Lalu setelah diselidiki lebih dalam…
yaoloooooo….
Rupanya Lia jatuh tersungkur tepat di belakang saya. Lengkap dengan beberapa botol aqua besar dalam pelukannya. Berlatar wajah-wajah bengong tanpa ekspresi dari para lelaki yang sedang estafet menurunkan carrier.
Saya menahan senyum. Dilema. Antara mengeluarkan kamera .. atau menolongnya bangun. Hihihi…
Bang Alex menghentikan mobil tepat di depan homestay Subandi. Homestay ini letaknya tak jauh dari patung meong yang terkenal itu.
Iya deh.. itu istilah saya aja. Yang bener.. tugu Simpang Macan. Kasihan sekali. Ia nampak sendirian ditengah kegelapan
–dan kemudian baru saya sadari kalau di sekitarnya adalah lautan kebun teh-
Di sepanjang jalan dekat patung meong ini, ada beberapa homestay. Sebut saja homestay Paiman yang sekarang dikelola oleh bu Paiman.
Homestay ini terkenal sekali. Coba saja perhatikan. Setiap pendaki atau orang yang hanya sekedar pengen jalan-jalan di sekitar Kerinci, pastilah homestay ini yang direkomendasikan.
Tapi kami memilih homestay Subandi. Konon.. homestay ini justru direkomendasikan oleh turis mancanegara.
Nah lo? Kenapa bisa begitu? Nanti deh ceritanya. Turun gunung nanti. Pasti Pak Bandi akan saya wawancarai.
Begitu masuk rumah. Terasa kehangatan datang dari dalam rumah. Rumahnya cukup luas. Memanjang dari utara ke selatan.
Beberapa kamar berjajar rapi disisi barat. Di hadapannya berbaris ruang tamu, ruang makan, ruang tv dan terus hingga dapur di belakang.
Beruntung pada saat itu penginapan sedang sepi. Tapi hari-hari didepan sudah penuh dipesan orang. Kami diberi dua kamar. Pas deh. Empat cowok, empat cewek. Semua carrier masuk ke kamar masing-masing. Sepatu-sepatu juga dimasukkan ke dalam rumah.
Dan setelah itu semua sibuk dengan ritual masing-masing. Joko sih langsung ngobrol dengan pak Bandi di ruang belakang.
“sambil nunggu sinetron wahyu!” hehehe.. ini sinetron favorit kami berdua. Sebenernya sih judulnya Pesantren n rock n roll.
Berawal dari iseng-iseng nonton sinetron tapi akhirnya keterusan hingga sekarang.
Walau sebenarnya kami lebih sering ditonton tv. karena kerap tertidur di depan tv
Lalu bagaimana dengan yang lain? Ah… semua berebut mandi dan mencari stop kontak listrik. Maklumlah, semua HP, baterai kamera dan ipod butuh dicharge ulang.
Saya hanya ingin segera mandi, makan dan langsung tidur. Besok kami akan berangkat pagi-pagi sekali. .
“PAK… ADA RICE COOKER?”
Namanya juga go show. Jadi berita bahwa bu Subandi sedang ada di luar kota –dan tak ada yang biasa memasak makanan untuk tamu- dan berita bahwa kami harus menyiapkan makan sendiri -karena tak satu pun warung yang buka- adalah berita yang sudah bisa saya tebak sebelumnya alias pasrah..!!
“Kenapa tadi tidak mbungkus lauk saja ya” Sesal Pak John.
“Untung tadi kita udah belanja logistik ya Mbak” sambung Lia.
Joko datang dengan laporan : semua warung nasi sudah tutup. Tapi dia membawa tambahan telur dan delapan bungkus bakso. Iya, hanya ada warung bakso yang bukaa sehingga bakso-lah menu makan malam kami saat itu.
Dengan cepat kami menghitung logistik kami. Air, telur, beras, tempe, bawang, minyak, mie instan.. semua lengkap. Wangsa menyumbang sayur mayur. Pak John juga menambahkan empal, kering teri dan rendang untuk logistic kelompok kami. Sip!!!
Tapi memang harus ada yang dikorbankan.
Dan telur-telur kami nan lucu itu, terpaksa kami pecahkan untuk menu sarapan kami esok hari.
Urusan beras.. tidak masalah. Pak Subandi memberikan berasnya untuk kami masak malam itu.
Ah.. dilema emak-emak nih. Kalau bukan di dapurnya sendiri, rasanya gimanaaa gitu. Saya nggak hapal dimana gadget-nya diletakkan bu Subandi. Dimana panci, dimana keran air, pisau atau piring.
Untunglah ada Lia dengan cekatan membantu saya di dapur. Dan Ivana yang membantu menggoreng dadar telur keesokan paginya.
“Nah.. ini dia!” seru saya gembira ketika melihat panci rice cooker. Tapi mana rice cookernya? Hihihi.. kebiasaan masak nasi dengan rice cooker. Jadi sudah lupa caranya menanak nasi.
Hari kedua, Kamis 21 april 2011 pagi
Kersik Tuo pagi itu diselimuti kabut. Gunung kerinci tak terlihat dari sini. Tanpa disuruh lagi kami semua bersiap dan mulai sarapan di meja makan.
“Mbak.. itu piringmu” cetus Lia. Ada satu piring yang sudah berisi nasi dan potongan telur dadar yang dihiasi kecap manis.
“Tadi dititipin om eMJe. Katanya buat mbak Aries” Walaaaah.. co cuuuuiiiit…!!!! Akyu terharuuuu….
Mobil pick up carteran kami sudah siap di depan. Nama supirnya, Mas Hen. Masih ada hubungan saudara dengan pak Subandi. Kami mencarternya sekaligus untuk menjemput kami hari Sabtu sore lusa. Mobilnya masih baru. Di sela-sela orderan mengantar turis seperti kami ini. Tugas utamanya adalah mengantar sayur mayur ke Kota Padang.
“Kenapa Padang?” kenapa harus ke propinsi sebelah? Apa di Jambi sendiri tak ada tempat?
“Jalannya jelek, Mbak! “ keluhnya panjang. “Tapi kalo ke Padang, jalannya mulus. “
“ooooo”
“Semua jalan di propinsi Jambi ini jelek semua. “ tambahnya dengan sebal.
SIRUP KAYU MANIS, DODOL KENTANG DAN TEH KERINCI
Jam enam lewat duapuluh menit –ah.. tumben nggak terlalu ngaret -
semua masuk ke dalam bak mobil bersama ke delapan carrier kami. Saya dan Joko duduk didepan disamping pak kusir doooong.
Urusan perijinan pendakian, kami serahkan kepada Pak Bandi. Katanya, biar dia saja yang mengurus perijinan.
Jadi kami tak perlu berhenti di R10. R10 ini adalah pos lapor TNKS bagi para pendaki yang hendak naik ke gunung ini.
Lagi pula nanti kami juga akan melewati R10. Dan kata pak Subandi juga, sekarang di R10 sedang diduduki kopassus –aiiiiih.. istilahnya serem amat ya- Mereka juga sedang latihan di gunung ini.
Dan memang benar, begitu kami lewat, ada beberapa tenda pleton dipasang di halaman belakang gedung TNKS.Sambil lalu saya ngobrol dengan mas Hen ini. Apa bisa dicarikan sesuatu yang khas dari daerah ini? Turun gunung terkadang kaki sudah terlalu lelah untuk berkeliling mencari oleh-oleh. Atau bahkan waktunya yang tak cukup karena kami terlalu lama di gunung.
Mas Hen datang dengan satu solusi tepat. Aha..! Turun gunung nanti, dia akan siapkan oleh-oleh khas Kersik tuo.
Saya langsung pesan delapan set berisi sirup kayu manis, dodol kentang dan teh Kerinci. Agar teman-teman tak perlu repot lagi mencari oleh-oleh.
Pukul 7 tepat kami sudah ada di ladang. Sepertinya ada baliho gede disini, tapi hanya tinggal rangkanya saja. Nun jauh diatas sana, terlihat gapura gerbang selamat datang. Pick up-nya nggak berani naik kesana. Maklum … mobil baru
Setelah foto-foto, beberapa dari kami pergi ke toilet alam dulu. –disini ivana nyaris jatuh karena tersangkut pagar kawat- lalu kami semua pemanasan bersama berlatar gunung Kerinci yang mulai tersibak oleh kabut.
Betul juga, pemanasan itu perlu lho. Agar otot-otot betis, lengan dan semua otot terkait tak akan kaget karena kami akan melakukan aktifitas berat hari ini. Semoga lancar.
Doakan ya!
5 comments:
semoga lancar pendakiannya...
, ............... sekarang di R10 sedang diduduki kopassus –aiiiiih.. istilahnya serem amat ya.
Itu kan bagian dari Ekspedisi Bukit Barisan 2011, lintasan G. Kerinci. Ekspedisi gabungan Kopassus-Wanadri-PMI-PT-pencita alam-Kodam/Korem setempat. Pernah rasanya aki tanyakan sama Emma, apa mau gabung. Ternyata, tidak/ belum "terpanggil" untuk misi demikian.
the fotos r alive with the hope uv finding oneself in this chaotic world uf ours...^^
iya betul Ki. Kemaren waktu turun di pos 2, sempet ketemu juga sama mereka.
i like...@-@
Post a Comment