Dalam pencarian saya mengenai gunung-gunung yang ada di tatar sunda, pada akhirnya membawa saya ke tempat ini. Ini kisah tentang Dayang Sumbi yang meminta Sangkuriang untuk membendung sungai CITARUM. Membuat sebuah PERAHU dan TALAGA (danau) dalam waktu semalam.
Sangkuriang menyanggupinya. Maka dibuatlah PERAHU dari sebuah pohon yang tumbuh di arah TIMUR. Lalu tunggul pohon itu berubah menjadi gunung BUKIT TUNGGUL. Dan rantingnya ditumpuk di sebelah BARAT dan menjelma menjadi gunung BURANGRANG.
Namun ketika bendungan hampir selesai, Dayang Sumbi memohon kepada Hyang Maha Gaib agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Agar fajar segera terbit, Dayang Sumbi menebarkan irisan BOEH RARANG -kain putih hasil tenunannya-.
Sangkuriang pun gusar. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di SANGHYANG TIKORO dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung MANGLAYANG. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi GUNUNG TANGKUBANPARAHU.
Sangkuriang pun mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di GUNUNG PUTRI dan berubah menjadi setangkai BUNGA JAKSI. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan UJUNGBERUNG akhirnya menghilang ke alam gaib (NGAHIYANG).
Apakah kisahnya berakhir begitu saja? Tentu tidak lah ya. ;) Ini baru Burangrang. Masih banyak lagi yang (sungguh mati saya penasaran) ingin saya datangi. Bersama teman-teman tentunya.
(Trip to Burangrang +2064; 10-11 Desember 2011 bareng Dwinovianto Arya Saloka, Emma Kusumaningsih, Kentat Wong, Rossy Prasetyo dan Restu Sumanjaya. Kapan-kapan trekking bareng lagi yaaa…oiya
(kisah diatas dikutip dari : www.sundanet.com; begitu tiba di rumah, Sondang ‘yang protes bakar diri di depan istana’ tak tertolong lagi :( tapi Nunun Darajatun tertangkap KPK)