aku dan pasfoto-ku

Awalnya sih ketika beberapa bulan lalu saya sedang beres-beres dokumen. Rapor, akte kelahiran, ijasah dan teman-temannya deh. Ada scanner, ada komputer. Ide muncul. Kenapa tidak untuk mulai mendokumentasikan mereka  ke dalam format digital. Kan jauh lebih simpel dan praktis.

Kemudian, iseng lagi memperhatikan pasfotoku. Mulai dari TK hingga kemaren waktu buat perpanjangan paspor. Huhehehe… ini curhat ya, sebenernya saya nggak pernah pede kalo bikin pasfoto. Selalu saja terasa ada yang kurang didalamnya. Selalu terlihat tegang menghadap kamera. Mungkin ini yang dinamakan demam panggung J

Sekali waktu pose cemberut atau sedang menerawang jauh memikirkan sesuatu. Kadang rambut kribo ala Ahmad Albar atau malah cepak ala militer. Dan terahir saya tak kuasa menghindar ketika jerawat segede gajah dengan cueknya nangkring di ujung hidung. Ealaaaah…

Parahnya, dulu nggak bisa langsung lihat hasil fotonya, makluuuum, era kamera analog dan baru beberapa hari kemudian hasil cetak ukuran 2x3 atau 3x4 dapat dilihat hasilnya, dan itupun tak mungkin diulang kembali.

Untunglah kini, ketika era digital sudah mulai menjamur dimana-mana. Ada satu tips ketika saya membuat pasfoto.. Mau tahu? hehehe… saya nggak segan-segan minta kepada si tukang potret untuk melihat previewnya. Kalo nggak cocok? Minta dipotret ulang dooong!  J