Kalau saya perhatikan, tiap pertengahan bulan pasti ada satu petugas PLN –maaf saya lupa tanya namanya- yang rajin keliling mencatat meteran listrik rumah di komplek kami.
Kadang-kadang saya kasihan juga melihatnya. Orangnya sudah tua. Kadang hari hujan, kadang matahari terik sekali. Sambil mendorong motor bututnya, berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain.
Sering yang punya rumah tidak tahu kalau dia datang. Atau tak bisa dicatat karena si pemilik tak ada di rumah. Kalau sudah begini, tangannya akan terjulur dan –berharap- dapat menjepret meteran listrik dengan kamera digital yang dibawanya.
Nah, tadi dia datang dan membawa kartu meteran PLN yang baru.
“Dipasang ya, Bu” katanya sambil mengaitkan kartu itu di box meteran listrik rumah kami.
“Soalnya kalo nggak dipasang, saya bisa diomelin bu!”
“oooo”
Setelah dipasang lalu ia potret angka kwh listrik rumah kami.
“suka di sidak” lanjutnya lagi. (sidak : inspeksi mendadak)
“Ya bagus dong, Pak”
Kemudian ia pamit keluar dan mendorong pintu gerbang.
“Bapak sudah tau, sistem prabayar PLN? Yang pake voucher itu lho pak” sahut saya sambil mengantarnya ke depan.
“Tau bu”
“Wah, kerja Bapak lebih mudah dong ya. Nanti bapak nggak perlu repot tiap bulan datang untuk catat”
“Lah.. nanti saya nggak ada kerjaan dong Bu”
Duh. Saya salah ngomong yak?
“ehmmm… nanti kan bapak naik jabatan. Jadi boss…” hehehe.. saya ngeles kayak bajaj.
Sambil mendorong motornya, dan pindah ke rumah sebelah ia berdoa.“amiiiiin.. mudah-mudahan, Bu”
Ah…dilema, desah saya dalam hati. Sambil mengunci pintu pagar, sayup-sayup masih saya dengar suaranya mengetuk pagar tetangga.
“listriiiiik!”
Serpong 17 april 2009 20.50
Sekilas tentang listrik prabayar : http://www.antara.co.id/arc/2008/1/17/pln-luncurkan-listrik-prabayar/Kadang-kadang saya kasihan juga melihatnya. Orangnya sudah tua. Kadang hari hujan, kadang matahari terik sekali. Sambil mendorong motor bututnya, berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain.
Sering yang punya rumah tidak tahu kalau dia datang. Atau tak bisa dicatat karena si pemilik tak ada di rumah. Kalau sudah begini, tangannya akan terjulur dan –berharap- dapat menjepret meteran listrik dengan kamera digital yang dibawanya.
Nah, tadi dia datang dan membawa kartu meteran PLN yang baru.
“Dipasang ya, Bu” katanya sambil mengaitkan kartu itu di box meteran listrik rumah kami.
“Soalnya kalo nggak dipasang, saya bisa diomelin bu!”
“oooo”
Setelah dipasang lalu ia potret angka kwh listrik rumah kami.
“suka di sidak” lanjutnya lagi. (sidak : inspeksi mendadak)
“Ya bagus dong, Pak”
Kemudian ia pamit keluar dan mendorong pintu gerbang.
“Bapak sudah tau, sistem prabayar PLN? Yang pake voucher itu lho pak” sahut saya sambil mengantarnya ke depan.
“Tau bu”
“Wah, kerja Bapak lebih mudah dong ya. Nanti bapak nggak perlu repot tiap bulan datang untuk catat”
“Lah.. nanti saya nggak ada kerjaan dong Bu”
Duh. Saya salah ngomong yak?
“ehmmm… nanti kan bapak naik jabatan. Jadi boss…” hehehe.. saya ngeles kayak bajaj.
Sambil mendorong motornya, dan pindah ke rumah sebelah ia berdoa.“amiiiiin.. mudah-mudahan, Bu”
Ah…dilema, desah saya dalam hati. Sambil mengunci pintu pagar, sayup-sayup masih saya dengar suaranya mengetuk pagar tetangga.
“listriiiiik!”
Serpong 17 april 2009 20.50
Sedang testimoninya ada disini : http://lovefiez.multiply.com/journal/item/19 dan http://katroboy.wordpress.com/2008/10/31/listrik-prabayar-dari-pln/
9 comments:
ya kadang digitalisasi jadi dilema
O sudah mulai adopsi prabayar to. Dulu waktu saya di Inggris, listrik dan gas pakai prabayar. Kalau habis, pergi ke warung setempat. Pernah lupa beli cadangan, terpaksa semalaman kedinginan
Mungkin akan selalu seperti itu mba... mesin baru lebih canggih=pengurangan tenaga manusia
iya mas, per 2008 kemaren kalo nggak salah, pelan-pelan mulai pindah sistem. Menurut saya sih jadi lebih bagus ya. Kita bisa pantau sendiri pengeluaran listriknya.
ya mas, per 2008 kemaren kalo nggak salah, pelan-pelan mulai pindah sistem. Menurut saya sih jadi lebih bagus ya. Kita bisa pantau sendiri pengeluaran listriknya.
iya Yo. Mungkin udah waktunya ya. Konsekuensi kemajuan.
betuuuul .. Deeeen...
jadi inget filmnya charlie and the choccolate factory mbak, bapaknya charlie dipecat gara2 ada mesin yang lebih efisien...
resiko dari kemajuan jaman kayaknya.
Post a Comment