(masih dalam rangka re-posting catper yang tersebar entah kemana, Masih dengan kamera FM10 kesayangan. Memperingati trip bareng ibu-ibu PKK J dua tahun silam dengan Ika dan Jenny, 11-13 September 2004)
Tokoh petualangan kali ini:
IKA, Kali ini cewek yang hobbynya memakai kacamata hitam ala Jacky Kennedy itu, membawa dua kamera pocket berisi film berwarna dan hitam putih. Sempat mengacaukan satu toko film di Lawang, karena memborong segala macam merek film. Argumennya : “Eksperimen Ries! Eksperimeeeeenn!!!” Dan tanpa ragu-ragu ia akan mengusulkan penjual sayur dan beras untuk berfoto bersama. Yang paling membahagiakan adalah bila melihat dia sudah memakai kostum baju merah, kerudung kuning berikut tas pinggangnya dalam setiap pendakian. Cuma satu kata : Ika sekali deh!
JENNY, jangan heran kalo dari keril kecil karimorr ‘Doraemon’ nya bisa muncul berbagai barang ajaib. Mulai dari tenda, trangia, bahkan 4 liter air sudah tersedia disana, bermacam-macam snack dan permen pedas. Lengkaaaap! Cewek berkaca mata minus ini, selalu berpakaian hitam-hitam ala Permadi. Super kalem dan super sabar diantara kami bertiga. Ketika kami (terutama saya..he..he..) lelah amat sangat ketika tiba di camp. Dengan sigap, ibu yang satu ini sudah siap dengan trangia dan bertanya : “Aries, mau minum apa? Ika, mau minum apa?” Dengan kamera, handycam dan GPS ditangan…. hmmmmmmm …. Rasanya menyejukkan hati kalau kami bertanya : “sudah ketinggian berapa, Jen?”
Dan saya sendiri, Ariesnawaty ……………….
pagi jam 07.00 di pasar Lawang. Kami bertiga sedang berdiri di depan kios beras & minyak tanah. Cari info plus bertanya dimana kami bisa beli spirtus. Sebagian besar pembicaraan dilakukan dalam bahasa jawa kromo inggil, tapi untuk memudahkan kalian para pembaca, berikut ini terjemahan bebasnya.
Penjual beras: “Mau kemana nih?” (dengan gaya preman-nya ia bertanya, matanya menatap kami dengan tajam)
Jenny : “Rencananya kami mau ke gunung Arjuno Bu” (sambil berdiri di depan tumpukan beras, memilih-milih beras)
temen penjual beras : “Mau kemana sih Mbak-mbak ini?” (Temennya penjual beras yang kebetulan baru datang, berdiri di samping penjual beras, rasa ingin tahunya begitu tinggi sehingga dihentikan aktifitasnya hanya untuk berdiri disamping penjual beras)
Penjual beras : “tuh mau kesana!” (si penjual beras kemudian menunjuk ke arah utara, pandangan mereka berdua manyaput arah puncak gunung Arjuno)
Tanpa kami sadari, kepalaku dan kepala Ika menoleh, mengikuti arah pandangan mata mereka. Busyeeettttt!!! Tinggi amat! Puncaknya ada nun jauh disana. Berkilauan ditimpa sinar matahari pagi. Aku dan Ika berpandangan. Dalam bahasa telepati kami
Aries : “Ika, kalau arah mau pulang ke Jakarta kemana ya?”
Ika :” Jangan khawatir Madam Aries…, pelan-pelan kita pasti bisa kesana”
(Sedikit melegakan, tapi tidak cukup untuk menenangkan hati… he..he….)
awalnya :
Ketika mencari info jalur, beberapa teman sudah mengingatkan kami untuk berhati-hati karena jalurnya tidak aman buat pendaki. Ada beberapa jalur menuju puncak Arjuna, yaitu dari arah Tretes, dari Lawang atau dari Batu – Selecta.
Tidak sengaja kami melirik situs tetangga. Ternyata ada satu jalur yang bernama Jalur Purwosari. Jalur ini ternyata merupakan jalur peziarah. Banyak sekali situs-situs dan candi peninggalan kerajaan Majapahit. Tertarik dengan jalur ini, kami mulai mencari informasi lebih lanjut. Dan cukup melegakan karena seorang teman kami yang tahun lalu kesana merekomendasikan bahwa jalur ini AMAN sekali.
Untuk menuju kesana, kami naik kendaraan dari Surabaya menuju Malang. Sebelum mencapai Malang, kami turun di Pasar Purwosari. Dari sana kami lanjutkan dengan angkutan desa warna kuning menuju Desa Tambak Watu. Desa Tambak Watu ini merupakan entry point menuju Puncak Arjuna.
Berikut informasi pos, ketinggian (yang mungkin masih harus di kalibrasi dulu ya..) dan waktu perjalanan santaiiiiiiii :
· Desa Tambak Watu (839 m dpl) - Hutan Pinus (1000 m dpl) 1 jam 30 menit
· Hutan pinus – Gua Antaboga (1088 m dpl) 1 jam 30 menit
· Gua Antaboga – (pertigaan) Punden Eyang Madrem (1320 m dpl) 45 menit
· (pertigaan) Punden Eyang Madrem – Petilasan Eyang Abiyasa (1379 m dpl) 30 menit
· Petilasan Eyang Abiyasa – Situs Eyang Sakri (1404 mdpl) 15 menit
· Situs Eyang Sakri – Situs Eyang Semar (1725 m dpl) 1 jam 45 menit
· Situs Eyang Semar – Wahyu Makutarama (1816 m dpl) 30 menit
· Wahyu Makutarama – Puncak Sepilar (1917 mdpl) 15 menit
· Puncak Sepilar – Candi Manunggale Suci (2289 m dpl) 1 jam 30 menit
· Candi Manunggale Suci - Cemoro Sewu (2799 m dpl) 4.5 jam
(dalam perjalanan kepuncak akan bertemu dengan pertemuan jalur Purwosari dan Lawang)
· Cemoro Sewu – Puncak Arjuna (3329 m dpl) 2 jam
Biaya : (ini data per sept 2004 lhooo…J)
· Carter angkot dari Terminal Purwosari – Tambak Watu Rp 35.000
· Sarapan di pasar Lawang+mbungkus nasi en lauk untuk bertiga Rp 29.000
· Penginapan di Lawang (untuk bertiga) Rp 75.000
· Spiritus di Pasar Lawang (lupa! Yg 1 literan kali ya..) Rp 6.500
foto-foto ? kesini aja yaaa.. arjuno .. dalam hitam dan putih