Baru seminggu kami tinggal disini……Hiks! Joni hilang.
Padahal dia sudah lulus MOK – artinya - Masa Orientasi Kucing … thanks to Cahyo untuk istilah barunya - Malah prosesnya jauh lebih cepat dari yang saya duga. Di hari keempat, Joni dan Pippy sudah bisa saya lepas main keluar rumah. Koko, Malih dan Ucup juga menyusul di hari berikutnya.
Mereka sudah bisa main sesuka hati deh. Koko dan Joni loncat tembok ke blok belakang dan bisa balik kembali ke rumah. Malih pergi main ke tanah kosong di ujung blok dan kembali dengan selamat. Hebat kan?
Nah, Sabtu pagi lalu saya gelisah karena Joni nggak pulang untuk sarapan. Ini diluar kebiasaan Joni. Padahal, malamnya dia sempat tidur di kasur Joni di sudut kamar kami. Tapi kemudian bangun dan mengikuti suami saya yang keluar mengunci motor dan pintu pagar.
Apa Joni kejauhan main hingga nggak tahu jalan pulang? Atau mengikuti kucing garong ke kampung belakang ? Apa dia mencari jalan pulang ke rumah kami yang lama? Itu kan jauh sekaliiiii…. Apa Joni bisa? Atau …. Apa ada orang yang menculik Joni ya? Huhuhuhu…
Berhari-hari kami keliling komplek. Hingga ke kampung sekitar yang radiusnya lebih dari 5 km. Melongok rumah dan kapling kosong. Bahkan mengendus hingga kolong got. Sambil berlinang airmata saya memanggil-manggil Joni di setiap tempat yang saya curigai akan menjadi tempat persinggahannya.
Berkali-kali salah lihat kucing. Dan kecewa karena itu bukan Joni. Oh…saya sedih sekali.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, kami berdua jalan kaki mengelilingi komplek tempat kami tinggal. Suami saya malah sudah mengadakan sayembara. –kepada satpam dan tukang sampah di komplek perumahan kami- ada hadiah deeeh kalau bisa menemukan Joni.
Tetangga kanan kiri turut prihatin. “oh.. pasti pulang kok!” kata Kakek sebelah rumah. “Paling ngejar (kucing) cewek” lanjutnya lagi.
Yang paling kehilangan justru anak-anak tetangga. “Joni hilang ya Tante?” Joni sudah jadi idola mereka semua. Kucing-kucing kami yang lain sudah saya kerahkan untuk mencari Joni.
“Pippy… kalau ketemu Joni.. suruh dia pulang yaaaa”
“urff.. urf…”
Hari keempat saya sudah mulai pasrah dan mengikhlaskan kepergian Joni. Rasanya sulit berharap Joni akan kembali pulang. Belum lagi waktu hujan deras kemarin. Joni lagi ngapain ya? Sambil menangis saya bertanya-tanya. Semoga Joni bisa cari tempat untuk berteduh. Apalagi waktu saya lihat kucing liar mengorek-ngorek tempat sampah. Hiks!
Apa Joni juga sedang mencari makan seperti itu? Somewhere out there… ada kucing hitam yang miau-miau merindukan saya, sedang mencari saya. Dan disini.. saya juga miau-miau ..-ehm.. versi manusia tentunya- mencari Joni.
Malamnya… Sudah tengah malam dan kami sudah terlelap sedari tadi. Kami kelelahan mencari Joni. Tapi kok barusan ada yang menggaruk-garuk pintu kamar. Biasanya sih Koko atau Malih ingin masuk dan tidur di kamar atau Joni waktu dia masih ada disini. Jadi dengan mata setengah terpejam saya buka pintu.
“auuuuu..auuuuuu”
Aah.. rasanya saya kenal dengkingan manja itu. Kucing itu menggelayut manja pada saya. Astagaaaa… Badannya kurus, Luka-luka disana sini dan bulunya nampak layu. Tapi matanya bersinar gembira.
“Joniiii? Ini Joni bukaaan?” aaaaah… saya bangunkan suami saya.
“Ini bukan mimpi kan?”
huhuuuuy!!!! Joni is baaaack…!!!! Tuuuh kaaaan…. Joni pasti tahu jalan pulang.
Joniiii..Joniiiii!!!! Dan kami bertiga melompat-lompat gembira.
BTR ini kisah 14 Nov 09 lalu. Menurut kami berdua, Joni itu termasuk kucing yang cerdas. Udah keliatan sejak ia kecil. Coba deh baca kisah Joni waktu ia masih kecil dulu. Disini. tangga monyet untuk mpus Joni
Padahal dia sudah lulus MOK – artinya - Masa Orientasi Kucing … thanks to Cahyo untuk istilah barunya - Malah prosesnya jauh lebih cepat dari yang saya duga. Di hari keempat, Joni dan Pippy sudah bisa saya lepas main keluar rumah. Koko, Malih dan Ucup juga menyusul di hari berikutnya.
Mereka sudah bisa main sesuka hati deh. Koko dan Joni loncat tembok ke blok belakang dan bisa balik kembali ke rumah. Malih pergi main ke tanah kosong di ujung blok dan kembali dengan selamat. Hebat kan?
Nah, Sabtu pagi lalu saya gelisah karena Joni nggak pulang untuk sarapan. Ini diluar kebiasaan Joni. Padahal, malamnya dia sempat tidur di kasur Joni di sudut kamar kami. Tapi kemudian bangun dan mengikuti suami saya yang keluar mengunci motor dan pintu pagar.
Apa Joni kejauhan main hingga nggak tahu jalan pulang? Atau mengikuti kucing garong ke kampung belakang ? Apa dia mencari jalan pulang ke rumah kami yang lama? Itu kan jauh sekaliiiii…. Apa Joni bisa? Atau …. Apa ada orang yang menculik Joni ya? Huhuhuhu…
Berhari-hari kami keliling komplek. Hingga ke kampung sekitar yang radiusnya lebih dari 5 km. Melongok rumah dan kapling kosong. Bahkan mengendus hingga kolong got. Sambil berlinang airmata saya memanggil-manggil Joni di setiap tempat yang saya curigai akan menjadi tempat persinggahannya.
Berkali-kali salah lihat kucing. Dan kecewa karena itu bukan Joni. Oh…saya sedih sekali.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, kami berdua jalan kaki mengelilingi komplek tempat kami tinggal. Suami saya malah sudah mengadakan sayembara. –kepada satpam dan tukang sampah di komplek perumahan kami- ada hadiah deeeh kalau bisa menemukan Joni.
Tetangga kanan kiri turut prihatin. “oh.. pasti pulang kok!” kata Kakek sebelah rumah. “Paling ngejar (kucing) cewek” lanjutnya lagi.
Yang paling kehilangan justru anak-anak tetangga. “Joni hilang ya Tante?” Joni sudah jadi idola mereka semua. Kucing-kucing kami yang lain sudah saya kerahkan untuk mencari Joni.
“Pippy… kalau ketemu Joni.. suruh dia pulang yaaaa”
“urff.. urf…”
Hari keempat saya sudah mulai pasrah dan mengikhlaskan kepergian Joni. Rasanya sulit berharap Joni akan kembali pulang. Belum lagi waktu hujan deras kemarin. Joni lagi ngapain ya? Sambil menangis saya bertanya-tanya. Semoga Joni bisa cari tempat untuk berteduh. Apalagi waktu saya lihat kucing liar mengorek-ngorek tempat sampah. Hiks!
Apa Joni juga sedang mencari makan seperti itu? Somewhere out there… ada kucing hitam yang miau-miau merindukan saya, sedang mencari saya. Dan disini.. saya juga miau-miau ..-ehm.. versi manusia tentunya- mencari Joni.
Malamnya… Sudah tengah malam dan kami sudah terlelap sedari tadi. Kami kelelahan mencari Joni. Tapi kok barusan ada yang menggaruk-garuk pintu kamar. Biasanya sih Koko atau Malih ingin masuk dan tidur di kamar atau Joni waktu dia masih ada disini. Jadi dengan mata setengah terpejam saya buka pintu.
“auuuuu..auuuuuu”
Aah.. rasanya saya kenal dengkingan manja itu. Kucing itu menggelayut manja pada saya. Astagaaaa… Badannya kurus, Luka-luka disana sini dan bulunya nampak layu. Tapi matanya bersinar gembira.
“Joniiii? Ini Joni bukaaan?” aaaaah… saya bangunkan suami saya.
“Ini bukan mimpi kan?”
huhuuuuy!!!! Joni is baaaack…!!!! Tuuuh kaaaan…. Joni pasti tahu jalan pulang.
Joniiii..Joniiiii!!!! Dan kami bertiga melompat-lompat gembira.
BTR ini kisah 14 Nov 09 lalu. Menurut kami berdua, Joni itu termasuk kucing yang cerdas. Udah keliatan sejak ia kecil. Coba deh baca kisah Joni waktu ia masih kecil dulu. Disini. tangga monyet untuk mpus Joni