.
Tapi ongkos ke psikiater nggak murah ya? Apa biayanya bisa direimburse ke asuransi?
Hmm… atau saya minta tolong si Romy aja yah? (hihihi.. sok kenaaal) minta dihipnotis sama Romy Raphael. Itu lho, magician yang sedang kondang itu. Tapi tanpa di’permalu’kan di depan umum ya. Hasil obrolan kami teteeeeup kami simpan. Off the record!!
Saya percaya bahwa mimpi juga sebagai salah satu bentuk penyaluran alam bawah sadar. Itu cara dia berkomunikasi dengan alam sadar saya. Sebagian besar memang tak dapat saya ingat ketika saya bangun. Sekeras apapun saya usahakan
. Tapi ada beberapa yang begitu membekas dan saya ingat. Termasuk pagi ini. Memang sudah banyak hilang detailnya. Dan urut-urutan ceritanya. Tapi, hei… emangnya ini film? Mimpi saya nggak pernah runut dan jauh dari logika kok.
Nah, Mumpung masih inget, saya tulis aja mimpi saya semalam. Buat catatan aja, rekaman. Mungkin suatu hari saya akan paham kenapa.
Dalam mimpi saya, kami –saya dan seorang teman- berpapasan dengan seseorang di masa lalu saya. Wajahnya, perawakannya, dan senyumnya masih sama seperti terakhir kali saya melihatnya. Bajunya warna oranye. Anehnya, dia sedang memanggul pikulan. Berat sekali.
Ia tunjukkan tangan dan kakinya yang melepuh. Mungkin karena pekerjaannya yang sekarang ini.
“(rasanya sekarang) jauh lebih lega. Ini semacam penebusan buat saya” katanya. Saya iri. Saya diam. Justru teman saya yang kelihatannya senang berjumpa dan tak henti mengajaknya bicara.
Tapi walau begitu, pertemuan kami rasanya aneh sekali. Tanpa kata-kata kami seperti sedang saling mengirim sinyal
“aku menyesal“"aku minta maaf” dan
I don’t know what to say” Aku masih memandang sayang kepadanya. Sekaligus sedih, sekaligus menyesal dan bilang
“selamat ulang tahun ya. Tanggal 20 kemarin kan?” sambil mengulurkan tangan memberi selamat.
Dan kemudian mereka terus bercakap. Aneh. Sepertinya saya menganggu mereka berdua. Maka saya pamit meninggalkan mereka di belakang.
Itu saja sih ceritanya. Endingnya memang sedih. Tapi begitu saya bangun dan mulai ritual pagi. Sikat gigi, cuci muka, menyapa kucing-kucing saya satu persatu. Dan kemudian menjerang air, membuat kopi dan menyiapkan semangkuk mie rebus untuk suami tercinta. Kepala saya tak henti memeras otak. Dan bertanya-tanya. Kenapa? Kenapa?
Rasanya saya mulai tahu. Ini semacam ucapan perpisahan saya untuknya. Semacam ucapan bahwa pelan-pelan saya mulai melepaskannya. Dan mengucapkan selamat tinggal. Sebuah kerelaan. Bahwa hidup memang terus ke depan. dan saya serahkan ia pada dirinya sendiri. Saya bukan siapa-siapa lagi baginya.
Serpong 07.06 21 April 2009 (sambil denger lagu ‘kecewa’nya BCL. Ditemani mpus Pippy, di ruang musim panas kami <---ruang tamu yang memang lagi disinar matahari pagi. mungkin ntar siang googling tafsir mimpi aaah…
ilustrasi dipinjem dari sini : www.cactusmountain.com