“Ini Bang Daniel, bukan?” tanya Joko harap-harap cemas. *kalo ini acara reality show H2C seperti yang ada di sta. TV swasta itu waaah, dijamin kalah jauh deh* HT baru saja dikeluarkan. Frekuensi disesuaikan. Sedikit berharap dan mencoba keberuntungan. Semoga saja, ia sedang ada di ‘udara’ *maap maap deh, bukan burung loooh!*
Kecemasan Joko cukup beralasan. Pasalnya, waktu kami naik empat hari yang lalu, Bang Daniel tidak ada di pos 1 Harimau Campo, di tempat biasanya ia mangkal. Menurut warga desa Pinaga yang kami temui sebelum pendakian “Lagi pulang kampuang!”
Tak lama kemudian.
“iya. Ini Daniel” suaranya jernih menyejukkan.
Kami semua menarik nafas lega. Saat itu hampir menjelang tengah malam. Salah kami juga sih. Terlalu siang turun dari pos Bumi Sarasah. Heri sedang mengigit-gigit kuku, duduk berhimpitan dengan kerir 100 liternya di tengah semak belukar.
Ika masih berdiri dengan gagahnya, walau tadi dengan kerir besar segede kulkas dua pintu, berusaha mencari stringline yang kemaren kami pasang dan terus berjalan nyaris mencapai tepian air terjun yang ada di dekat pos Harimau Campo. Kalau saja tidak segera di kejar oleh Joko.
Sedang aku, duduk terdiam, sedikit diatas mereka. Memakai raincoat basah, dan duduk dengan pasrah di kelilingi pacet-pacet yang siap *dan sudah* menghampiri. Waktu turun, mata kananku terus berlinang airmata, berdenyut-denyut tiada henti dan kepala pusing luar biasa hebatnya. Dengan kata lain…. Tewas dengan suksesnya. Nggak bisa apa-apa boow!
“Kami hampir mencapai pos nih Bang Daniel. Cuma, kelihatannya terlalu melambung ke kanan .. mendekati air terjun, turun terus……… daaaaannn akhirnya” suara Joko semakin meninggi...
” …Guooooooool!”
Hihihihi..maaf nih pembaca, waktu itu saya lagi error. Dalam imajinasi saya sih begitu pendengarannya. Tapi sebenarnya, Mbakyu Djoko sedang berkomunikasi dengan Bang Daniel untuk kembali ke jalur yang benar *halah!*
Jadi inget kejadian kemaren malem. Waktu kami ngecamp di Pos Pondok Sarasah.
“Kagak salah nih Mbakyu? besok summit attack naek serebu meter?” tanyaku dengan takjubnya.
Joko nyengir.
“SERIBU METER???!!!” ulangku lagi masih dengan nada tidak percaya.
Heri menundukkan kepalanya dalam-dalam. Silent mode on dan masih sibuk check body. Apalagi kalo bukan terhadap pacet. Ika sudah rapi jali dan sedang mengupas bawang. Malam itu kami sudah ngebase di Pos Pondok Sarasah. Melihat itinerary yang sudah kami buat sebelumnya. Whuuahahaahahaa……….. behind schedule semuaaaaa!
“Yaaah… gimana lagi. Mengingat, ada yang kepengen berfoto dibawah jam gadang!” jawab Joko sambil menyikut halus perut Heri dan melirik kepada Ika dengan penuh arti.
Huuuuuuuuu!!!! Aku tahu nih. Ini konspirasi! Sebenernya yang punya tekad kuat untuk berfoto dibawah jam gadang itu adalah diriku seorang.
“Puncak Talamau bukan tujuan utama. Berfoto dibawah jam gadang. Itu yang utama” lanjut Mbakyu Djoko dengan mantap. Deu! gayanya udah kayak pejabat teras aja nih.
Bener juga sih. Setelah mereview perjalanan kami tiga hari terakhir. Jalurnya berat banget. IMHO nih. Kalo diklat, cocoknya emang disini. Dan yang ..ehem.. cukup jelas, managemen waktu kami yang buruk. Lengkaplah sudah.
Maka, setelah menimbang dan memutuskan, cukup beralasan juga bagi kami untuk summit attack keesokan harinya, langsung ke puncak. Dari Pos Bumi Sarasah 1865 mdpl ke Puncak Trimartha 2912 mdpl. Busyet daaaah!
Maka malam itu, daypack disiapkan berikut kamera dan tripod. Ini sudah hari ketiga. Dapatkah kami terus menjaga semangat untuk terus maju? Hehehe.. mengejutkan. Ternyataaaaaaaaa……
“Mhuaaannnaa ekspresi looooe?”
Seru mbakyu Djoko kepada kami bertiga. Gayanya udah kayak iklan di TV aja deh. Saat itu pukul setengah empat sore. Sesi foto-foto Maaan! Kami berdiri dengan rapi, tertawa bahagia, tepat dibawah kubah kecil yang berdiri solo diatas puncak Gunung Talamau. Thanks god. Walau kabut dan matahari hanya setengah detik nongol dibalik awan.
Nggak tahu kaaan kalo tadi kami berempat sempat bertangis-tangisan saking terharunya. *ceileeee.. cengeng bangeeeet*
Perjuangannya itu lho. Bro Heri saja nyaris patah semangat dan berniat untuk menuinggu kami di tepian telaga. Sementara aku, letih lesu tak bersemangat sepanjang perjalanan. Padahal kami semua nyaris tanpa beban, udah kagak pake kerir lagi. Tapi rasanya, perjalanan kali ini tiada berkesudahan. Lama banget!
Sambil menggelar trangia, sementara para banci foto : catat : Ika, Heri dan Mbakyu Djoko sibuk jeprat jepret disana sini *bencih akuuuh!* Aku ngebut masak teh+kopi hangat, mie+laukkan. Bukannya apa-apa Broer! Laper!!! Ritual makan siang yang tertunda seharusnya sudah sejak tadi kami lakukan. Target hari itu tidak muluk-muluh deh. Segera turun kembali ke Pos Bumi Sarasah dan ngecamp semalam lagi.
Selepas Pos Paninjauan [2575 mdpl] tadi kabut tebal dan angin kencang selalu mengikuti pendakian kami. Padang Siranjano [2764 mdpl] Basecamp Rajawali [2782 mdpl] kami lalui dengan perlahan. Hanya sempat jeprat-jepret sebentar di tepi Talaga Si Untuang Sudah dan Telaga Puti Sangka Bulan. Hmmmm… what a journey …
“Ries!.. yuuuuks! Kita jalan lagi.” Kata Joko memecah lamunan. Ika dan Heri sudah siap di depan. Rupanya Bang Daniel yang baik hati itu berinisiatif menjemput kami. Dibantu tongkat milik mbakyu Djoko, tersaruk-saruk aku melangkah. Lima menit kemudian kami sudah tiba di Pos Harimau Campo. Senangnya melihat pos yang kering dan terang benderang itu. Warnanya kekuning-kuningan dan hangat sekali. Rupanya genset sudah dinyalakan.
Sambil memicingkan mata, aku kembali menoleh pada kegelapan hutan di belakang sana *sumpah, sebenernya kagak bisa ngeliat apa-apa J* Sampai ketemu lagi Talamau. Sungguh… tidak heran, banyak sekali yang penasaran untuk menyapamu !!
Sambil menundukkan kepala dan nyengir sendiri aku kembali berucap “ dan hehehehe.. Jam Gadang… I’m comiiiiiing!”
Tengkyu somad buat :
terutama buat R. Joko Sutias, Ika Dewi Kartika dan Heri Supriyanto ... temen seperjalanan kali ini.
Para nara sumber yang kami ‘teror’ baik via telpon, sms maupun email ..hehehe..: Mas Hendri, Ronny Kang di Bandung, Tammy, Alex… makasih yaaa!
Bang Daniel di pos harimau Campo atas keramahtamahannya dan bantuannya yang tanpa pamrih
Tukang ojek yang siap menjemput kami di tengah malam buta, walau sungguh kami tahu, setelah 6 jam hujan, jalanan licin. Masih harus mengangkut kami+kerir yang beratnya segede gaban
Warung di pos ds. Pinaga, untuk mie hangat+kopi+teh manis dan tumpangan untuk mandi
Temen-temen yang terus memantau kami, Jenny, Bro Kris, Aditya, Joe, Elly, dan temen2 lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
schedule awalnya sih, ada disini : Talamau... I'm comiiiingggg!
foto-fotonya juga ada disini, monggoooo : mohon jangan goda pacar-pacar saya
ataaau ada juga disini : suatu pagi di depan jam gadang
t'shirt terkait : KKC tshirt [limited edition]