kisah sebelumnya : TOUR_DE KAMPOENG Huh...Kejaaaaaaaam....
dan foto-foto ada disini
Ah. Senangnya hatiku. Akhirnya kami tiba juga di batas hutan. Itu artinya kami sudah memasuki baduy luar.
Sepanjang mata memandang, hanyalah bukit-bukit penuh dengan ladang. Beberapa rumah kebun nampak disana.
Dari titik ini pula, kami dapat mengamati jalur tetangga di bawah sana. Jalur Cibeo-Ciboleger via Gajeboh yang meniti lembah. Wah.. panjang juga ternyata.
Sudah pukul sebelas siang rupanya. Kami nggak lupa dong untuk foto lulumpatan sejenak. Nggak disangka, teman-teman baduy kami juga turut berlulumpatan. Aih…
Namanya juga banci foto. Nggak puas-puas pengen motret dan dipotret. Dan mungkin karena bosan. Sondang akhirnya bilang :
“aku duluan yah. Biar sampe Ciboleger, bisa ngopi-ngopi duluan. Kalian kalo mau motret..motret aja.”
Sondang berlari dengan cepat. *bujuug.. nggak gitu-gitu amat kaleee* Diikuti Aya. Kami masih menjepret beberapa frame. Kemudian Taufan dan Hanum berjalan menyusul Sondang. berikutnya Suwasti, aku dan ketiga teman baduy kami menyusul.
Nah.. disinilah awal rasa lelahku menyergap. Bajuku sudah basah oleh keringat. Sementara Suwasti yang berjalan di depanku mempercepat langkahnya.
“Sondaaaaang…!!!’
“Sondaaaaaang…!!!
Teriak Suwasti.
Jalannya semakin cepat. Mungkin ia khawatir Sondang salah arah dan nyasar. Mulanya sih aku masih bisa mengikutinya. *yang jalurnya terus menanjak tiada henti itu* tapi lama-lama ya tidak kuat juga. Suwasti yang ngebut jalan tanpa beban itu, sudah menghilang di kelokan jalan.
Semangatku menurun. Mana nih temen-temenku kok pada ngabur semuaaah? I feel so lonely.
Kok mereka buru-buru amat sih jalannya? Apa mereka nggak inget ada salah satu temen yang manis ini *hihihi..* masih jalan *tepatnya tertinggal* di belakang? Kalo terjadi apa-apa sama dirikuh .. *deuuu.. segitunyaaa* gimana coba?
Beberapa kali aku berhenti. Lelahnya luar biasa. Mungkin karena kepanasan. Dehidrasi. Minum sebentar dan pelan-pelan melanjutkan perjalanan.
Hingga kemudian sadar dan menoleh ke belakang. Ketiga teman baduy kami, tetap setia berjalan di belakangku. Piye toh? Kok malah ada disini? Bukannya didepan nunjukkin jalan?
Lima menit kemudian.
Orang baduy pertama *ini sesi tebak-tebakan* : “kalo kita ditanya berapa lama nyampe Ciboleger, berapa hari coba jawabannya?”
Aku *dengan bodohnya menjawab* : “hmmmm…. satu hari?”
Orang baduy dua : “salah!”
Aku *super binun* : “lah? Apa dong?’
Orang baduy *senyum mengembang* : “seminggu”
Aku *tambah binun* : “kok bisa?”
Orang baduy *penuh kemenangan* : “ini kan hari minggu… seeee….minggu… seharian.. hari minggu… kalo berangkatnya hari senen.. ya jawabannya sih seseneeeen nyampe ciboleger atuuuuh”
“huahahahahaha…”
Kami cekikikan.
Ah. Perjalanan ini jadi tak sesunyi yang aku kira. Kami berempat terus melanjutkan perjalanan dengan ceriiiiiiaaaaaaaaah...!
Rasa sedihku tak lama. Sesaat kemudian, aku bertemu lagi dengan Suwasti yang sesekali masih berteriak memanggil Sondang.
Eh.. ketemu danau. Nggak nyangka kaaan.. ada danau disini.
Nah, sesuai perjanjian sebelumnya, kami akan beristirahat dan ngopi-ngopi di tepi danau.
Sondang, Aya, Taufan dan Hanum sudah ada disana rupanya, sedang mengamati anak-anak baduy luar yang sedang salto, berjumpalitan dan nyebur mandi di danau.
“wah.. jadi pengen berenang-renang nih” khayalku. Tapi serem ah. Danaunya mungkin dalem. *aku yang hanya bisa berenang di kolam renang setinggi 1,5 meteran *
Dan aku duduk di shelter dadakan yang ada disana. di dekat Taufan dan Hanum yang sedang membongkar backpack. Mini trangia milik Taufan dikeluarkan. Air mulai dijerang.
Taufan kepada Suwasti : “Tapi Jeng… Mana kopinya?”
Suwasti kepada Taufan *nyengir mode on* : “ ketinggalan di rumah pak Sardi”
Sondang ‘pingsan’ seketika *catat: si penggemar berat kopi*
But the show must go on right? Bukan apa-apa bung. Ini masalah harga diri. Trangia terlanjur di gelar. Backpack terlanjur dibongkar.
Maka Hanum berkeliling mencari kopi dan segala sesuatu yang berbau kopi.
Dan lima menit kemudian, terkumpulah barang bukti.
Satu sachet kopi, dua permen kopiko, dan satu batang cokelat. Semua diracik Taufan. Rencananya mau mbikin karamel kopi kali ya?
Tau’ deh. Gimana rasanya. Aku nggak berani minum. *maaf ya .. Faaaan..*
Hanya setengah jam kami berhenti disana. Untuk minum kopi, ngemil snack, makan buah *Hanum yang mbawa* dan foto-foto di depan danau. Mencoba menfoto anak-anak yang sedang mandi itu. Tapi nggak berhasil. Nggak direstui barangkali.
Dan tepat jam 12 siang, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini, formasi lengkap jalan beriringan menuju Ciboleger.
Bener kan… nggak lama. Jam setengah satu siang, kami sudah nongkrong di warung nasi yang ada di Ciboleger. Oh iya, beberapa menit sebelum nyampe sini, kami bertemu pertigaan. Pertemuan jalur Gajeboh yang menuju Ciboleger.
aaaah...
kisah selanjutnya bisa diintip disini : mijooooon....mijoooon
*serpong 15 juli 2008; 15 29 (judul catper ini diikutip dari larik puisi yang berjudul : Sonet X ; Sapardi Djoko Damono)
dan foto-foto ada disini
Ah. Senangnya hatiku. Akhirnya kami tiba juga di batas hutan. Itu artinya kami sudah memasuki baduy luar.
Sepanjang mata memandang, hanyalah bukit-bukit penuh dengan ladang. Beberapa rumah kebun nampak disana.
Dari titik ini pula, kami dapat mengamati jalur tetangga di bawah sana. Jalur Cibeo-Ciboleger via Gajeboh yang meniti lembah. Wah.. panjang juga ternyata.
Sudah pukul sebelas siang rupanya. Kami nggak lupa dong untuk foto lulumpatan sejenak. Nggak disangka, teman-teman baduy kami juga turut berlulumpatan. Aih…
Namanya juga banci foto. Nggak puas-puas pengen motret dan dipotret. Dan mungkin karena bosan. Sondang akhirnya bilang :
“aku duluan yah. Biar sampe Ciboleger, bisa ngopi-ngopi duluan. Kalian kalo mau motret..motret aja.”
Sondang berlari dengan cepat. *bujuug.. nggak gitu-gitu amat kaleee* Diikuti Aya. Kami masih menjepret beberapa frame. Kemudian Taufan dan Hanum berjalan menyusul Sondang. berikutnya Suwasti, aku dan ketiga teman baduy kami menyusul.
Nah.. disinilah awal rasa lelahku menyergap. Bajuku sudah basah oleh keringat. Sementara Suwasti yang berjalan di depanku mempercepat langkahnya.
“Sondaaaaang…!!!’
“Sondaaaaaang…!!!
Teriak Suwasti.
Jalannya semakin cepat. Mungkin ia khawatir Sondang salah arah dan nyasar. Mulanya sih aku masih bisa mengikutinya. *yang jalurnya terus menanjak tiada henti itu* tapi lama-lama ya tidak kuat juga. Suwasti yang ngebut jalan tanpa beban itu, sudah menghilang di kelokan jalan.
Semangatku menurun. Mana nih temen-temenku kok pada ngabur semuaaah? I feel so lonely.
Kok mereka buru-buru amat sih jalannya? Apa mereka nggak inget ada salah satu temen yang manis ini *hihihi..* masih jalan *tepatnya tertinggal* di belakang? Kalo terjadi apa-apa sama dirikuh .. *deuuu.. segitunyaaa* gimana coba?
Beberapa kali aku berhenti. Lelahnya luar biasa. Mungkin karena kepanasan. Dehidrasi. Minum sebentar dan pelan-pelan melanjutkan perjalanan.
Hingga kemudian sadar dan menoleh ke belakang. Ketiga teman baduy kami, tetap setia berjalan di belakangku. Piye toh? Kok malah ada disini? Bukannya didepan nunjukkin jalan?
Lima menit kemudian.
Orang baduy pertama *ini sesi tebak-tebakan* : “kalo kita ditanya berapa lama nyampe Ciboleger, berapa hari coba jawabannya?”
Aku *dengan bodohnya menjawab* : “hmmmm…. satu hari?”
Orang baduy dua : “salah!”
Aku *super binun* : “lah? Apa dong?’
Orang baduy *senyum mengembang* : “seminggu”
Aku *tambah binun* : “kok bisa?”
Orang baduy *penuh kemenangan* : “ini kan hari minggu… seeee….minggu… seharian.. hari minggu… kalo berangkatnya hari senen.. ya jawabannya sih seseneeeen nyampe ciboleger atuuuuh”
“huahahahahaha…”
Kami cekikikan.
Ah. Perjalanan ini jadi tak sesunyi yang aku kira. Kami berempat terus melanjutkan perjalanan dengan ceriiiiiiaaaaaaaaah...!
Rasa sedihku tak lama. Sesaat kemudian, aku bertemu lagi dengan Suwasti yang sesekali masih berteriak memanggil Sondang.
Eh.. ketemu danau. Nggak nyangka kaaan.. ada danau disini.
Nah, sesuai perjanjian sebelumnya, kami akan beristirahat dan ngopi-ngopi di tepi danau.
Sondang, Aya, Taufan dan Hanum sudah ada disana rupanya, sedang mengamati anak-anak baduy luar yang sedang salto, berjumpalitan dan nyebur mandi di danau.
“wah.. jadi pengen berenang-renang nih” khayalku. Tapi serem ah. Danaunya mungkin dalem. *aku yang hanya bisa berenang di kolam renang setinggi 1,5 meteran *
Dan aku duduk di shelter dadakan yang ada disana. di dekat Taufan dan Hanum yang sedang membongkar backpack. Mini trangia milik Taufan dikeluarkan. Air mulai dijerang.
Taufan kepada Suwasti : “Tapi Jeng… Mana kopinya?”
Suwasti kepada Taufan *nyengir mode on* : “ ketinggalan di rumah pak Sardi”
Sondang ‘pingsan’ seketika *catat: si penggemar berat kopi*
But the show must go on right? Bukan apa-apa bung. Ini masalah harga diri. Trangia terlanjur di gelar. Backpack terlanjur dibongkar.
Maka Hanum berkeliling mencari kopi dan segala sesuatu yang berbau kopi.
Dan lima menit kemudian, terkumpulah barang bukti.
Satu sachet kopi, dua permen kopiko, dan satu batang cokelat. Semua diracik Taufan. Rencananya mau mbikin karamel kopi kali ya?
Tau’ deh. Gimana rasanya. Aku nggak berani minum. *maaf ya .. Faaaan..*
Hanya setengah jam kami berhenti disana. Untuk minum kopi, ngemil snack, makan buah *Hanum yang mbawa* dan foto-foto di depan danau. Mencoba menfoto anak-anak yang sedang mandi itu. Tapi nggak berhasil. Nggak direstui barangkali.
Dan tepat jam 12 siang, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini, formasi lengkap jalan beriringan menuju Ciboleger.
Bener kan… nggak lama. Jam setengah satu siang, kami sudah nongkrong di warung nasi yang ada di Ciboleger. Oh iya, beberapa menit sebelum nyampe sini, kami bertemu pertigaan. Pertemuan jalur Gajeboh yang menuju Ciboleger.
aaaah...
kisah selanjutnya bisa diintip disini : mijooooon....mijoooon
*serpong 15 juli 2008; 15 29 (judul catper ini diikutip dari larik puisi yang berjudul : Sonet X ; Sapardi Djoko Damono)
10 comments:
ya ampyun segitunya :)
begitulaaah... ;)
*aku yang hanya bisa berenang di kolam renang setinggi 1,5 meteran *
>>> hehehe ada temennya yg nda bisa renang, ceritanya seru mba. . . ditunggu perjalanan selanjutnya
haiiik!
foto ilustrasinya yang gambar langit, bagus... aku suka coraknya.
gaya ceritanya juga bagus :) coba jadi wartawan deh mbak. wartawan lepas boleh.
jadi "who scratches at the blue sky" jeng.. hehehehehe... pura-pura pilun....
rasa racikannya... super manissss..... 1 sachet kopinya boleh nemu di pinggir danau ries....
*tersipu-sipuuuuu..*
*njitak kepala swastiiiiii* huh!
mbheeer....
Post a Comment