Oh.. tidak hanya itu saudara-saudara. Cobaan itu diperindah dengan mpus Mimin yang sedang bermain perang-perangan dengan mpus Koko. Dengan ekor bergoyang-goyang, bersembunyi di dalam lipatan bendera. Menunggu kesempatan menangkap Koko yang sedang mandi kucing.
Dan Mimin pergi sambil mengomel. Kesenangannya pagi itu musnahlah sudah. Sambil menoleh kanan-kiri saya betulkan kembali tiang bendera itu. Mengikatnya kuat-kuat pada pagar depan rumah kami. Saya mengadu pada suami yang sedang mendorong motornya keluar pagar.
“Untung nggak ketahuan pak RT. Bisa diomelin deh kita semua”
“Hahaha…” gelak suami saya “ Mimin lagi main perang kemerdekaan ya?”
“huh!”
Dibalik tragedi Mimin yang sedang berlatih perang kemerdekaan itu, perayaan 17 agustus bulan lalu selalu menyisakan kisah menarik buat kami. Ketika jalan di depan rumah dipercantik dengan umbul-umbul dan untaian bendera kertas merah putih silang menyilang. Saya sudah siapkan buluh bambu lalu bendera yang sudah dicuci-setrika-wangi dikeluarkan dari lemari. Kemudia dengan hati-hati saya ikat pada pagar rumah.
Saya kira hidup kami akan damai sentosa hingga akhir seperti dalam dongeng-dongeng itu lho
Keesokan harinya. Pagi-pagi setelah urusan rumah selesai, saya pergi ke pasar. Belanja. Dan tak lama kemudian ketika saya kembali dan membuka pagar rumah.
Mata saya berkeliling menyelidik. Dan ketika tiba pada bendera kesayangan kami. “Huaaaaaaaa…!” belanjaan di kiri dan kanan tangan terlepas dari pegangan. Bendera kami sudah berubah menjadi putih merah. Ihiks!
Kembali saya ingin menangis dibuatnya. Pasti Mimin deh tersangka utamanya. Mimin itu tipe kucing yang selalu ingin tahu. Saya curiga dia bermain-main lagi di pagar depan rumah, menarik benderanya dan hup! Putus deh ikatannya. Nggak heran sekarang sudah berubah warna.
“Duuuuh..! Mimiiiiin..Mimiiiiiin!”
Serpong 5 september 2009 20.02 (yang diomongin lagi maen ke rumah di ujung jalan)
2 comments:
Hahahhahaa....dasar kucing :-P
dasar mimin .... Hihihi....
Post a Comment