Diantara hiruk-pikuk suami saya yang bangun kesiangan, status kucing-kucing di rumah ini selalu sama. (yaitu) Siap dipanggil untuk makan pagi. Padahal what to do saya setiap pagi cukup banyak. Seperti :
mencuci piring bekas semalam, membuka semua pintu dan jendela, mematikan lampu teras, membuka kunci pintu pagar, merapikan tempat tidur, menyapu lantai lalu menyiapkan kaos kaki, dompet dan HP untuk suami. Dan puncaknya tentu menyiapkan sarapan pagi. Tentu sarapan untuk suami tercinta.
Nah, jika ia sudah rapi jali, saya akan duduk disampingnya dan menemaninya sarapan. Namun seringkali saya –yang merasa dirinya super women ini - selalu merasa bisa untuk melakukan banyak hal dalam satu waktu. Termasuk menyiapkan sarapan untuk keempat kucing ini. Padahal suami saya lebih suka jika saya memberi makan setelah ia berangkat ke kantor.
Bukannya apa-apa, tapi dia tak ingin konsentrasi saya terpecah. Padahal, saya tahu, dia cemburu karena perhatian saya tak hanya untuk dirinya seorang. tapi kan .. cinta saya hanyalah untuknya seorang. *rayuan pulau kelapa mode on*
Walau sering diprotes, tetap saja saya lakukan. Alasan saya hanya satu, saya tak ingin sarapan kami yang romantis ini terganggu hanya karena tatapan sendu dari keempat ekor kucing yang rapi berbaris di dekat kami.
Lalu suami saya mendengus tanda sebal.
Tapi hari ini, karena saya pun bangun kesiangan, saya tak sempat menyiapkan makanan untuk si meong. Saya masih berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi kami. Namun mereka tak pernah patah semangat. Selalu setia menanti panggilan merdu yang menyuruhnya untuk sarapan.
Semua ada di dapur. Pippy ada di dekat karung beras, tidur-tidur ayam karena mengantuk. si Malih tergopoh-gopoh datang karena baru selesai main di taman depan. Si Tiri –ini si kucing kecil, warga baru penghuni rumah ini- membunuh waktu dengan mandi kucing di dekat lemari. Tapi Koko mengeong dan mengemis tanda tak sabar. Mengikuti saya kemanapun saya pergi. Padahal saya sibuk luar biasa.
Lalu tiba-tiba terdengar suara mendesis tanda marah. Dan disambung dengan rintihan kecil menyayat hati. memilukan sekali. Saya langsung menoleh dan……
“Pippppppyyyyyyyy!!!!!!” jerit saya gemas.
Demi melihat Pippy yang baru saja menampol si kecil Tiri. Tiri tak berani untuk lari. Matanya setengah terpejam. Wajahnya pucat pasi. Tubuhnya terpaku di lantai, terlentang dengan keempat kaki menghadap ke atas.
Dan saya hampiri Pippy.
Saya sentil telinganya.
BTR, 25 November 2011 (hari yang mendung dan berangin)
2 comments:
hahaha...berhasil menarik perhatian nih si Pippy... btw kok gambar Tiri g ada..lagian namanya kok Tiri mbak?
oh.. tunggu tanggal mainnya. fotonya tiri nanti aku upload deh. berikut kisah.. kenapa namanya mesti mpus tiri..
Post a Comment