Apa menu buka puasa kami hari ini?
Hanya telur. Tapi tetap saja dibuat dengan penuh cinta.
Sejengkel-jengkelnya saya, tetap saja saya membuatnya dengan sepenuh hati.
Ini dia namanya telur dadar with luuuuuv. Kocokan telurnya saya tambah dengan irisan bawang, daun bawang, sedikit parutan keju, garam dan merica secukupnya.
Lalu kenapa bisa begitu?
Nah, ini semua gara-gara tadi subuh waktu kami sahur. Suami saya kok nggak berselera makan. Padahal sejak pukul setengah empat saya sudah berkutat di dapur. Ingin menyiapkan nasi goreng ala chef hany yang terkenal itu. Lengkap dengan garnishnya yang cukup menggoda. Wortel, tomat dan buncis yang nyes nyes itu.
“Maaf ya Hany”
“huh! Gpp!”
“banyak ranjaunya” maksudnya cabe dan bawang merah.
“huh! Alasan!”
Padahal sejak hari pertama puasa sudah saya kerahkan seluruh daya upaya untuk menyiapkan ‘soto ayam cak Hany’ yang terkenal itu. Waktu berbuka di hari kedua, tangan saya sigap meracik cumi ungkep mentega yang hmmmm.. yummy, rasanya luar biasa. Di hari ketiga, ayam goreng berbumbu renyah ditambah dengan tumis brokoli yang manis asin begitu.
Huh.. saya kecewa. Dan di hari keempat bulan puasa ini saya (minta ijin untuk) mogok masak.
Interogasi pun dimulai. Ternyata dikantornya, setiap waktu buka puasa. Ia dan teman-teman satu divisinya menyulap salah satu ruang meeting menjadi tempat mereka buka puasa. Membeli cemilan dua kantong plastik penuh. Membeli berjenis-jenis minuman segar. Dan mulai mengunyah hingga perut kekenyangan. Hmm.. pantes…
Ya sudah, demi menjaga mutu kualitas dan kemampuan memasak saya kali ini. Saya break dulu. Biarlah telur dadar cinta ini sebagai wakilnya. Tapi kalian pasti bertanya-tanya, “Gimana caranya?”
Ini sih gara-gara rajin jalan-jalan di supermarket dan nemu obralan barang-barang produk Jepang.
Hah? Jepang? Wah, saya jadi penasaran.
Sambil melihat-lihat dan mengaduk-aduk barang. Saya jadi berpikir. Kok kepikiran ya untuk membuat produk seperti ini?
Satu hal yang saya kagumi dari orang-orang Jepang ini adalah mereka itu amat sangat detail. Hingga yang saya anggap remeh temeh pun tetap mereka pikirkan . Hingga yang sekecil-kecilnya.
Contohnya ya cetakan telor ceplok seperti ini. Yang lainnya? Hmmm… coba saya ingat-ingat. Ada saringan teh berbentuk bandul hati. Cetakan nasi kepal berbentuk rumah, mobil, ikan atau panda. *ini cocok juga untuk membujuk anak kecil supaya mau makan*
jaring untuk menyimpan pakaian, cup untuk mengikat kabel, rupa-rupa tuperware plastic untuk menyimpan makanan hingga pencetak es berbentuk bulat seperti kelereng. atau berbentuk tabung mungil sehingga bisa dimasukkan ke dalam botol minuman plastik kita. Bayangin, minum frestea dingin. Dengan es batu di dalamnya.
Widiiiih..
Dan coba saja perhatikan rumah mereka. Rapi, mungil dan multifungsi. Tatami bisa menjadi alas tidur. Lemari geser yang menyerupai dinding. Halaman rumah yang bahkan hingga ke ujung sudutnya sudah diperhitungkan dengan matang. Selalu rapi dan bersih. Dan orangnya nggak bisa diem. Inget kan banyak yang usianya tua hingga ratusan tahun?
Resepnya hanya satu. Gaya hidup sehat dan nggak stress. Artinya hingga setua itu, tubuh dan pikiran terus bergerak. Nggak pernah ada satupun waktu luang.
Walau sebenarnya saya juga ngeri. Etos kerja mereka gila-gilaan. Saya sering dengar berita banyak yang bunuh diri karena di PHK atau karena tidak masuk universitas favorit.
Ah… saya sih lebih memilih melahap telur dadar with love ini deh. Bareng suami tercinta tentunya hehehehe…
Selamat berbuka puasa teman-teman :D
Serpong 24 agustus 2009 ; 19.49 (tumben mpus KIKI ada di rumah)
Hanya telur. Tapi tetap saja dibuat dengan penuh cinta.
Sejengkel-jengkelnya saya, tetap saja saya membuatnya dengan sepenuh hati.
Ini dia namanya telur dadar with luuuuuv. Kocokan telurnya saya tambah dengan irisan bawang, daun bawang, sedikit parutan keju, garam dan merica secukupnya.
Lalu kenapa bisa begitu?
Nah, ini semua gara-gara tadi subuh waktu kami sahur. Suami saya kok nggak berselera makan. Padahal sejak pukul setengah empat saya sudah berkutat di dapur. Ingin menyiapkan nasi goreng ala chef hany yang terkenal itu. Lengkap dengan garnishnya yang cukup menggoda. Wortel, tomat dan buncis yang nyes nyes itu.
“Maaf ya Hany”
“huh! Gpp!”
“banyak ranjaunya” maksudnya cabe dan bawang merah.
“huh! Alasan!”
Padahal sejak hari pertama puasa sudah saya kerahkan seluruh daya upaya untuk menyiapkan ‘soto ayam cak Hany’ yang terkenal itu. Waktu berbuka di hari kedua, tangan saya sigap meracik cumi ungkep mentega yang hmmmm.. yummy, rasanya luar biasa. Di hari ketiga, ayam goreng berbumbu renyah ditambah dengan tumis brokoli yang manis asin begitu.
Huh.. saya kecewa. Dan di hari keempat bulan puasa ini saya (minta ijin untuk) mogok masak.
Interogasi pun dimulai. Ternyata dikantornya, setiap waktu buka puasa. Ia dan teman-teman satu divisinya menyulap salah satu ruang meeting menjadi tempat mereka buka puasa. Membeli cemilan dua kantong plastik penuh. Membeli berjenis-jenis minuman segar. Dan mulai mengunyah hingga perut kekenyangan. Hmm.. pantes…
Ya sudah, demi menjaga mutu kualitas dan kemampuan memasak saya kali ini. Saya break dulu. Biarlah telur dadar cinta ini sebagai wakilnya. Tapi kalian pasti bertanya-tanya, “Gimana caranya?”
Ini sih gara-gara rajin jalan-jalan di supermarket dan nemu obralan barang-barang produk Jepang.
Hah? Jepang? Wah, saya jadi penasaran.
Sambil melihat-lihat dan mengaduk-aduk barang. Saya jadi berpikir. Kok kepikiran ya untuk membuat produk seperti ini?
Satu hal yang saya kagumi dari orang-orang Jepang ini adalah mereka itu amat sangat detail. Hingga yang saya anggap remeh temeh pun tetap mereka pikirkan . Hingga yang sekecil-kecilnya.
Contohnya ya cetakan telor ceplok seperti ini. Yang lainnya? Hmmm… coba saya ingat-ingat. Ada saringan teh berbentuk bandul hati. Cetakan nasi kepal berbentuk rumah, mobil, ikan atau panda. *ini cocok juga untuk membujuk anak kecil supaya mau makan*
jaring untuk menyimpan pakaian, cup untuk mengikat kabel, rupa-rupa tuperware plastic untuk menyimpan makanan hingga pencetak es berbentuk bulat seperti kelereng. atau berbentuk tabung mungil sehingga bisa dimasukkan ke dalam botol minuman plastik kita. Bayangin, minum frestea dingin. Dengan es batu di dalamnya.
Widiiiih..
Dan coba saja perhatikan rumah mereka. Rapi, mungil dan multifungsi. Tatami bisa menjadi alas tidur. Lemari geser yang menyerupai dinding. Halaman rumah yang bahkan hingga ke ujung sudutnya sudah diperhitungkan dengan matang. Selalu rapi dan bersih. Dan orangnya nggak bisa diem. Inget kan banyak yang usianya tua hingga ratusan tahun?
Resepnya hanya satu. Gaya hidup sehat dan nggak stress. Artinya hingga setua itu, tubuh dan pikiran terus bergerak. Nggak pernah ada satupun waktu luang.
Walau sebenarnya saya juga ngeri. Etos kerja mereka gila-gilaan. Saya sering dengar berita banyak yang bunuh diri karena di PHK atau karena tidak masuk universitas favorit.
Ah… saya sih lebih memilih melahap telur dadar with love ini deh. Bareng suami tercinta tentunya hehehehe…
Selamat berbuka puasa teman-teman :D
Serpong 24 agustus 2009 ; 19.49 (tumben mpus KIKI ada di rumah)