dengan jargon ‘Now Everyone Can Fly’ rasanya bukan bohong bukannya sihir kalau maskapai penerbangan dari negara tetangga ini menjanjikan harga yang murah meriah…J
Sebenarnya tahun lalu, secara tidak sengaja saya pernah terbang ( terbang? #$%^* gubraaaakkk!! ) dari Kuala Terengganu menuju Kuala Lumpur dengan maskapai ini.
Long story deh …. demi menemani suami napak tilas ke Kuala Terengganu yang parahnya bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Kami naik bis dari Terminal Bis Puduraya di kota Kualalumpur. Bis yang melayani jalur menuju Terengganu penuh luarbiasa. Maklum..hari raya!! Semua mudik ..dik.. dik.. dik ..!!!
Bis yang rencananya berangkat pukul 8 malam molor hingga pukul 2 dinihari. Perjalanan melalui darat penuh berdesakan ala bis ekonomi sepanjang hampir 7 jam perjalanan membuat saya mengomel panjang pendek karena lelahnya…L
Itulah sebabnya, mengapa perjalanan kembali kami lakukan via udara.
Menghitung ringgit dengan seksama dan berharap ada tiket murah yang bisa kami gunakan. Go show di bandara … (aduh lupa namanya) berjumpalah kami dengan pesawat itu. Itulah perkenalan pertama saya dengan Air Asia.
Walaupun dulu sempat terkaget-kaget dengan pelayanan self service ala air asia ….. tidak menyurutkan rasa ingin tahu saya akan maskapai yang satu ini.
Saya terus berharap …. Kapaaaaan ya ada penerbangan murah ke luar negeri?
Begitu tahun ini mereka mulai merambah pasar Indonesia ..(saya sudah meloncat-loncat bak tarzan saking senangnya). Mulailah kami berdua (saya dan suami) mereka-reka perjalanan berdasarkan jalur pesawat terbang.
Jadi dibalik nih … tujuan dibuat berdasar jalur transportasinya!
he..he..
Hingga lebaran lalu, dengan memanfaatkan momen cuti massal Idul Fitri, kami berdua mencoba pergi dengan pesawat ini. Tiket sudah kami order via email berbulan-bulan sebelumnya. Kode booking sudah didapat dan transfer melalui bank juga sudah kami lakukan. Dan yang pasti, harganya fix!
nggak berubah. Kemudian kami hanya tinggal datang ke counter untuk dapet boarding pass. Perlihatkan paspor. Sudah muncul deh boarding pass-nya yang sebesar print out atm.
Tapi kalo urusan ngaret, nggak ada duanya deh. .. sama aja dengan tetangganya …CITILINK!!! (sambil mengerutkan kening …apa karena bertepatan dengan hari raya ya?) Pesawatnya molor sampai 1 jam. Baru deh bisa berangkat.
Ternyata pada boarding pass-nya ada nomor urut untuk antrian masuk ke pesawat. Saya kan nggak mau duduk misah sama misua (walau cuma di dalem pesawat ..he..he..) Akhirnya kami berdua bikin kesepakatan. Siapa yang bisa masuk duluan kedalem pesawat, silakan .. monggo nge-booking tempat.
Entah siapa provokatornya, tiba-tiba saja sudah ada satu dua orang yang berdiri di jalur antrian. (yang sudah dipastikan diikuti berpuluh-puluh penumpang lainnya) Padahal..sungguh mati…. Crew nya udah wanti-wanti …..
pintu belum dibuka… masih laammaaaa!!!
Hingga akhirnya barisan dipisah menjadi 2 bagian. Barisan orang tua dan anak-anak (plus pendamping anak tsb tentunya) dan barisan orang-orang usia produktif.
“orang tua dan anak-anak! Dipersilakan masuk terlebih dahulu” …. Ada satu orang yang coba-coba nyelip di barisan itu. Harapannya siiih… bisa masuk terlebih dahulu. Hasilnya saudara-saudara …. Sudah bisa ditebak.
Serta merta ditolak, diikuti huuuuuu… dari penumpang lain yang sedang ngantri.
Ada lagi sistem yang mereka buat biar orang nggak bisa nyatut tiket ala Indonesia. Kontrolnya jelas dari passport atau ID lainnya. Di Kuala Lumpur International Airport (KLIA), mereka akan meminta paspor untuk dicocokkan.
Mulai dari counter boarding pass, sampe kita mau masuk ke pesawatnya pun akan diperiksa kembali. Pernah ada satu orang yang nggak cocok. Wassalam deh … tanpa ba bi bu…. kagak boleh masuk !! Ada lagi yang terpaksa ngebongkar briefcase-nya. Gara-gara crew memintanya untuk menunjukkan passport.
Yang tak kalah seru, mereka menerapkan sistem tidak ada nomor kursi.
Semua bebas memilih kursi mana yang disukai. Mau duduk deket gang, Monggo! atau di tengah dan lebih deket dengan jendela. Silakan! Mau di belakang atau di depan…. Bebaaaassss…
Penumpang tidak dimanjakan dengan adanya air atau snack selama perjalanan (alias ….kagak ada jatah makan bo’). Di tengah perjalanan cabin crew akan mengedarkan box makan plus box souvenir untuk dijual kepada penumpang dengan ‘harga yang cukup reasonable’ seperti yang mereka katakan kepada penumpang.
(Reasonable sih … reasonable… tapi kalo di kurs ringgit Malaysia dengan rupiah. masih aja bikin kepala pusing tujuh keliling. Setangkup roti tipis diisi tuna saja dihargai 7 RM atau sekitar Rp 15.500 an; segelas soft drink seharga 3 RM atau sekitar Rp 6.600)
Perilaku orang indo (aduh maaaap ya maaaaap kalo ada salah kata…!) kadang-kadang suka bikin malu. Nggak disiplin euy! (atau mungkin itu salah satu tehnik survival ya?) Kebawa budaya disini siiih …. Bikin peraturan, implementasinya nggak jelas. Bikin aturan, hanya untuk dilanggar …J
Saya jadi inget waktu perjalanan pulang kembali ke Jakarta. Geli sendiri waktu melihat ekspresi pramugara yang stress dan setengah pingsan melihat perilaku penumpangnya yang (sebagian besar) warga Negara Indonesia.
eS O Pe nya nih, karena faktor keamanan, seat belt nggak boleh dibuka, sampai pesawat benar-benar berhenti. HP nggak boleh dinyalain, sampai pesawat berhenti dan penumpang sudah masuk ke terminal building.
Pesawat baru landing aja, udah banyak yang bergegas membuka seat bealt dan berdiri membuka bagasi diatas tempat duduk mereka. Riuh rendah diantara HP yang berdering disana sini…. Alamak!!!
Lain ladang lain ilalang…. Lain lubuk … lain ikannya! Bener nggak ?
Ha..ha…ha..
Serpong, 6 Desember 2004
Wednesday, January 19, 2005
bukannya promo lho!!! cuma sekedar berbagi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment