Ketika Ika, ini teman seperjalanan saya, berkata :”Saya mau ke Meulaboh, mau lihat bekas tsunami.” Saya sih, setuju saja. Saya juga ingin tahu kota seperti apa sih Meulaboh itu. Secara, saya juga belum pernah ke sana.
Dengan bentor –becak motor- sewaan, seharian kami berkeliling kota yang ada di tepi pantai ini. Panas sudah pasti. Namanya juga di tepi pantai. Apalagi sore sebelumnya kami baru saja turun dari Takengon, sebuah kota yang terletak di daerah pegunungan.
Meulaboh sudah banyak berbenah diri. Hampir tak nampak kehancuran akibat tsunami tujuh tahun lalu. Walau saat ini pusat keramaiannya telah pindah sekitar 2-4 kilometer dari garis pantai.
Tak banyak yang kami temui ketika kami tuntaskan misi mencari sisa-sisa tsunami. Hanya ada lapangan kosong penuh semak-semak berikut sisa-sisa pondasi bangunan. Namun ada satu yang tak berubah (yaitu) ketika kami melihat papan kayu bertuliskan : KUBURAN MASSAL.
Rasanya masih sama.
Tetap saja menyesakkan dada.
Meulaboh, Kamis 14 September 2011
26 comments:
awalnya pernah sempat bingung cara minum kopi ini :D
Suak Ribee, lokasi yang asik buat nyantai sambil minum kopi sore...
Salam kenal.....
cuma ditempat ini ya yg ada kopi terbalik. Sayangnya hanya sampe magrib. Jadi nggak bisa nongkrong sampe malem. *pake standard ibukota sih ya..hehehe..*
salam kenal juga mas. makasih udah mampir.
Dari tanah kembali ke tanah, ............... demikianlah yang "seharusnya".
Bagus, .............
Wh aku pernah bolak balik banda meulaboh nih setahun lebih
oh ya ? kelihatannya seru tuh.
iya, betul Ki..
Capek bolak balik. Sekali jalan 7-8 jam karena jalan masih ancur. Sekarang kayaknya jalan Usaid sudah hampir selesai ya
udah selesai mas. jalan lebar 9 meter, banda-calang udah mulus banget. tinggal lanjut calang-meulaboh. sebenernya udah bagus juga. tapi kurang lebar. ini update foto2nya :
http://ariesnawaty.multiply.com/photos/album/181/west_coat_aceh-meulaboh
Tak seharusnya mengenang yang telah tiada dengan tanda-tanda. Jasad akan kembali menyuburkan lahan-lahan untuk keperluan yang masih hidup, Mungkin pendapat aki salah Ries.
saya setuju, Ki.
buat saya ini semacam penanda dan peringatan buat yang masih hidup
makam masal kah?
cantik..
pake sedotan yah...?
ipomoea baringtona.... kali ya?
sedaaap
entahlah, mas. saya paling bebal kalo disuruh ngapalin nama-nama family tetumbuhan
apalagi kalo ada secangkir kopi disebelah :p
iya betul. ternyata begitu cara minumnya.
iya, makam massal. tapi nggak dirawat lagi.
tengkyuuuu... *sipu2*
. . . . "Tak banyak yang kami temui ketika kami tuntaskan misi mencari sisa-sisa tsunami. Hanya ada lapangan kosong penuh semak-semak berikut sisa-sisa pondasi bangunan. Namun ada satu yang tak berubah (yaitu) ketika kami melihat papan kayu bertuliskan : KUBURAN MASSAL." . . . .
Februari 2007 saya sempet ke Banda Aceh, masih banyak yg tersisa tentang kedasyatan Tsunami, ga tau kalau sekarang, . . . dan memang pantai-pantainya sangat indah, apalagi ngopi di Ule Kareng ditemani Mie Aceh, indah dunia hehehehe. . . Mba, salam buat Mba Ika, lama tak bersua, apakabarnya? pasti sehat. . .Aamiin. . . :D
Kabar Ika baik. Baru balik dari Brunei. Sehat dan masih sama kek dulu.
Setuju Ki, Rasulullah melarang menambahkan sesuatu di kuburan kecuali batu atau kayu sebagai penanda saja. Apalagi ditinggikan dengan tembok atau bangunan. Menyatulah kembali dengan tanah dari tidak ada menjadi tidak ada lagi dan tidak menjadi ada terus karena bangunan yang membentuk di atasnya.
Btw, Mbak Aries kok nggak ke Leuseur Mbak? overland dulu ya?
iya. persiapannya kurang. Ika jg harus latihan lagi. mau ikut?
Post a Comment