lanjutan kisah trip baduy 14-15 juni lalu. kisah sebelumnya :kereta tiba pukul berapa?
kami duduk di salah satu beranda rumah penduduk Cibeo. Sementara Suwasti terlihat tertawa bahagia berjumpa dengan teman-teman baduy-nya. Aku duduk dan menyerap energi yang ada.
*ah.. istilahnya terlalu keren kali ya* Maksudku, dalam situasi seperti ini, aku lebih suka diam. Merasakan denyut nadi kampung ini. Apalagi menjelang pergantian hari. Suasana magrib menjelang malam.
Hmm… gimana njelasinnya yah. Begini contohnya : momen seperti mendengar gaung riuh orang yang mengobrol, ketipak kaki anak-anak yang berjalan kesana kemari. Ibu-ibu yang baru pulang dari mandi di sungai.
Dan kemudian …. *suara tangan dijentikkan.. J* Tiba-tiba sepi. Tiba-tiba gelap. Dan suara jangkrik mulai mengambil alih. Semua orang masuk ke rumah masing-masing.
Satu jam kemudian.
“yaaah… tereliminasi deh dia”
Hanum bergegas beranjak dari duduknya. Dan keluar rumah. Meludah. Sementara aku, Sondang, Suwasti, Aya dan Pak Sardi *orang Cibeo, yang rumahnya kami inapi* terkekeh-kekeh karena geli.
Oiya.
Dalam ruangan yang hanya diterangi lampu minyak. Aku nyaris menjerit melihat rupa teman-temanku yang nyengir dengan gigi dan lidah bersimbah warna merah darah.
*ehm.. termasuk aku sih sebenernya. Tapi
Oh.. belum nyambung yah? Ini lho. Kami lagi adu nyali makan daun sirih.
Yang meraciknya sih pak Sardi. Jadi, daun sirih di oles dengan kapur *sudah dibuat seperti pasta* di taburi gambir *sudah berbentuk powder padat batangan. warnanya orange* dan diberi potongan pinang.
Pada prinsipnya sih, sama seperti ritual nenek-nenek kita dulu makan sirih. Jadi kami terapkan aja disini. Sambil nyirih dan sambil ngegossip tentunya. Huehehehe…..sambil bersosialita getuuuuh…
Kami mulai memasak. Malam itu, master cheef kami *jeng Suwasti* menggelar menu andalannya : tumis cumi asin cabe hijau, sayur sop lengkap,
Sekitar pukul 10 kami sudah berbaris rapi tidur di rumah pak Sardi. Tipologi rumah baduy, didalamnya hanya ada 2 ruangan. Satu ruang utama, dan satu ruang kecil tempat tungku kayu untuk memasak. Biasanya sih, mereka tidur disini. Karena ruangannya relatif hangat akibat bara api yang ditinggalkan bekas masak.
Aku, suwasti, Aya, Sondang dan Hanum menggelar sleeping bag dan sarung bag masing-masing. Taufan menginap di rumah lain yang ada di ujung kampung, dekat alun–alun cibeo *nggak inget dimana. Masuk ke salah satu gang kayaknya*
Malam itu kami tertidur pulas.. las.. lassss… hanya sekali aku terbangun jam tiga subuh. Itu karena menggigil kedinginan. *buru-buru pake jaket* eh.. satu lagi ding. Gara-gara suwasti yang tidur disampingku rupanya mimpi jadi pemain silat.
Akibatnya, ketika pagi hari, tubuhku yang sekseh ini sudah ditemukan pasrah terlentang seperti cicak-cicak di dinding J
Kasian amat ya jadi cicak. Terus gimana selanjutnya? Besok deeh..
serpong 8 juli 08 (udah masaak..)
kisah selanjutnya silakan klik aja disini : TOUR De KAMPOENG Huh...kejaaam
14 comments:
kapan ya ...trip barengan mba ariesna.....hiks...
besok-besok ajak saya ya mbak..
iyaaaa..iyaaaa....mbak Fitriii...
hiks.. kapaaaan juga yaa... trip bareng Emmaaa... :(
Makan sirih??? Wah? Kisahnya menarik n foto2nya keren!
itu suwasti lompat2 gara2 makan sirih? hehehe
pesan sponsoooor..*
swasti pendekar ranah baduy *keren ngga sey*
he..he..he.. jadi inget waktu mandi di sungai itu, sembunyi2 ditutupin pake sarung :)
tengkyuuuh mbak TJ..
setojoooooh...
makan sirih bareng lagi yukkk....
kayak drakula ngisep darah...eeeirrrrggghhhhh
hihihihihiiiii... malu....
rrrrrrrrrr.......
Post a Comment