Saya sudah punya firasat buruk ketika tukang sayur itu berlalu dari depan pintu pagar rumah. Pasti deh mereka *ketiga anak mpus Mboy MIMIN-KIKI-KOKO* lupa untuk pulang. Keasyikan bermain sih. Dan nongkrong di rak bawah gerobak sayur. Ini juga yang saya heran. Kok dibiarkan saja oleh si abang sayur. *Oiya, si abang sayur ini juga penyayang kucing. Sekaligus supplier saya untuk urusan stok makanan kucing * Kalo si Mboy sih saya nggak pernah khawatir. Diluar kebiasaannya untuk mengejar-ngejar gerobak tukang sayur, motor bebek penjual ayam dan mengemis pada mbak-mbak yang sedang nyuapin anak asuhnya. Saya yakin, ia pasti tahu jalan pulang.
Tapi mereka?
Benar juga. Ketika mendekati waktu makan siang. KOKO tak nampak batang hidungnya walau sudah saya panggil dan cari di tempat biasanya ia tidur siang.
Sebenernya saya nggak perlu khawatir. Biasanya sih, balik lagi. Paling-paling, dia ketiduran dan lupa jam makannya. Dan biasanya pula ketika bangun –dan dengan perut keroncongan- miau-miau masuk ke dalam rumah dan melahap jatah makan siangnya.
Tapi tidak siang itu.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya KOKO menghilang. Pernah satu waktu ia sempat menghilang 1x24 jam. Pas ditemukan, rupanya ia lagi seneng maen di rumah tetangga yang ada di ujung jalan. Iya deh. Itu rumahnya orang kaya ya ... . Rumahnya lebih bagus dari disini ya, Mpus?
Ia baru mau pulang setelah saya jemput. Walau hati sedikit mangkel karena si KOKO pura-pura nggak kenal saya. Huh!
Pernah juga, suatu ketika saya merasa lelah luar biasa. Itu lho. Me-rescue KOKO dari kapling kosong yang ada di belakang rumah. (kisahnya mengharukan ..hehehe...selengkapnya sih liat sini aja...)
Dalam satu hari saya harus bolak-balik ke belakang untuk menyelamatkannya. Pertama sih masih saya jemput.
Kali kedua. Walau sudah saya peringatkan dengan keras. Dengan isengnya ia justru menghempaskan diri jatuh ke tengah alang-alang yang ada di kapling belakang rumah. Dan setelah bosan bermain, miau-miau minta di jemput.
Dan semalam. Ketika ia melewatkan kembali makan malamnya. Panik mulai menyerang saya. Mosok sih, tiap hari kamis kehilangan kucing. Dendam saya terhadap sindikat penculik kucing kian bertambah. (selengkapnya.......)
Saya telpon suami.
“KOKO hilang!”
“udah dicari?”
“everywhereeeeee!!!!”
“ntar juga pulaaaang”
“kalo gitu. Pas pulang. Jangan dulu masuk rumah. Anter keliling komplek yaaa…”
Komplek ini sudah dua putaran kami lewati. Semua kucing *yang lagi mandi kucing, yang sedang mengasah cakar miau, yang sedang tergeletak tidur, yang sedang mbongkar bak sampah* kami perhatikan.
Siapa tahu, KOKO salah satunya. Kucing iseng yang tidak tahu jalan pulang.
“pasti terbawa sama tukang sayur ya” ratap saya sendu.
“sudahlah hany”
“dan nggak tau jalan pulang. Huuuuhuuuu!”
“….. “
Tapi, kalo dipikir-pikir. Saya yakin si KOKO pasti mampu bertahan di luar sana. Bukankah sudah belajar teknik survival dari ibunya? (pernah diceritakan sebelumnya lho. Selengkapnya baca disini deh)
Ehmmm... Siapa tahu juga sekarang KOKO jadi asisten tukang sayur. Mbantu-bantu jualan keliling komplek setiap harinya. Ah, dengan pikiran seperti itu hati saya mulai sedikit lega.
Malam sudah larut. Sudah jam 10 malem. Sudah empat belas jam KOKO menghilang. Tiba-tiba.
“Hany..Hany” suami saya yang baru selesai shalat isya memanggil dari kamar sebelah.
Ya olooooo… saya lihat si KOKO sedang dipeluknya. KOKO baru pulang. Tampangnya lelah dan badannya kotor sekali. Dan yang jelas, miau-miau kelaparan.
Ah KOKO……kusentil halus telinganya. Jangan ngilang lagi aaah!
Serpong 29 mei 2008 11;46 (Hari ini sih. Si anak hilang lagi bobo’ di kasur mpus yang ada di kamar sebelah. Waaah.. lelah sekali keliatannya. )